Part 27 [ Wisuda ]

41.5K 3K 51
                                    

Happy Reading!!
Sorry for typo!!






°°°





Retta speechless, dia tak tahu harus berekspresi seperti apa terhadap penjelasan Joe tapi yang pasti dia terkejut mendengarnya. Akhirnya Retta hanya bisa jatuh terduduk menatap kosong Joe yang duduk di depannya, dia perlu waktu untuk menelan semua fakta.

Jadi ini kebodohannya sendiri?

Sementara itu Joe tampak diam memainkan lengan mungil Regan yang baru saja terbangun, satu minggu tidak bertemu membuatnya tak bisa memalingkan perhatian dari wajah menggemaskan itu.

"Sadar dengan kebodohanmu, hm? " Tanya Joe langsung beralih menatap Retta.

"Mas tahu kalau saya salah paham, tapi kenapa gak kasih tahu saya."

"Jadi kamu menyalahkan saya sekarang? "

"Bukan itu, maksud saya— Ahh udahlah! Saya pusing. "

Joe terkekeh melihat raut wajah frustasi dari Retta mampu sedikit menghiburnya, hasrat nya yang ingin sekali memaki istrinya itu sudah menghilang sepenuhnya dan berganti dengan rasa lega yang memasuki relung hatinya.

"Kebiasan orang seperti kamu, selalu berspekulasi semaumu tanpa mau mencari tahu sebelumnya. "

"Mas! Saya juga gak tahu kalau ternyata ada kalimat itu di wedding paper."

"Lalu itu salah siapa? "

"Saya! "

"Syukurlah kalau kamu sadar jika kamu bodoh. "

"Udah dong Mas, jangan buat saya makin gedek sama saya sendiri. "

"Kamu tahu kan pepatah buku adalah jendela ilmu, tapi kita tidak bisa melihat jendela ilmu itu jika hanya membaca dengan sebelah mata."

"Maka dari itu budayakan membaca, biasakan jika membaca sesuatu itu jangan setengah-setengah. Baca dari atas sampai bawah bukan dari bawah baru keatas, itu sama saja kamu membaca dengan sebelah mata. "

"Iya-iya, Mas. "

Retta menunduk menatap tangannya yang tengah memilin pakaiannya, Joe semakin membuatnya sadar dengan kebodohannya.

"Itu artinya, percuma dong saya capek-capek kabur ke sini? "

"Kamu memang— "

"Iya udah, jangan di perjelas lagi."

Retta menatap Joe dengan kening mengerut kesal, lalu dia pun beranjak dari duduknya karena kakinya sudah merasa pegal dan dingin menyentuh lantai.

"Maaf, Mas. "

"Apa? Saya tidak mendengar? "

"Maaf! Saya salah, gak seharusnya saya bertindak gegabah."

"Karena saya orang baik, saya maafkan kamu. "

𝓦𝓮𝓭𝓭𝓲𝓷𝓰 𝓟𝓪𝓹𝓮𝓻 [End]Where stories live. Discover now