Veinticinco

462 83 4
                                    

"Kenapa wajahmu tertekuk begitu? Kau jadi tidak enak di pandang tahu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa wajahmu tertekuk begitu? Kau jadi tidak enak di pandang tahu"

Jennie sedikit berdecak kala Irene dengan tiba-tiba datang menghampirinya lalu menjatuhkan bokongnya di kursi kosong yang berhadapan dengan Jennie. Saat ini Jennie benar-benar ingin sendirian. Rasa kesalnya pada Jisoo masih membumbung tinggi memenuhi kepalanya. Sungguh Jennie tak habis pikir mengapa kakaknya bisa begitu keras kepala padahal niat Jennie baik.

"Kalau wajahku tidak enak di pandang lebih baik kau pergi saja" sahut Jennie ketus.

Irene terkekeh pelan, gadis itu lalu mencari sesuatu di dalam tasnya. Tak lama, ia menyodorkan sebuah coklat kepada Jennie yang membuat gadis itu mengernyit, "Aku dengar coklat bisa membuat mood membaik. Makanlah siapa tahu itu benar-benar membantu"

Jennie menghela napas, ia lalu mengambil coklat tersebut dan memakannya, "Terima kasih banyak, maaf aku berkata kasar padamu"

"Tak masalah, itu sudah biasa. Aku sudah memiliki lisensi dalam menahan keketusan juga kejudesan seorang Kim Jennie," sahut Irene yang membuat Jennie terkekeh pelan, "Mau cerita?"

"Aku dan Jisoo eonnie bertengkar hari ini. Dia masih tak menyetujuiku melakukan kerja part time. Padahal aku sangat tahu dia begitu kepayahan dalam mengurus masalah finansial kami. Aku tak tega harus melihatnya banting tulang seorang diri tetapi aku dengan kurang ajarnya menghabiskan uang hasil jerih payahnya itu," Jennie mengambil napas sebelum kembali melanjutkan, "Aku merasa telah gagal menjadi adik yang baik, Irene-ya"

"Kenapa kau merasa seperti itu?"

"Karena faktanya memang seperti itu, aku, aku bukan manusia yang baik. Dari dulu, semenjak aku kecil Jisoo eonnie selalu merawatku dengan penuh kasih sayang hingga rasanya aku benar-benar memiliki sosok kakak perempun. Ah, tidak, aku merasa memiliki sosok ibu. Tapi, yang bisa aku lakukan untuk membalas semua jasa-jasanya adalah dengan menjadi beban bagi Jisoo eonnie. Lalu di kala aku memiliki kesempatan untuk membalas jasa-jasanya dia malah menolak. Padahal aku hanya ingin membalas budi padanya"

"Apa kau pernah melihat dari perspektif kakakmu itu?" tanya Irene tiba-tiba yang di balas Jennie dengan gelengan kepala pelan.

"Jennie-ya, mungkin di kacamatamu kau hanyalah beban bagi Jisoo-ssi tetapi di kacamatanya kau bukanlah beban. Dia menyayangimu dan sama sekali tak mengharapkan imbalan atas hal itu, kenapa? Karena dia tulus menyayangimu. Mungkin di dalam hatinya ia memiliki pemikiran yang sama sepertimu, bahwa ia belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu juga adik-adikmu. Maka dari itu, dia berusaha sekuat tenaga untuk memastikan kalian bisa hidup dengan nyaman di Seoul dan melarangmu melakukan pekerjaan part time agar kau bisa menggapai masa depan yang lebih cerah"

"Cobalah untuk berbicara empat mata dengannya, dengan begitu kalian berdua bisa saling memahami kekalutan masing-masing dan menemukan jalan keluar. Jika kalian berdua tetap keras kepala maka kalian tak akan memiliki jalan keluar sama sekali"

MI CASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang