Treinta y uno

451 80 8
                                    

"Jadi, kau sudah mengatakan semuanya kepada Jisoo eonnie? Soal perundunganku selama ini, soal perundungan kita belakangan ini dan juga soal keinginan kita untuk kembali ke Busan?" ucap Rosé sambil membersihkan wajahnya dari tepung dengan tissue basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, kau sudah mengatakan semuanya kepada Jisoo eonnie? Soal perundunganku selama ini, soal perundungan kita belakangan ini dan juga soal keinginan kita untuk kembali ke Busan?" ucap Rosé sambil membersihkan wajahnya dari tepung dengan tissue basah. Gadis itu melirik ke arah Lisa yang juga sama kacaunya dengan dirinya.

Hari baru, perundungan baru. Rasanya Rosé sudah muak dengan siklus hidupnya itu. Apalagi sekarang bukan hanya dirinya yang dirundung tetapi Lisa pun ikut dirundung membuatnya jengkel bukan main. Padahal ia dan juga Lisa baru saja menginjakkan kaki di koridor sekolah namun dengan tiba-tiba mereka di lempari dengan tepung hingga mau tak mau kini keduanya harus membersihkan diri di toilet wanita. Padahal hari ini Rosé memiliki quiz penting namun sepertinya ia harus merelakan jam pertamanya terbuang sia-sia hanya karena ulah para perundung itu.

Di sela-sela kesibukannya membersihkan diri, ia memutuskan untuk bertanya kepada Lisa mengenai sang kakak sulung yang nampak linglung pagi ini. Terbukti dari Jisoo yang tak fokus ketika menyiapkan bekal dan berujung hampir membakar dapur jika saja Lisa tak dengan cepat menyiramkan air. Jadi lah Lisa bercerita tentang semua hal. Dari mulai pencabutan beasiswa miliknya dan juga Rosé hingga adegan—yang menurut Lisa— memalukan dimana dirinya menangis menceritakan mengenai perundungan dan ingin kembali ke Busan.

Lisa menganggukan kepalanya sebelum berucap, "Maaf" dengan pelan.

Rosé menghela napasnya pelan, "Pantas saja semalam Jisoo eonnie memintaku tidur dengannya, ia pasti sedang merasa bersalah saat ini," gumamnya pelan sebelum kembali menatap pada Lisa, "Kau tak perlu minta maaf, Lisa-ya. Cepat atau lambat Jisoo eonnie pasti akan tahu" lanjutnya sambil tersenyum.

"Terima kasih karena sudah memahamiku, Rosé-ya," ucap Lisa sambil tersenyum, "Ayo biar aku antar kau ke Kelas," lanjutnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Rosé, Lisa langsung mendorong pelan kursi roda Rosé keluar dari toilet. Di sepanjang perjalanan, sama sekali tak ada yang bersuara baik itu Lisa maupun Rosé. Pikiran keduanya sama-sama tengah kalut.

"Tuan Jung terima kasih banyak karena sudah mempertimbangkan usulan saya untuk mencabut beasiswa dua gadis miskin itu,"

Spontan Lisa menghentikan gerakkannya kala telinganya tanpa sengaja menangkap sebuah suara dari arah ruang kepala sekolah yang pintunya tak tertutup rapat. Rosé juga tengah mendongak menatap ke arahnya. Keduanya menyadari bahwa yang tengah di bicarakan oleh kepala sekolah dan seorang wanita itu adalah mengenai mereka.

"Mau menguping sebentar?" tanya Lisa tanpa suara yang diangguki oleh Rosé.

Lisa pun membawa kursi roda Rosé lebih dekat dengan pintu ruang kepala sekolah. Ia membuka lebih lebar celah pintu itu hingga dapat melihat sosok Jeon Jinhee dengan Nyonya Jeon yang tengah berbincang dengan Jung Yunho—kepala sekolahnya—. Lisa tersenyum miring sebelum menatap ke arah Rosé yang memang tak dapat mengintip ke dalam.

"Ini akan menarik," ucap Lisa lagi tanpa suara. Gadis dengan poni itu pun mengambil handphonenya dan mengarahkan benda persegi itu mengambil video.

MI CASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang