Wood

605 27 14
                                    

Hari ini pekerjaannya hanya mengikuti Wood berkeliling pulau guna mengontrol kemajuan pembangunan gedung-gedung. Jika kemarin Wood mau pergi ke Denmark, dipastikan saat ini ia tengah berbicara di ruang rapat. Evie sendiri sudah meminta James untuk menggantikannya di pertemuan itu, James adalah orang terdekat dengannya setelah Doni.

"Bagaimana? Apa ada kesulitan?" tanya Wood sambil mendongak menatap pekerja konstruksi berdiri diatas alat yang menempel dengan dinding kaca. Dari samping Evie bisa melihat dengan jelas pupil yang mengecil ditengah bola matanya yang terlihat tembus pandang ketika tersorot sinar matahari.

"Tak ada masalah Mr. Wood. Kami hanya perlu memasang panel disekitar sini" jawab sang pekerja.

"Baguslah, lanjutkan pekerjaan kalian. Jangan terlalu diporsir, istirahatlah jika lelah"

"Baik Mr. Wood. Terima kasih"

Setelah itu ia kembali berjalan, menunduk sambil mengamati rel baja kecil yang nantinya akan digunakan sebagai jalur mobil otomatis. Ditengah perjalanan dia berbicara.

"Aku berencana memindahkan markas perusahaan kemari"

"Kenapa?"

"Aku menyukai pulau ini. Tempat ini seperti rumah sekaligus ibu beserta ayahku, dan Doni." ia berhenti berbicara dan mendesah pelan, memeluk tubuhnya sendiri seakan tengah kedinginan. "Aku sangat menyayangkan tindakannya"

"Dia sangat menyayangimu"

"Ya, aku tau. Tapi akan lebih baik jika dia mau berbicara kepadaku. Bukan menyimpannya sendirian, tiba-tiba mengatakannya lalu pergi begitu saja. Aku bisa mengusahakan segala yang terbaik untuknya agar dia bisa sembuh, aku pasti melakukannya"

"Aku tau kau pasti akan melakukan segalanya agar dia bisa sembuh, tetapi dia berkata padaku bahwa dia tak mau menyusahkanmu lagi"

"Sebenarnya aku yang masih kecil jauh lebih menyusahkannya. Sekarang aku ingin balas budi tetapi dia malah meninggalkanku begitu saja"

"Dia merasa tak mampu berada disisimu. Dia takut kau tau penyakitnya"

"Aku tau sejak dulu bahwa ada yang salah dengan kondisi kesehatannya. Sesungguhnya sudah ribuan kali aku bertanya kenapa, dan ribuan kali pula ia menjawab tak ada apa-apa". Wood bicara lagi. "Menghindar daripada menyakiti. Seperti perlakuanku terhadap induk beruang itu. Aku yang lebih memilih menyeretmu berlari menerobos hutan daripada menembakkan panahku yang sebenarnya tak ada gunanya untuk binatang sebesar itu. Aku bisa saja membidikan peluru di arlojiku kearahnya. Tapi aku tak mampu, anaknya pasti akan sedih ketika mendapati induknya mati, seketika bahaya pasti mendatangi bayi kecilnya. Aku melakukan itu karena aku sendiri tau pasti bagaimana rasanya ditinggalkan orang tua, rasanya seperti tenggelam"

Evie menunduk, tatapannya tajam menusuk ujung kakinya sendiri. Ia merasa jauh tak berdaya dihadapan Wood yang lembut daripada kakak kandungnya sendiri. Wood dulu memiliki Doni, kakak angkatnya yang selalu menemaninya kemana pun ia pergi, kakak angkat yang selalu menjaganya sepenuh hati tanpa pamrih. Kakak angkat yang memilih pergi daripada menyakiti.

Kakak angkat. Entah mengapa kata itu bisa tergores tebal dan meyakitkan di benaknya. Mendadak ia merasa dunia ini ganjil dan tak adil. Dunia nyata memang selalu tak adil, tapi mimpinya jauh lebih buruk dari itu. Kalau bisa, Evie akan berusaha mengatasinya  meskipun bisa saja nyawanya sendiri yang jadi taruhannya. Ia menggeleng, ia tak mampu memikirkan kematiannya sendiri.

---

Besoknya setelah menyantap makan siang ia diminta untuk menemui Mr. Derreck di ruangannya. Wood dengan berat mengizinkannya pergi, Evie berjalan menjauhinya dengan perasaan aneh.

DREAMWhere stories live. Discover now