Aster

46 7 94
                                    

Vote->Comment
+reading list (optional)
follow @tztakoyaki

***

genre: romance
written in IDN

"Kau ingin datang kemari?"

[Tentu saja!]

"Oh...." balasku murung.

[Mengapa kau murung? Kau tak suka jika tunanganmu ini pergi mengunjungimu di sana?]

"Bukan begitu, Ales sayang. Aku senang sekali jika kau datang, tapi-"

[Ck. Jangan ingatkan aku!]

"..."

Selalu saja begitu, batinku pedih.

Ngomong-ngomong, di sinilah aku berdiri. Di tengah daratan yang dihiasi berbagai tanaman. Pohon? Ada. Tunas yang baru bertumbuh menyapa dunia? Ada. Bunga? Ada. Bunga mawar? Bunga tulip? Bunga aster? Bunga dandellion? Semua ada.

Lembutnya terpaan angin mengelus-elus wajahku, seolah-olah mengatakan bahwa dunia menyayangiku. Aku memutuskan untuk menunggunya dengan berjalan-jalan, menendang kerikil-kerikil kecil yang ada.

"Galatea Mada!"

Aku menengok ke arah sumber suara itu dan mendapati si cantik itu, Ales Xaviera.

"Hai! Maaf membuatmu menunggu, hehe," ucapnya.

"Ah, tidak. Yang penting kau ada di sini," balasku dengan senyuman.

Jari telunjuknya menunjuk lesung pipiku.

"Manisnya. Kau akan lebih manis lagi jika kita menikah," goda Ales.

Aku mengulum senyumku, tak kuasa menahan ramainya kupu-kupu yang berterbangan di perutku.

"Mulai lagi kau, dasar buaya betina," ledekku.

Ia mengerucutkan bibirnya kesal.

"Tapi, tak apa-apa. Kaulah buaya betina favoritku," ucapku sambil mengacak-acak rambutnya.

Ia tertawa kecil sembari kedua pipinya memancarkan semburat merah. Ia mendekat, dan memeluk kedua pinggangku. Ia mendongak ke atas, dan kami saling beradu pandang.

Aku mendorong rambutnya ke belakang telinganya dengan lembut, dan bertanya, "Omong-omong, bagaimana perkembanganmu, cantik?"

"Hm... dokter bilang tinggal sedikit lagi, dan aku akan pulang dari rumah sakit!" ucapnya girang.

Aku membulatkan mataku.

"Wah, benarkah?"

Ia mengangguk.

Aku tersenyum lebar. Tak kusangka ternyata dunia benar-benar menyayangi diriku dan Ales.

"Ah, aku tak sabar untuk keluar dari rumah sakit di esok hari," gumamnya sambil menatap langit senja.

"Dan di esok harinya lagi, kita akan membangun rumah tangga!" sambungku antusias.

"Yeyyyyy!!"

Ia meraih kedua tanganku dan pelan-pelan berputar mengitariku. Aku mengikuti gerakannya, dan sedikit demi sedikit kami menambah kecepatan. Rumput-rumput yang tak sengaja kami injak pun berterbangan seolah mengucapkan salam bagi kami, dua insan yang sedang berbahagia.

Aku bisa melihat betapa cerah senyumnya. Sama halnya denganku yang tentu saja sangat bahagia.

Ia menghentikan putaran itu, lalu menarik tanganku dan berlari ke suatu arah. Aku pun mengikuti langkahnya dengan sempoyongan pasca berputar-putar. Ah, maklumi saja. Gadisku memang terlalu aktif.

The PapertownWhere stories live. Discover now