Bab 2

72K 5.1K 630
                                    

Hollaaaa

Kata Laskar jangan lupa Follow, vote dan komen.

🧡🧡🧡

Rapat pagi ini di undur menjadi jam 9 yang awalnya akan di laksanakan setegah 8 pagi, ini di sebabkan karna kegaduhan yang di lakukan si biang masalah.

Kini semua petinggi sekolah, donatur dan beberapa jajeran guru-guru sudah memenuhi aula. Sedangkan untuk semua murid SMA Sanjaya melakukan gotong royong untuk membersihkan kelas mereka masing-masing, kecuali anak-anak OSIS—mereka bertugas sebagai panitia rapat.

Ini hari pertama sekolah setelah libur panjang semester ganjil. Semua penghuni II IPA 4 tengah sibuk membersihkan kelas baru yang akan mereka huni.

Kecuali kumpulan jancuk-jancuk yang di ketuai oleh Askar—keempat jancuk itu, yang terdiri dari Askar, Ipan, Agil dan Aldy tengah sibuk bermain ular tangga kecuali Egi—cowo itu sibuk dengan dunia epepnya, mereka berlima duduk lesehan di lantai bagian sudut kiri kelas, tanpa sedikitpun berniat membantu teman-temannya. Kertas ular tangga ini di dapatkan Aldy waktu beli janjan shiip, karna tidak ada kembalian uangnya, Aldy memilih membeli lotre seribuan dan mendapatkan hadiah ini.

"Mana sih dadunya, giliran gue yang ngocok." Askar merampas anak dadu dari tangan Aldy.

"Kocok yang kencang Kar," timpal Agil.

"Amaann, soal kocok mengocok gue jagonya." Askar tersenyum mesum, lalu melempar anak dadu itu, sebelum melemparnya Aksar terlebih dahulu memberikan 'HAH' sebagai mantra ajaib.

"Enam enam enam ...."

Dan ...

Angka yang muncul angka tiga.

"Oh shit!" dumel Askar. "Tiga mulu dari tadi."

"Itu angka sial lo," ujar Aldy seraya memakan jajan shiip.

"Apa jangan-jangan petanda gue bakalan berbini tiga."

"Gila lo!" Agil menoyor kepala Askar yang langsung di balas tendangan sikut. "Ingat program pemerintah 2 bini lebih baik!" ujar Agil sambil mengangkat dua jarinya yang langsung di tepis dengan kasar oleh Askar.

"Stres!" Egi tiba-tiba menyahut.

"Yang gak ikut main gak usah nimbrung," sindir Agil.

Ipan mengambil anak dadu itu, kini gilirannya mengocok.

"Dapat enam lo win nya." Aldy berucap. "Semoga aja gak dapat," sambungnya.

"Demi ayang leha tercinta anaknya pak slamet bismillah enam, 'HAH'!"

Ipan melempar anak dadu dan langsung berputar-putar di atas lantai. Mereka berempat fokus melihat putaran anak dadu itu, dadu itu berputar dengan gaya slow motion membuat ke empat jancuk ini bercucuran keringan. Sampai-sampai dua buah keringat berukuran besar berjatuhan dari pelipis Askar, kedua alisnya berkerut.

Jika Ipan mendapatkan angka 6 maka mereka bertiga kalah taruhan. Sebelum mulai main ke empatnya membuat peraturan yaitu hanya satu orang yang menang dan yang kalah akan menjalankan hukuman berupa mencuri kacut kepsek pas jum'at kliwon.

Kempat jancuk itu menegak saliva susah payah, seperti di film-film jakun mereka naik turun dengan perasaan harap-harap cemas. Putaran dadu itu semakin melambat dan berhenti pada angka Tiga.

"Oh yeahh." Askar, Agil dan Aldy berteriak heboh seperti orang menang lotre.

"Anjasss!"

"Biar gue gue yang majuin." Dengan senang hati Askar mengambil anak bidak punya Ipan yang sudah berada pada barisan terakhir. "Satu ... dua ... tigaa TURUNN."

LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang