02: Perselingkuhan

7.3K 657 45
                                    

Lelaki muda itu masih terkesima bahkan dalam waktu yang cukup lama Erik terus menatapi gepokan uang di tangannya. "Ini beneran duit? Baru pertama kali aku punya duit sebanyak ini." Gumamnya masih saja diulang-ulang, ia sudah menghitung total uangnya dan kurang lebih sekitar 5 juta.

Jumlah yang sangat fantastis untuknya yang hanya pekerja borongan atau serabutan.

Tok tok tok!

Erik buru-buru menyembunyikan uangnya ke tas saat pintu kamarnya di ketuk, pokoknya orang di rumah ini tidak boleh tau kalau ia punya uang sebanyak ini, atau mereka akan mengambilnya.

Ceklek.

Terlihat Delon yang sudah menunggunya dengan wajah masam, "lama banget sih!" dumelnya mencari-cari kesalahan padahal juga tidak ada semenit sampai Erik membuka pintu.

"Kenapa?" tanya Erik tanpa berniat ikut tersulut, ia sudah terlalu sabar sampai rasanya mati rasa dengan semua perlakuan yang diterimanya selama ini.

"Makan sana!" suruhnya lalu melenggang pergi, Erik mengerjap cepat dengan senyuman samar, ini sangat langka Adiknya menyuruhnya makan, meskipun Adik tirinya itu sangat jahat kepadanya tapi Erik tidak pernah benar-benar dendam kepadanya.

Erik segera menuju dapur, dengan wajah yang berbinar. Entah kenapa takdirnya jadi baik begini.

***

Erik melenggang di jalanan tanah setapak sesekali menyapa orang di desanya yang ia lewati, raut ekspresi bahagia terpancar jelas di wajah tampannya, meskipun tidak pernah perawatan tapi Erik memiliki paras yang sangat rupawan. Hidung bangir, kulit kuning langsat, rahang tegas, alis tebal, bibir ranum, dan mata elang yang menjadi daya tarik lelaki itu, apalagi pekerjaannya yang membutuhkan banyak tenaga tanpa sengaja justru membentuk tubuhnya menjadi proporsional.

"Kenapa ngajakin ketemuan?" suara kalem yang mendayu di sebelahnya membuat Erik yang melamun langsung tersentak. Terlihat Dewi mengambil posisi duduk di sampingnya, saat ini mereka tengah berada di gubuk yang tak jauh dari persawahan.

"Kok pake nanya, kamu gak suka ketemuan sama aku? Padahal aku kangen banget tau." Erik langsung memeluk erat tubuh gadis itu, rasanya hari ini ia ingin menceritakan semua keberuntungannya ini pada kekasihnya.

Dewi meringis, terlihat sekali kalau sedikit risih dengan perlakuan Erik. "Hari ini toko lagi rame jadi aku gak bisa lama-lama." Alibinya sebenarnya hanya ingin menghindar, ngomong-ngomong Dewi bekerja sebagai penjaga toko baju.

"Oh," raut kebahagiaan yang Erik perlihatkan tadi tampak menurun, tapi lelaki itu tidak serta-merta langsung kesal atau marah. "Yaudah kamu lanjutkan pekerjaan kamu saja, maaf sudah mengganggu waktunya."

Dewi langsung berdiri dari duduknya, tanpa menatap Erik gadis itu beranjak. "Aku pamit." Ujarnya hampir tanpa riak.

Erik masih menatap punggung kekasihnya sampai benar-benar hilang dari pandangannya, ini hanya perasaannya saja atau memang benar ... kalau Dewi jadi berubah?

***

"Ini harganya Rp1.000.000 Mas."

Erik tersenyum menatap cincin di depannya, ia berniat membelikan Dewi hadiah karena ia sadar selama ini ia tidak pernah memberikan kekasihnya itu apapun.

"Baik, bungkus yang ini Mbak." Balas Erik dengan senyuman mengembang, semoga saja dengan ia memberikan hadiah ini kepada Dewi maka gadis itu akan kembali bersikap lembut kepadanya.

Setelah melakukan transaksi pembayaran Erik memutuskan untuk segera bergegas menuju toko tempat Dewi bekerja, karena tidak mau membuang-buang uang pemuda itu memilih jalan kaki meskipun jarak dari sana ke toko cukup jauh.

Dinikahi Tante Kaya Raya (End)Where stories live. Discover now