5

234 34 4
                                    

"Lo mau makan dulu Tzu?".

Alis Tzuyu terangkat, bingung sebab kini mereka sudah berada didepan rumah Jihyo.

"Hah? Di rumah lo gitu?".

Jihyo mengangguk mantap. "Iyalah. Lo pasti belum makan kan? Ntar paling gue masak sedikit buat lo. Mbak yang biasa masak gaada soalnya, nyokap gue juga lagi gaada dirumah".

"Hah?".

Jihyo tertawa kecil. "Lo daritadi hah heh hoh mulu, mau gak?".

"Ya boleh, kalo lo gak keberatan".

"Engga lah, kan gue yang nawarin. Yaudah ayo masuk".

Tzuyu menurut saja, dan mengekori dibelakang Jihyo. Seraya masih berpikir, sejak kapan Jihyo jadi baik seperti ini pada dirinya? Sejak kapan Jihyo bisa berbicara senyaman itu dengan dirinya? Dia telah melakukan apa sehingga Jihyo bisa berubah dan membuat mereka kini menjadi lebih dekat.

Pertama kalinya masuk kedalam rumah Jihyo, dirinya disuguhi beberapa foto-foto kecil yang sepertinya milik gadis itu. Cantik, tidak terlihat banyak perubahan. Jihyo sudah cantik bahkan dari kecil hingga sekarang.

Terlalu terperangah menatap foto masa kecil milik Jihyo, Tzuyu tak menyadari bahwa Jihyo sedari tadi malah menatap dirinya dengan senyum menghias diwajahnya.

"Ayo deh, gausah diliatin mulu. Gue tau kalo gue cantik tapi gausah segitunya".

Suara itu membuat Tzuyu tersadar lalu menatap Jihyo seraya menyengir. "Gemes banget soalnya. Boleh gue minta fotonya?".

"Gak, gak boleh. Kalo nanti lo pengen liat fotonya, ya tinggal dateng ke rumah gue". Ucap Jihyo santai lalu pergi dengan langkah pelan yang diikuti Tzuyu yang sekarang kepalanya diisi oleh perkataan Jihyo.

"Hah? Apa? Coba diulang". Tzuyu mengejar Jihyo, dan menghadang jalan gadis itu.

"Apa? Emang gue ngomong apa?". Jawab Jihyo santai seraya menahan senyumnya. "Awas deh gue mau masak".

Jihyo tadi hanya berbicara seadanya, tanpa ada unsur apapun tapi sekarang dia sedikit menyesali perkataannya.

"Ga seru ah, bilang dulu apa tadi". Ucap Tzuyu seraya merentangkan tangannya guna menghadang langkah kaki Jihyo.

"Ya emang lo ga denger?".

"Denger sih, tapi kan takutnya gue salah denger".

Jihyo sedikit berpikir untuk memberi balasan, takut nantinya ia jadi menyesali perbuatannya.

"Engga, ga salah denger kok. Lo beneran boleh dateng kesini lagi, kalo lo pengen liat gue". Setelah mengucapkan itu, Jihyo buru-buru jalan menuju dapur dengan wajah memerah, menahan malu.

Bisa-bisanya dia bilang begitu kepada Tzuyu???!!!!!!

Tzuyu termenung sebentar sebelum senyum lebarnya terpampang nyata diwajahnya, lalu ia mengikuti langkah Jihyo.

Didapur, Jihyo sudah mulai memasak, entah memasak apa Tzuyu tidak terlalu mengerti.

"Gila, gue baru kali ini dateng ke dapur tapi hati gue degdegan banget kaya ada apaaaa gitu didapur". Ucap Tzuyu cukup keras, membuat Jihyo sedikit meliriknya sebelum kembali fokus terhadap masakannya. "Eh ternyata yang bikin degdegan itu karena ada jodoh gue didapur".

"Berisik. Gue lagi pegang piso, kalo lo berisik bisa nih gue lempar ke elu".

"Buset, serem amat. Iya dah gue diem. Semangat masaknya cantikk, makasih udah mau repot-repot".

Lagi, perkataan Tzuyu sukses membuat Jihyo tersenyum. Gila, baru kemarin ia bilang ia tak mau dengan adek kelasnya itu namun lihat sekarang? Kenapa bisa berubah begitu cepat, hanya membutuhkan satu malam dan Jihyo bisa langsung jatuh kepada pesona Chou Tzuyu.

————

Tzuyu sudah pulang. Kentara banget rumahnya langsung terasa sepi setelah Tzuyu pulang. Beginilah suasana Jihyo dirumah, tak menyenangkan.

Tzuyu benar-benar bisa membuatnya beberapa kali tersenyum tadi, hanya karena Tzuyu tak henti-hentinya memuji masakan yang ia buat. Jihyo jadi merasa tak sia-sia memasak karena Tzuyu mengapresiasi sebegitunya masakannya.

Jihyo jadi dikit-dikit mikirin Tzuyu belakangan ini, entah kenapa tapi Tzuyu benar-benar bisa membuatnya nyaman. Padahal kenapa ga dari dulu ia mencoba untuk menerima kehadiran Tzuyu.

Karna jika ia baru menerima Tzuyu sekarang, waktunya benar-benar sebentar. Karena semester depan ia sudah mulai sibuk dengan ujian ujian dan sebagainya, juga untuk menyiapkan kuliahnya.

"Hadeh, emang paling bener gausah cinta-cintaan, ribet. Ntar kaya Mina lagi gamon, dih gamau". Monolog Jihyo, seraya merapikan tempat tidurnya.

Setelah membaringkan tubuhnya ke kasur, Jihyo dengan segera membuka ponselnya, mengecek jika ada apa-apa. Dan tumben sekali, Tzuyu tidak memberinya pesan.

Dihitung dari waktu Tzuyu pamit pulang sampai sekarang sudah lumayan lama, sudah cukup untuk Tzuyu sampai di rumahnya. Namun kenapa Tzuyu belum juga mengabari dirinya, seperti sebelum-sebelumnya?

Oke, ini aneh. Kenapa juga Tzuyu harus mengabari dirinya? Dan sejak kapan Jihyo jadi merasa bahwa Tzuyu harus mengiriminya pesan?

Mereka tidak ada hubungan apa-apa yang mengharuskan Tzuyu untuk mengiriminya pesan sekedar untuk mengabarinya.

Jihyo langsung menenggelamkan wajahnya ke bantal, dan bertanya mengapa harus sekarang? Mengapa harus sekarang dirinya peduli dengan kehadiran Tzuyu?

Lalu suara notifikasi ponselnya terdengar, Jihyo dengan cepat mengambil dan memeriksanya.

Tzuyu.

Begitulah yang terpampang di layar ponselnya. Seulas senyum hadir di wajah cantiknya, disertai dengan degupan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat.

"Gue udah gila beneran". Ucapnya pelan, seraya menyimpan ponselnya tanpa membalas pesan dari Tzuyu yang berisi bahwa cowo itu sudah sampai dengan aman dirumahnya.

———

Besok paginya adalah pagi sangat berbeda sekali dengan yang sebelumnya bagi Jihyo.

Jam setengah tujuh pagi ini, Tzuyu sudah berada didepan rumahnya, dengan senyuman yang terlukis diwajahnya.

"Hai, morning". Ucap Tzuyu seraya turun dari motornya dan menghampiri Jihyo. "Semalem udah gue chat buat berangkat bareng tapi lo ga jawab, jadii disinilah gue hehe".

"Oh iya sorry, gue semalem udah tidur kayanya. Ga sempet bales".

Bohong. Jihyo memang sengaja tidak membalas pesan dari Tzuyu karena tak mau semakin memikirkan lelaki didepannya ini.

"Iya gapapa, sekarang mau kan berangkat bareng gue?". Tanya Tzuyu.

Jihyo mengangguk malas. "Ayo".

Tzuyu mengernyit heran, lalu tangannya bergerak menyentuh kening Jihyo. "Lo kenapa? Sakit?".

Dengan pelan Jihyo menyingkirkan tangan Tzuyu. "Gapapa, ayo berangkat sekarang aja".

Tzuyu hanya mengangguk lalu mengikuti Jihyo yang sudah berjalan mendekati motornya.

"Pake jaket gue ya? Gue takut lo sakit". Ucap Tzuyu seraya melepaskan jaketnya lalu menyerahkan kepada Jihyo.

Jihyo terdiam namun tetap menerima jaket Tzuyu, dan dengan ragu memakainya.

Tzuyu yang melihat itu tersenyum lalu membantu memakaikan helm kepada Jihyo secara perlahan.

"Udah, ayo naik".

"lo gausah kaya gini Tzu, gimana kalo gue suka sama lo?".

———

Haloooo, ada yang nungguin inikah? maaf baru bisa update :(

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Dec 04, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Unforgettable LoveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt