[01]

457 130 140
                                    

Brak!

Suara pukulan pada meja membuat El terpaksa mengangkat wajahnya untuk melihat pelaku yang mengganggu tidurnya. Siapa lagi kalau bukan Dito.

Temannya yang selalu mengejek Zian perihal tinggi badan itu tengah tersenyum mengejek. "Kenapa El? Gak bisa tidur karna panik serumah sama gebetan?"

"Serumah?"

Zian yang sebelumnya sibuk bermain ponsel dengan Rey langsung menoleh sehingga membuat Rey berteriak berkali-kali karna nyawanya terancam. "Yan! Brengsek lo! Kalau main tuh mesti fokus! Sialan! Awas aja kalau kalah."

Rey emang seperti itu, selalu kelihatan emosian tiap bermain games. Makanya jarang banget ada yang mau kalau diajakin mabar sama Rey. Udah kerjaannya nyuruh eh masih dimarahi juga -siapa yang tahan?

"Gimana El?"

El menidurkan kepalanya di meja, masih merasa mengantuk. "Gue gak serumah, kemarin pas Bunda balik ya gue ikutan balik."

"Pakai cipika-cipiki gak, El?" Tanya Dito jahil.

"Baru sekali ketemu udah minta jatah, ajaran sesat!" Ternyata Rey masih mendengarkan percakapan teman-temannya, "Jangan ditiru. Mending tanya si Jovi aja. Dia udah khatam."

"Soal tata cara bertamu yang baik atau kapan waktu terbaik minta jatah?" Zian terkekeh sendiri karna merasa pertanyaannya jauh dari kata normal. Sementara Jovi cuma tersenyum sebagai respon.

El mendengus tapi sudah menatap Jovi dengan penasaran, sehingga laki-laki itu bertanya. "Kenapa El?"

"Itu... gue mau nanya." El gugup sendiri, tangannya menggaruk bagian kiri pelipisnya lalu mendengus, "Gak jadi deh. Gue berasa Zian atau Dito."

"Wah, kalau bawa-bawa nama Zian atau Dito pasti mesum nih."

Rey bahkan sudah meninggalkan ponselnya, mungkin game yang dia mainkan tidak lagi menarik dibanding perbincangan ini atau emang karna udah kalah aja.

Baru saja Dito berniat memiting kepala Rey, kedatangan Kio dengan informasinya membuat kelima laki-laki itu bergerak menuju jendela. Apalagi El, dia bahkan tidak mengantuk lagi.

"Si Lova kelas Olaraga."

Dan secepat kilat, El langsung menuju jendela. Bibirnya tertarik membentuk senyuman ketika berhasil menemukan gadis yang kini mengikat rambutnya.

"Cantik."

"Iya El, lap dulu ences lo." Zian mengambil tisu yang dibawa salah satu siswi di kelasnya dan berpura-pura mengelap sudut bibir El.

"El senyumannya mesum banget."

"Mirip sama lo ya, Dit?"

"Kok si Tala gak ada ya?" Rey yang masih berada dalam pitingan Dito karna mengejek lelaki itu kini menatap Jovi dengan aneh. "Tala emangnya ring basket sampai mesti ada di lapangan?"

Jovi tertawa lalu menggeleng, "Nggak. Hari ini kelasnya Lova kan ada mapel Olahraga. Kebetulan Pak Syam lagi gak bisa hadir, Tala di suruh nyampein ke kelasnya Lova."

"Itu Tala."

Kio menunjuk seorang gadis yang kini berjalan mendekati Lova dan temannya. Memang cuma mereka berdua yang masih dalam posisi duduk di pinggir lapangan.

"Jov, si Tala ngomong apa sama Lova?" Tanya El penasaran.

"Gak tahu."

El mengangguk sebentar namun kemudian bertanya kembali karna melihat Lova yang kini berjalan bersama Tala.

Say It! (Complete)Where stories live. Discover now