Dua belas

280 43 7
                                    

Sinar matahari pagi perlahan menerobos melalui celah-celah jendela kaca besar yang tirainya tidak tertutup rapat. Memberikan sedikit penerangan untuk kamar bernuansa putih yang seluruh lampunya tidak menyala itu. Bahkan lampu tidur pun sama sekali tidak menyala karena kedua penghuni kamar sama-sama menyukai suasana tidur dalam kegelapan.

Sementara itu si pemilik kamar perlahan mengerjabkan mata karena cahaya matahari tanpa sengaja menyorot mata cantik itu. Nicta Maharani, si pemilik kamar membuka mata lalu menyentuh lengan besar yang melingkar di perutnya. Seulas senyum terbit di bibir ranum Nicta ketika merasakan kehangatan pelukan Regulus di punggungnya. Nicta menggeliat kemudian berbalik menghadap ke Regulus yang masih tertidur pulas sambil terus memeluk dirinya. Ditatapnya wajah tampan yang selalu dia rindukan itu. Mata cantik Regulus bahkan tetap menawan ketika tengah tertutup, hidung mancungnya, rahang tegasnya, dan bibir tipis yang mempesona. Nicta mendaratkan kecupan ringan di bibir Regulus, kemudian ke ujung hidungnya. Nicta tersenyum lagi, mengenang betapa pentingnya sosok Regulus bagi kehidupan gadis itu.

Sejak perselingkuhan yang dilakukan oleh ayahnya enam tahun lalu, hingga berujung sang ibu melakukan tindakan bunuh diri, Nicta sebagai anak tunggal benar-benar sangat terpukul. Terlebih ketika sang ayah akhirnya memilih menikahi selingkuhannya dan meninggalkan Nicta, gadis itu sempat mengalami depresi parah. Saat itulah Nicta bertemu dengan Regulus, seniornya di kampus yang selalu hadir dan menghiburnya. Regulus yang menemani Nicta melakukan pengobatan dan terapi, serta men-support gadis itu agar melanjutkan pendidikan. Dua tahun kemudian setelah Nicta sembuh dan lulus, Regulus menyatakan cinta dan mereka resmi berpacaran. Pengaruh Regulus terhadap kehidupan Nicta bukan hanya sampai di situ. Regulus juga yang menemani serta menunjang Nicta berkarir sebagai aktris selama empat tahun belakangan ini. Meskipun Nicta sering kali tersandung kontroversi dan masalah dengan beberapa publik figur karena perangainya yang kurang baik, Regulus tidak pernah malu mengakui Nicta sebagai kekasihnya di hadapan media. Regulus selalu mengutamakan Nicta di atas status pria itu sebagai putra bungsu keluarga konglomerat. Bayangkan, bagaimana bisa Nicta tidak bersyukur memiliki pria itu di hidupnya?

Namun lagi-lagi Nicta harus menelan pil pahit ketika setahun yang lalu Regulus meminta izin kepada keluarga Dirgantara untuk menikahi Nicta dan berujung pada penolakan tegas serta penghinaan yang dilontarkan oleh Nyonya Dirgantara untuk dirinya, karena dia tidak memiliki darah konglomerat dan juga berasal dari latar belakang keluarga berantakan.

Keluarga Dirgantara juga secara transparan mengatakan kepada media bahwa mereka tidak memberi restu untuk hubungan Regulus dan Nicta. Mereka bahkan menegaskan bahwa hubungan keduanya sudah berakhir.

Padahal kenyataannya Regulus tetap mempertahankan Nicta di sisinya. Meskipun Nicta berkali-kali meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, Regulus tidak pernah melepaskan pelukannya kepada gadis itu. Regulus terus meyakinkan bahwa dia akan menikahi Nicta dan menjadikan Nicta bagian dari keluarga besar Dirgantara. Hingga akhirnya Nicta kembali luluh dan tetap bertahan dalam hubungan gelap bersama Regulus. Nicta tetap menguatkan hatinya ketika menyaksikan bagaimana prianya terpaksa menikahi wanita lain yang jauh lebih pantas di mata keluarga Dirgantara.
Lagipula Nicta memang harus tetap kuat, karena dia sudah terlanjur bergantung kepada Regulus. Nicta tidak tahu ke mana dia harus pergi jika dipaksa meninggalkan Regulus lagi.

"Kalau mau ngasih morning kiss tinggal bilang, enggak usah curi-curi kecupan gitu," goda Regulus yang tiba-tiba membuka mata. Pria itu menatap wajah kekasihnya yang saat ini berada tepat di depan wajahnya. Perlahan pria itu maju lalu menyatukan bibir mereka dengan lembut. Nicta tersenyum sembari membalas pagutan Regulus.

Beberapa saat berselang, Nicta mengakhiri ciuman mereka lalu menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Regulus.
"Enggak pengin ditinggal sama kamu."

"Siapa juga yang mau ninggalin kamu?" kata Regulus sambil mempererat dekapannya.

Seandainya PerihWhere stories live. Discover now