Hi! : I'm Mignionette

6.7K 731 271
                                    

Hari itu adalah sebuah kesialannya. Ia menendang kerikil bahkan kaleng soda bekas disepanjang jalan— karena menurutnya mengganggu pemandangannya.

"Aish! Sialan!" umpatnya tak memperdulikan tatapan orang-orang yang melihatnya aneh.

Beberapa meter lagi terlihat rumah sederhana bercat krim soft yang merupakan miliknya. Tangannya mengambil kunci rumah dengan gerakan malas.

Sepi.

Diumur dua puluh satu tahun yang dimana umur matang orang-orang untuk membangun rumah tangga. Tapi sepertinya orang ini tidak tertarik sama sekali.

Atau tidak laku?

Eiy, yang benar saja. Banyak wanita-wanita bahkan pihak bawah yang tertarik padanya. Visualnya yang sempurna dengan hidung bangir tanpa cela dan rahang dagu yang tegas.

Tapi, ia semakin malas ketika beberapa kali mencoba berkencan untuk berkomitmen hubungan yang serius tapi mereka justru menyukai pria berdompet tebal.

Dia Watanabe Haruto.

Pria yang bekerja sebagai karyawan diperusahaan ternama. Yang lahir dari keluarga sederhana dan merantau di kota untuk mencari keberuntungan disana.

Pintu rumahnya ia buka lalu melepas sepatunya dengan gerakan melempar. Tak peduli jika terlihat tak nyaman untuk dipandang karena berantakan.

Dasi yang mencekik lehernya ia tarik secara kasar. Haruto duduk disofa ruang tamu sembari menatap langit-langit dengan sorot mata yang terlihat lelah.

Tas kantornya ia buka dan mencari-cari berkas. Pria itu berdecak dengan raut wajahnya yang masam.

Melihat coretan dari tintah merah diatas kertas berkas miliknya— penilaian revisi dari laporannya. Bahkan ia membuat itu menyita waktu jam bersantai dan tidurnya.

"Bos sialan!" umpatnya sekali lagi seraya mengacak-acak rambutnya kasar.

Tenggorokannya kering karena merasa haus setelah ia puas mengumpati atasannya sendiri. Sebenarnya belum puas, ia ingin mengistirahatkan dirinya terlebih dahulu sejenak.

Mengambil sebuah soda dari kulkas dan meneguknya dengan rakus. Menatap tudung saji di meja makan yang terlihat kosong lalu melirik lemari pendingin— nyaris tak ada bahan masakan.

"Hahh, uangku akan habis kali ini" gerutu Haruto semakin meradang mengingat gajinya belum turun-turun juga dan diperparah karena dipotong.

"Sialan. Akan kubabat habis poni mangkoknya itu!" desis Haruto meremat botol sodanya hingga remuk lalu membuang tempat sampahnya dari jauh.

Tak!

Haruto tersenyum miring sembari menyugar rambutnya dengan gaya sok tampan. "Aku terlihat keren" ucapnya bangga ketika botol soda itu masuk secara tepat di tong sampah.

Kaki jenjangnya berjalan menuju kamarnya dengan pintu kayu jati berwarna coklat tua. Haruto mengganti setelan kantornya menjadi baju rumahan yang terlihat santai.

Selepas membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar. Ia hendak menutup jendela rumahnya yang menampilkan—

"HAH?!"

Haruto reflek mundur. Matanya melotot sembari jari telunjuknya bergetar menunjuk sesuatu didepannya.

Ia berjalan maju dengan gerakan semut. Matanya menatap was-was pada benda berukuran besar dihadapannya. Mengetuk-ngetuk pelan dan menempelkan telinganya bada benda asing itu.

"Telur hewan apa ini?" gumam Haruto bingung.

Ia melihat jendela dan melongokkan kepalanya disana. "HEY INI TELUR SIAPA?! ANAKMU ADA DI KAMARKU!" teriaknya.

Krik

Krik

Haruto menghembuskan nafasnya jengkel tak ada sahutan. Mata elangnya kembali menatap telur berwarna biru neon dengan penuh penasaran.

Krak!

"Uwaah! uwah! telurnya pecah!" teriak Haruto heboh.

Telur dengan ukuran besar itu mulai retak dan bagian sudut atasnya terbuka menampilkan seonggok manusia—

"HEH KAU TELANJANG!"

Manusia telur— julukan Haruto itu tersenyum padanya dengan matanya yang mengerjap polos.

Ia berjalan keluar dari cangkang telur yang membuat gerak tubuhnya tidak bisa leluasa. Sementara Haruto membuka mulutnya lebar dengan mata yang melotot terkejut.




























"Halooo! Aku Junkyu!"



Mignionette;Kemampuanmu melebihi pesonamu 























[To be Continued]

MIGNIONETTE [END] ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora