"Bang bang udah sini aja bang.." kata Ashel sembari menepuk pundak pengemudi di depannya.
Motor berhenti tepat di depan rumah Ashel. Ia tidak benar-benar naik ojek. Ashel terbiasa dengan candaan menganggap Adel sebagai tukang ojeknya. Ashel turun dari motornya untuk melepas helm dan aksinya terhenti saat melihat Adel yang kini tengah memperhatikannya.
"Kenapa?" tanyanya bingung.
Adel mengulurkan tangan ke arahnya. Ashel menaikkan alis kanannya. Gadis itu dengan ragu menerima uluran tangan Adel untuk ia genggam. Adel menatapnya aneh meskipun pada akhirnya tetap membiarkan Ashel menggenggam tangannya. Toh ia suka dengan itu.
"Maksudnya bayar anjir kok malah dipegang sih tangannya, jangan-jangan kalo sama abang gojek beneran kamu giniin.."
Ashel memberikan tatapan tak percaya. Ia merasa terfitnah oleh Adel. Gadis itu mendengus lalu memukul pelan tangan Adel.
"Mana ada pegang tangannya anjir.. aku peluk abangnya lah."
Seketika tawa Adel berhenti digantikan tatapan tajam, sekarang justru Ashel yang tertawa keras karena itu. Adel membantu Ashel melepas pengait helmnya. Seperti rutinitas dan sebuah keharusan tangannya secara reflek akan merapikan rambut Ashel setelah helm benar-benar lepas dari kepalanya.
"Makasiii,"
Adel hanya mengangguk lalu melepas helmnya sendiri. "Pengen jadi abang gojek deh,"
"Dih? tiba-tiba banget?"
"Biar dipeluk sama kamu kalo uda sampe."
Merapikan poninya dengan bantuan kaca spion. Gadis itu beralih menatap Ashel. Hanya menatap tanpa mengatakan apapun. Seolah mengerti dengan tatapan Adel, Ashel sedikit mencondongkan badannya mendekatkan wajahnya ke wajah Adel. Kedua tangannya bertolak di pinggang, dan jangan lupa senyumnya.
"Mending jadi pacar aku aja gasi? aku peluk tiap menit." Ashel mengedipkan sebelah matanya. Setelahnya gadis itu tertawa lebar karena ekspresi Adel yang menurutnya sulit dijelaskan dengan kata-kata. "Laper ngga?"
Adel menyunggingkan senyumnya lalu mengangguk pelan. Tatapannya memelas seperti anak anjing yang ingin makan. Ashel menangkupkan kedua tangan di pipi Adel dan terjadi adu tatap selama beberapa detik sebelum mengajaknya masuk ke rumah.
Adel menyunggingkan senyumnya ketika melihat Mami Ashel berdiri di ambang pintu menyambut keduanya. "Halo tante,"
"Hi Adel, nginep?"
Adel mengangguk pelan. "Boleh tante?"
"Boleh dong masa engga boleh,"
Keduanya tertawa kecil, Adel dan Ashel langsung pergi ke kamar. Adel sudah dianggap seperti anak sendiri oleh keluarga Ashel jadi bukan sesuatu yang baru saat Adel tiba-tiba menginap di rumah ini. Baginya, rumah Ashel adalah rumahnya juga. Dan ia berharap suatu saat akan menjadi nyata. Aamiinin dulu aja, who knows. Gadis itu berjalan mengekori si pemilik kamar.
Ashel menutup pelan pintu di belakangnya. Tatapannya tertuju pada Adel yang langsung merebahkan dirinya di kasur dengan posisi menghadap kasur, u know tengkurap. Ashel meletakkan tasnya lalu memilih untuk mendudukkan dirinya di meja belajar. Ia menatap pada kertas berwarna biru yang tergeletak tak berarah di atas mejanya. Gadis itu menarik kertas yang berisi schedulenya untuk satu minggu ke depan.
"Del,"
"Hm?"
"Besok aku ada rapat ih," katanya sembari mendengus.
Adel langsung mendudukkan dirinya di ranjang. Menatap Ashel yang kini duduk membelakanginya. Gadis itu menarik guling untuk ia gunakan sebagai bantalan tangannya. "Mau aku temenin ngga?"

YOU ARE READING
Oneshots II
Fanfictionsama aja kek oneshots satunya, cuma versi Adel Ashel. oneshot and VERY short stories. thank you for reading, enjoy!