• • •
❗Sebagian part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan❗
• • •
Dikarenakan latar belakangnya, Samudra terpaksa tetap berada di lingkungan pertemanan yang jelas-jelas beracun. Toxic circle, istilah yang cocok untuk lingkungan pertemanannya. T...
Di part pembuka cerita ini, aku ngga ngetik terlalu banyak, karena masih pembuka wkwk 🤣
Tapi ke depannya bakalan ada part yang banyak katanya, ada juga yang lumayan, hehe
Happy reading! Jangan lupa vote, komen, dan share ceritanya ke temen-temen kalian, ya!
***
PART 1 : SAMUDRA JOVANKA
"Faktanya, luka lama semakin tertanam kuat, bukan memudar."
-Samudra Jovanka
***
"Papa sama Mama mau ke mana?? Kok, bawa koper?"
Samudra mengerutkan keningnya, menatap kedua orangnya nanar. Dia melihat orang tuanya berpakaian rapi dan memasukkan sebagian hartanya yang berupa uang dan sertifikat tanah dengan tergesa-gesa. Wajah keduanya juga bercucuran keringat.
"Sam, kita mau...." Ariana menatap suaminya dengan jantungnya yang berdegup kencang.
"Liburan. Iya, kita mau liburan," sahut Jovan dengan napas yang tersengal-sengal.
"Sam mau ikut, boleh?" tanya Samudra.
Ariana menggeleng. "Kamu diem di rumah, ya. Jangan ikut kita, oke?"
"Tapi-"
"Kamu harus sekolah, Sam," potong Jovan yang membuat anaknya tidak meneruskan ucapannya.
"Papa sama Mama pulang kapan? Berapa lama liburannya?" tanya Samudra begitu melihat mamanya mulai melenggang pergi dengan membawa koper berukuran sedang.
"Seminggu, Sam. Udah, ya, kita mau pergi dulu." Jovan pun menyusul istrinya yang sudah berjalan jauh darinya.
"Pa-"
Samudra menghentikan ucapannya sambil menutup pintu kamar rumahnya. Dia mengembuskan napasnya. Dia melihat kedua orang tuanya pergi dengan mobil sedan silver melalui jendela.
"Kenapa harus mendadak?" gumam Samudra.
Tiga puluh menit kemudian, ponsel Samudra bergetar ketika dia sedang menonton acara televisi. Samudra menatap layar ponselnya sejenak. Nama papanya tertera di sana.
"Halo?"
"Halo? Apa anda Samudra Jovanka anaknya Pak Jovan dan Bu Ariana?" tanya seorang wanita muda di seberang sana.
Samudra mengernyit. "Iya, saya anaknya. Ada apa, ya? Ini siapa?"
"Maaf sebelumnya, saya Suster Anisa dari Rumah Sakit Cipta Bakti. Saya mau menginformasikan bahwa kedua orang tua anda kecelakaan di persimpangan jalan, lantaran melanggar lampu lalu lintas-"
Samudra langsung mematikan ponselnya dengan tubuh yang bergetar. Tangannya meregang, melepaskan ponsel di genggamannya. Dia terduduk lemas di sofa sambil menatap layar televisi yang menampilkan berita sekilas.
"Baru-baru ini, terdapat kecelakaan di persimpangan Jalan Bintang Angkasa yang menyebabkan dua orang tewas dan tiga orang selamat. Dapat dipastikan bahwa korban berinisial J melajukan mobilnya dari arah kiri dan menabrak sebuah mobil kijang dari arah kanan. Saat ini, korban ditangani oleh pihak rumah sakit."
Samudra mematikan televisinya dengan mata yang memerah. Dia mengacak rambutnya. Dia tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Bagaimana bisa kejadian seperti ini menimpanya?
"NGGAK!" Samudra bangun dengan posisi duduk dan napasnya tercekat. Bulir-bulir keringat membasahi ujung kening pemuda itu. Kejadian dua bulan lalu yang menewaskan kedua orang tuanya masih menempel di benaknya.
Samudra mengusap wajahnya, lalu beranjak bangun dan menuang air ke gelas kecil. Pemuda itu meneguknya hingga habis, setelah itu mengatur napasnya.
Samudra Jovanka, pemuda berusia 15 tahun itu sudah menjadi anak yatim piatu lantaran kejadian tersebut. Perlu diketahui bahwa dia mengetahui mengapa orang tuanya pergi dengan tergesa-gesa saat itu. Iya, dia mengetahuinya dari orang-orang di perusahaan papa dan mamanya bekerja. Kedua almarhum orang tuanya pergi tergesa-gesa karena ketakutan ditangkap oleh polisi, lantaran telah membuat skandal di perkantoran-korupsi. Akibat dari hal itu, seluruh aset milik orang tuanya disita oleh CEO perusahaan dan dia harus angkat kaki dari rumahnya. Saat ini, dia tinggal di sebuah kontrakan yang tidak terlalu luas.
Samudra menghela napasnya. "Kenapa gue keinget itu terus? Kenapa gue nggak bisa lupain?"
Pemuda itu mengusap wajahnya pelan. "Katanya, luka lama itu bisa pudar seiring jalannya waktu. Tapi, faktanya, luka lama semakin tertanam kuat, bukan memudar."
*** A/N: Gimana part awalnya?? Semakin penasaran buat baca part-part selanjutnya?
Satu kata buat part ini? Mau bilang apa ke author? Mau bilang apa ke Samudra??
Ini visual Samudra Jovanka
Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Jangan lupa follow akun berikut, supaya kamu nggak ketinggalan info ceritanya :
Wattpad : (@) indra_krnwn14 IG : (@) _indra_23
Untuk jadwal update cerita ini, aku info juga di part ini, ya. Di deskripsi juga ada sebenernya, hehe:)