Haii! Sorry banget baru up, jaringannya lagii ngga bagus di sini:(
••Selamat membaca!••
***
Samudra mendengus pelan, saat melihat Gibran memberikan satu gelas jus alpukat kepada Nadira. Belakangan ini, Samudra gampang terpicu emosi oleh hal-hal kecil semacam ini. Lagian, Gibran terlihat modus kepada Nadira untuk ketiga kalinya.
Saat ini, dia dan Nadira berkunjung ke rumah Gibran untuk mengerjakan tugas kelompok Bahasa Indonesia. Kalian masih ingat, kan, bahwa Samudra dan Nadira, serta Gibran berada dalam satu kelompok yang sama?
Sebenarnya, Samudra masih dongkol karena ini. Mengapa guru Bahasa Indonesia membuat mereka bertiga berada dalam satu kelompok? Jika saja Samudra mengajukan untuk mengganti Gibran dengan orang lain, apakah diperbolehkan oleh gurunya? Kenapa dari sekian banyak murid di kelas X IPS 2, Gibran yang terpilih untuk masuk dalam kelompoknya?
"Mau kapan mulainya, nih?" tanya Gibran sembari membuka buku paket Bahasa Indonesia.
"Mulai sekarang boleh, kok," balas Nadira.
"Oke, kita bagi-bagi tugas aja. Di teks biografinya ada empat paragraf, gue sama Nadira analisis kaidah kebahasaan paragraf satu dan dua, sementara lo, Bran, paragraf ketiga sama keempat."
Gibran mengangguk. "Oke. Nanti hasil analisisnya ditulis di kertas dulu, ya. Abis itu baru gue ketik di laptop."
Samudra mengangguk. Saat Gibran mulai membaca buku, Samudra mengulum senyum tipisnya. Tanpa disadari, senyuman tipisnya ditangkap oleh penglihatan Nadira.
Nadira menghela napasnya, dia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Samudra.
Nadira Primata
Ngapain lo senyum gitu? Serem.Ponsel Samudra bergetar, tanda bahwa ada notifikasi pesan yang masuk. Samudra mengeklik pesan tersebut dan membacanya.
Samudra menegukkan salivanya, dia menoleh ke arah Nadira.
Samudra Jovanka
Gue seneng aja karena Gibran ngerjain analisis dua paragraf sendirian.Nadira Primata
Ih, lo?! Asli, lo parah banget.Nadira Primata
Gaboleh gitu, Sam.Samudra Jovanka
Lagian siapa suruh dia modus ke lo.Nadira Primata
Hah? Lo cemburu?"Lo berdua ngapain main HP? Kapan kelarnya?"
Suara Gibran membuat atensi Samudra dan Nadira teralih. Keduanya tersenyum kikuk dan mulai mengerjakan tugasnya.
Samudra kalo cemburu serem banget, batin Nadira.
***
"Yah, nastar kejunya abis. Perasaan, gue makannya pelan-pelan. Masa udah abis aja." Nadira mengembuskan napasnya berat. Nastar keju yang dibawakan Samudra untuknya telah habis. Nadira tidak menyangka bahwa dia menghabiskan satu toples nastar keju dalam kurun waktu setengah jam.
"Kalo ngga mau abis, makanya ngga usah dimakan, Nad," sahut Samudra.
Nadira mencubit pelan pergelangan tangan Samudra. "Ish, tapi gue masih heran, masa secepet itu abisnya?"
"Gimana ngga cepet abis nastarnya, kalo lo makannya aja lahap banget, hm?" tanya Samudra yang membuat Nadira terdiam.
Gibran, cowok itu hanya bisa menghela napasnya. Dia merasa menjadi nyamuk di sini. Sementara hatinya, entah kenapa menjadi panas.

YOU ARE READING
Samudra [Terbit]
Teen Fiction• • • ❗Sebagian part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan❗ • • • Dikarenakan latar belakangnya, Samudra terpaksa tetap berada di lingkungan pertemanan yang jelas-jelas beracun. Toxic circle, istilah yang cocok untuk lingkungan pertemanannya. T...