Sepiring Omurice-2

53 10 5
                                    

Selangkah, dua langkah, aku masuk ke dalam rumah. "Eomma!!" Kupanggil ibu, siapa tahu dia ada di dalam salah satu ruangan itu, jujur aku tak punya keberanian untuk membukanya satu persatu, kecuali kamarku yang sedikit terbuka. Kuintip ke dalam tapi sepertinya tak ada orang, kugeser sedikit pintu secara perlahan.

Netraku langsung tertuju pada lantai bernoda merah, semakin kuperhatikan cairan merah itu kian banyak menggenang, mengalir dari sesuatu yang tertutupi oleh pintu, akhirnya kubuka secara gamblang, di balik pintu itu aku menemukan Yesung Hyung terkapar dengan pergelangan tangan terpotong, tanpa sadar aku menjerit histeris, "HYUNG!!".

Tak pernah kubayangkan bahwa aku akan menemui Yesung Hyung dalam kondisi yang mengenaskan, tanpa berpikir panjang kudekati tubuhnya, bukannya aku tidak takut, tapi rasa ingin menyelamatkannya jauh lebih besar daripada ketakutanku.

"Yesung Hyung, bangunlah aku mohon." Kutatap wajahnya yang terasa damai, apakah dia merasa bahagia setelah mengakhiri hidupnya sendiri? Apakah dia merasa lega karena tak usah menderita lagi? Sayangnya ia tak bisa menjawab semua pertanyaan itu.

"Hyung kumohon, jangan tinggalkan aku, lagi." Kugenggam tangan kanannya seraya terus membuat permohonan konyol, kudekap tubuhnya, suhu tubuhnya masih terasa hangat, apa itu artinya kakakku masih bisa selamat? Mungkin belum lama dia melakukan ini, dengan tergesa kucari telpon di ruangan itu, aku harus menelpon ambulans.

Beberapa tetangga mulai berdatangan ketika aku selesai menelpon. Tapi bukannya ikut membantuku untuk menolong Yesung Hyung mereka malah sibuk bergunjing, membicarakan hal yang tidak-tidak tentang kakakku. Bahkan beberapa mensyukuri keadaan kakakku yang sekarat.

Sebenarnya aku ingin sekali membungkam mulut-mulut biadab itu, hanya saja aku tak punya waktu, aku tetap berusaha menghentikan pendarahan pada lengan kakakku, apapun yang terjadi aku harus menyelamatkannya, walau seisi dunia membenci kakakku, tapi aku akan tetap menyayanginya. "Hyung, kumohon bertahanlah." Aku berkata lirih seraya terisak menahankan sesak.

Tanganku penuh dengan cairan merah kental, aku tak sempat membersihkannya saat ikut masuk ke dalam mobil ambulans, aku terus menggenggam tangan kakakku dengan telapak tangan merah hingga sampai di rumah sakit.

Para tenaga medis langsung berdatangan untuk membantu kakakku, mereka melakukan CPR, memasang beberapa peralatan medis, menyiapkan Elektrokardiogram. Sedangkan aku hanya bisa memperhatikan dari jarak yang lumayan jauh seraya terus memanggil-manggil nama kakakku dengan keputusasaan.

Namun, kurasa Yesung Hyung tak dapat mendengarnya lagi karena suara berdenging yang berasal dari benda kotak di sampingnya terlalu kuat, garis-garis melengkung yang ada di dalamnya mulai tertarik membentuk sebuah garis lurus, para tenaga medis menggeleng, mereka menyerah untuk menyelamatkan kakakku, pada pukul 3.50 sore ia dinyatakan meninggal.

"Hyung!!!" Dengan sisa tenaga kupanggil namanya untuk terakhir kali, jika ibu tak datang maka aku mungkin akan histeris seorang diri. Wanita itu bertanya padaku yang terduduk lemas di lantai, "Kyu, di mana kakakmu?"

Aku tak sanggup berkata-kata, kutunjuk ranjang dengan sebuah mayat yang tertutupi kain putih, ibu langsung menghampirinya, sama sepertiku ia juga tak bisa mengendalikan dirinya, ibu mengguncang-guncang tubuh Yesung Hyung, ia menggenggam tangannya yang sudah dingin.

Kuhampiri dirinya, menangis bersama di sampingnya, mengabaikan seorang perawat yang sedang mengambil darah kakakku. Aku tak tahu apapun kala itu, yang kutahu hanyalah aku merasa sangat sedih karena ditinggal oleh kakakku untuk selamanya. Kepergiannya benar-benar abadi, hingga seberapa besarpun rasa rindu yang kupendam untuknya, ia tetap tak akan pernah kembali.

 Kepergiannya benar-benar abadi, hingga seberapa besarpun rasa rindu yang kupendam untuknya, ia tetap tak akan pernah kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang