Beberapa hari sebelumnya

4 0 0
                                    

BEBERAPA HARI SEBELUMNYA

Aku pergi meninggalkan andini karena memang soal pekerjaan yang selama ini aku impikan, membuat desain mall modern yang mengedepankan cinta alam. Bagaimana bisa aku mendapatkan kesempatan ini? Itu berawal dari ajakan kolega bisnisku yang kebetulan menjadi owner di salah satu perusahan yang memenangkan tender untuk perancangan dan pembangunan mall tersebut. Kebetulan juga (pimpinan mall) menginginkan mall yang modern tapi masih lekat nuansa alamnya.
Aku sudah lama kenal dengan beliau kita saling mengenal satu sama lain. Bertukar follow di akun bisnis masing-masing. dan entah ini sebuah kebetulan atau tidak,  tempo hari setelahnya aku di ajak beliau untuk bergabung di timnya. Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan tawaran tersebut.
Bergegaslah aku pergi menuju tempat di mana lokasi mall dan kantor kolegaku beralamat dan kebetulan satu kota. Kami mulai melakukan dari survei lokasi dan hal-hal teknis lainnya. Aku tinggal di kantor tersebut. Setiap pagi sampai tengah malam kami berkutik dengan deadline, seolah berhenti sejenak hanya untuk istirahat, makan, mandi dan sholat. Desain itu harus kami perbaiki berulang kali sesuai dengan permintaan. Tak terasa sudah hampir satu bulan kami berkutit dengan hal semacam ini, desain mall sudah selesai lebih cepat sebelum waktu yang telah di tentukan. Tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk peresmian batu pertama di letakkan oleh para pejabat setempat.
Dari jeda waktu ini aku manfaatkan untuk pulang menemui wanita yang selama ini membuat hari-hariku penuh warna. Bersamanya aku merasa hari-hariku menjadi lebih bahagia, melepas kepenatan rutinitas pekerjaan dengan hal-hal yang menyenangkan. Seperti dulu di sudut kota menghabiskan waktu, bersama dengan sebuah jagung manis semanis senyumnya, berlatar langit yang merah jingga di ujung kota.
Sebelum aku pulang, aku sempatkan untuk singgah sebentar di salah satu toko emas di kota tersebut. Memilih cincin yang di rasa cocok untuk kita berdua memadu tali hubungan yang lebih serius, meminta pendapat ke pelayan toko, meminang-minang, menanyakan harga, perpikir sebentar, lantas mengiyakan saran tersebut. Dua cincin yang bertulisan singkatan nama kita berdua  'tegini' (tegar & andini) di bungkus kotak kecil berwarna merah.
Hubungan kami memang masih seumur jagung, tapi keyakinanku terhadap apa yang telah aku lalui bersama andini mungkin bisa menjadi salah satu alasannya. Dulu sebelum aku mengutarakan perasaan kepada andini. Ketika liburan perkuliahan kami selalu pulang bebarengan, entah menaiki bus atau berboncengan motor.  Andini sering mengajak aku mampir kerumahnya dulu, Aku di kenalkan dengan ibuk, bapak, kakak perempuan dan adik laki-lakinya. Mereka menyambutku dengan hangat, banyak canda tawa di pertemuan pertamaku dengan keluarga andini. Mereka keluarga yang menyenangkan, saling menghormati satu sama lain. Sepertinya, keluarga andini adalah keluarga yang menyenangkan.
Pertemuanku tidak hanya satu atau dua kali dengan keluarga andini, Tapi sudah banyak berjumpaanku dengan mereka, entah dengan salah satu di antara mereka atau malah rombongan keluarga mereka semua. Sebenarnya aku dan andini berasal dari satu kota yang sama. Dan kami baru mengenal satu sama lain saat di bangku perkuliahan. Aku dan andini sama-sama kuliah di kota yang sama dengan kampus yang sama pula, hanya berbeda jurusan saja.

***

Peletakan batu pertama mall oleh para pejabat setempat dan mengundang berbagai surat kabar sudah di lakukan lebih dari setengah tahun lalu. Sampai saat ini pembangunan mall sudah delapan puluh tujuh persen. Semua pekerja bersemangat untuk segera menyelesaikan proyek ini dengan lebih cepat, mereka tidak ingin bekerja di malam tahun baru. Lebih baik sesegera mungkin untuk menyelesaikan proyek ini dengan cepat, agar di malam tahun baru yang kurang lebih tinggal satu bulan lagi, mereka bisa merayakannya dengan keluarga mereka masing-masing. Pagi, siang, sore dan sampai pertengahan malam semua mesin masih terjaga dari tidurnya. Para pekerja saling  menyemangati satu sama lain.
Seiring pembangunan mall ini hatiku juga turut serta membangun punging-punging hati yang telah hancur. Tak terasa sudah lebih setengah tahun terakhir aku melaluinya. Meski di awalnya berat, namun aku harus tetap melaluinya dan akhirnya aku terbiasa. Terbiasa tanpa kehadirannya, terbiasa tanpa senyum manisnya, terbiasa tanpa tatapan mata coklatnya yang berkilau, dan teman-teman 'terbiasa' lainnya. Sejak kejadian itu aku memutuskan untuk meninggalkan kota yang dimana aku belajar dan memulai karirku. Aku tinggal di mana aku bisa memulai semuanya dari awal, di kota di mana proyek timku ini di jalankan.
Akhirnya tepat satu hari sebelum tahun baru. Gedung dengan sebelas lantai ini telah berdiri megah, menjadi salah satu icon kota tersebut. Yang akan jadi salah satu tempat favorit anak-anak sampai orang dewasa menghabiskan waktu bersama keluarga atau sang pujaan hati. Berbagai hiburan, makanan, kebutuhan sehari-hari, fashion, lengkap sudah ada di sana. Termasuk alat-alat travelling. Di sana ada nama salah satu lantai yang tidak asing lagi bagi 'tegar', ya.. karena 'tegar' sendiri yang menamai salah satu lantai tersebut. Alih-alih sebagai hadiah untuk sang pujaan hatinya 'dulu'. Tapi pupus sudah dan benar-benar pupus sudah harapannya setelah kejadian itu.

"Desainnya bagus, tata letak ruangannya pas dengan pemanfaatan cahaya matahari, nuansa alaminya dapat, dari keseluruhan bangunan ini sesuai ekspektasi saya. Namun, kurang satu lagi" tanggapan pak burhan saat tim kami menyelesaikan presentasi yang kesekian kalinya.
Kami senang dengan pujian yang di senandungkan oleh pak burhan, di rektur utama mall yang kami desain. Setelah beberapa pertemuan terakhir kami selalu di complain masalah ini dan itu.
"Kalau boleh tau, kurangnya apa ya pak burhan?" Tanya alan.
Alan ini adalah teman kolegaku sekaligus pimpinan tim ini, beliau juga yang menawarkan saya untuk bergabung dengannya.
"Dari sebelas lantai ini kami ingin di setiap lantainya punya nama. Kami akan menamai tujuh lantai dengan nama yang kami inginkan" pak burhan menghentikan kalimatnya. Yang membuat kalimatnya mengambang di langit-langit ruangan dan yang men-trigger  kami untuk bertanya.
Alan menyampaikan pertanyaan yang mewakili tim kami.
"untuk sisa lantai yang lain pak burhan?" alan memperbaiki pertanyaannya "maksud saya untuk lantai ke delapan sampai ke sebelas, atau sisa empat lantainya siapa yang akan memberikan nama pak?".
Pak burhan berdehem lalu memperbaiki posisi duduknya dan menatap dewan yang ada di sekitarnya, lalu menatap kami satu persatu dan berakhir ke arah alan.
"Itu urusan kalian!" jawab pak burhan acuh.
Kami masih belum tau apa yang di maksud pak burhan. Akhirnya aku tidak bisa menahan rasa penasaran yang voltage tinggi dari dalam diriku.
Aku ber dehem. Mengambil alih pertanyaan tim kami "maksud bapak, untuk lantai delapan sampai sebelas atau sisa empat lantainya. Apa bapak burhan memberikan akses kami untuk memberikan nama lantai-lantai tersebut?".
Alan menatapku tidak percaya dengan apa yang telah aku ucapkan. Tapi ini lebih baik ketimbang main tebakan yang menguji adrenalin kami. Aku sadar pertanyaanku terlalu riskan untuk di ajukan, setidaknya dengan pertanyaanku tadi kita bisa lebih cepat tahu ketimbang hanya menunggu harapan yang belum pasti. Kalaupun benar kami di beri akses untuk memberikan nama-nama lantai yang tersisa. Ya puji syukur.
   Bapak burhan dan di susul dewan yang ada di sekitarnya tertawa dengan pertanyanku tadi. Entah itu pertanyaan yang konyol di mata mereka atau mungkin ekspresi wajahku yang tak sabaran.
"anak muda, siapa namamu?" bapak burhan menunjuk dengan isyarat ekspresi wajahnya.
Aku menelan ludah dan menatap alan sebentar sebelum menjawab pertanyaan pak burhan. Terlihat wajah alan menyesali pertanyaanku tadi.
"Tegar" aku jawab dengan mantap.
Pak burhan terseyum "nama yang bagus 'tegar' ".
Pak burhan diam, sama seperti seluruh orang yang ada di ruangan tersebut diam semuanya. Kami diam karena masih menunggu jawaban dari pak burhan dengan wajah teman setimku yang terlipat menyesalli pertanyaanku tadi. Mungkin sehabis ini aku bakal di jitak satu persatu oleh mereka.
"kalian saya beri akses untuk memberikan nama di lantai yang tersisa. Siapkan saja nama-namanya dulu. Untuk penempatan nama di lantainya, akan kami urus sendiri". Jawaban Pak burhan mantap, memberikan penjelasan yang memecah hening dan ketegangan di dalam ruangan.
DORR. 
PYAR..
DORR
PYARR..
Letusan kembang api didalam hatiku membuat rasa bahagia tak terkira. Membuat warna yang begitu menawan mata.
Inikah salah satu 'surga dunia' tanyaku dalam hati.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CanduWhere stories live. Discover now