1: Marahan

2.2K 363 35
                                    

Neva Trisa sudah beberapa kali menghubungi nomor kekasihnya, Arkello Sanjaya sejak ia keluar dari kantor tempatnya saat ini berada. Namun, tidak juga mendapat respons sehingga membuat Neva merasa kesal.

"Nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan."

Sekali lagi hanya operator perempuan yang merespon panggilannya.

Merasa diabaikan, Neva kemudian melangkah menuju pinggir jalan. Gadis itu merasa lebih baik ia menggunakan taksi saja daripada harus menunggu Kello yang tidak ada kabarnya.

Tak lama setelah Neva menunggu, sebuah motor ninja berhenti tepat di samping Neva.

"Nev, kamu mau pulang? Ayo, bareng Abang aja."

Dia adalah Andre. Tetangga kontrakan tempat Neva tinggal. Rumahnya merupakan rumah paling besar yang berada di wilayah tempat tinggal Neva.

"Beneran, Bang?"

"Iya, lah! Ayo, naik sama Abang. Kamu udah kayak enggak pernah nebeng Abang aja," ujar Andre.

"Tapi, aku pakai rok, Bang."

Andre menatap Neva yang memang mengenakan rok span dibawah lutut. Pria 25 tahun itu kemudian melepaskan jaket yang ia kenakan dan memberikannya pada Neva.

"Nah, tutup pakai ini kalau kamu malu. Makanya mendingan kalau kerja pakai celana biar enggak ribet."

"Aku kira tadi bakal pulang naik mobil, Bang. Makanya pakai rok."

Neva naik ke motor milik Andre dengan susah payah. Maklum saja, tubuh mungil gadis itu membuatnya sedikit kesulitan naik ke motor yang lebih tinggi darinya.

"Mau naik mobil atau motor, kamu seharusnya selalu pakai celana. Biar aman untuk gadis seperti kamu," celoteh Andre. "Sudah siap?"

"Siap, Bang."

Andre kemudian melajukan kendaraannya membelah jalanan kota dengan Neva yang duduk di boncengannya.

Tepat di lampu merah, motor berhenti. Neva menoleh ke sisi kanan dan melihat mobil yang ia kenali berada tepat di samping motor yang sedang ia tumpangi.

Bola mata gadis itu melebar saat melihat seseorang di dalam mobil yang kebetulan kaca jendelanya terbuka. Neva mengenali pemilik mobil itu.

Siapa lagi jika bukan Arkello Sanjaya, sang kekasih yang tidak menjemputnya.

"Kello!" Neva spontan berteriak memanggil nama sang kekasih yang refleks langsung menoleh ke arah tempatnya berada.

Neva mengacungkan jempol ke bawah yang ia arahkan pada Kello. Pemuda itu tampak terkejut mendapati dirinya berada di atas motor.

Neva meluruskan tubuhnya sambil menghadap ke arah depan saat motor kembali melaju.

Kali ini Neva benar-benar merasa kesal dengan sikap Kello. Pemuda itu tidak menjemputnya dan bahkan saat ini dilihat dengan mata kepalanya sendiri naik mobil berdua dengan perempuan lain.

Kali ini Neva tidak akan lagi peduli jika Kello terus merengek padanya. Gadis cantik itu akan mengabaikan Kello, lihat saja nanti, tekadnya dalam hati.

Motor kemudian melaju membelah jalanan kota sampai akhirnya tiba di kontrakan tempat Neva tinggal.

"Terima kasih, Bang. Besok pagi Abang bawa motor lagi?"

"Iya. Kamu mau nebeng?"

Neva tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Tentu saja ia akan menumpang dengan Andre dan tidak akan lagi mau diantar atau dijemput oleh Arkello Sanjaya. Dari pada dirinya makan hati, lebih baik membiasakan diri untuk sendirian.

"Ya udah nanti kalau abang mau berangkat, Abang panggil kamu. Abang pulang dulu."

"Iya, Bang."

Neva kemudian berbalik masuk ke dalam kontrakannya. Kali ini ia benar-benar merasa kecewa dengan sikap kekasihnya itu.

Gadis cantik itu kemudian mengunci pintu kontrakannya dan masuk ke dalam kamar setelah melempar dengan asal tas miliknya.

Tak lupa gadis itu juga mengaktifkan mode silent pada ponselnya agar siapapun yang menghubunginya tidak akan terdengar.

Benar saja setelah Neva mengambil handuk mandi dan masuk ke kamar mandi, ponsel yang berada di atas rak samping tempat tidurnya menyala.

Panggilan masuk dari Kello terus dilakukan berulang kali bahkan setelah Neva selesai mandi pun ponselnya tidak berhenti berdering.

Neva kemudian menatap layar ponselnya dan terbelalak ketika melihat panggilan masuk lebih dari 100 kali dilakukan oleh nomor Kello.

Kesal karena pemuda itu bisa membuat ponselnya lowbat, Neva dengan santai langsung memblokir nomor Kello dan tersenyum setelah meletakkan kembali ponselnya di atas rak.

Malam harinya, suara ketukan pintu kontrakannya terdengar. Neva yang tidak menghidupkan lampu teras dan ruang tamu miliknya melangkah keluar dengan meraba area sekitar. Saat membuka hordeng di jendela dengan pelan, gadis itu dapat melihat sosok Kello yang berdiri di depan pintu kontrakannya.

"Hmm. Kamu ketuk pintu itu sampai tangan kamu bengkak, aku juga enggak peduli. Makan itu si Silvi. Jangan coba-coba untuk menghubungi aku lagi."

Neva bergumam pelan sambil menutup kembali hordengnya. Tidak akan ia pedulikan pada sosok Kello yang terus mengetuk pintu kontrakannya. Biarkan saja dia mendapat teguran dari tetangga samping kanan kirinya karena sudah mengganggu ketenangan.

Benar saja saat ini Neva dapat mendengar suara seseorang yang menegur Kello.

"Mungkin Neva enggak ada di rumahnya. Buktinya dari tadi kamu ketuk pintu enggak dijawab juga. Datang aja besok pagi. Kalau kamu terus teriak-teriak di sini dan ganggu ketenangan kami, kamu bisa langsung diusir pergi dan enggak dibolehin untuk datang ke sini lagi."

"Tapi, saya yakin Neva ada di dalam, Pak." Kello masih bersikukuh untuk membiarkan Neva keluar. Sayangnya, jawaban dari tetangga sebelahnya memutuskan harapan Kello yang membuatnya pergi dengan kecewa.

"Kalau kamu masih enggak mau pergi dari sini, saya akan panggilkan kamu Pak RT supaya kamu enggak diperbolehkan untuk datang ke sini lagi."

Neva dengan santai masuk ke dapur untuk memasak mie karena perasaannya saat ini sedang bahagia. Bahagia tidak bisa direcoki lagi oleh Kello untuk malam ini.

Balikan, Yuk!Where stories live. Discover now