Parah

3.2K 227 6
                                    

Harin berjalan tak semangat turun dari bus menuju rumah, perkataan Jaemin pagi itu terus mengganggunya. Ia mempercayai Jeno begitu besar meskipun faktanya Jeno memang seorang berandalan. Ia hanya bisa berharap semua baik-baik saja dan semua itu tidak benar.

Tak terasa langkah kakinya sudah berada di depan gerbang rumah, ia menggerutu tidak jelas karena tidak ada satupun orang yang menjemputnya tidak seperti hari kemarin.

Gadis itu masih terus melanjutkan langkahnya memasuki rumah, ia langsung mendapati Soojung, bahkan ia tidak pernah berpikir ibunya sudah pulang dari Busan.

Soojung yang tengah duduk santai di sofa itu melirik Harin, ada yang aneh dari raut wajahnya. Ingin sekali Harin memeluk sang ibu, tapi keadaan sudah berubah.

"Mama, gimana keadaan nenek?" tanyanya langsung saja, sedikit ia rasakan canggung.

"Nenek udah sehat, kamu gak usah khawatir," jawab Soojung membuat senyum Harin mengembang merasa lega, "tapi ... " lanjutnya menggantung, wajahnya berubah sedikit kusut, Harin merasa waswas dan curiga dengan kalimat terakhir ibunya itu.

"Tapi apa?" tanya Harin tak sabaran.

"Kamu, ke rumah sakit sekarang. Jaemin masuk rumah sakit. Mama juga baru aja pulang dari sana." Seketika Harin langsung membulatkan mata tak percaya menatap Soojung serius.

"Jaemin masuk rumah sakit? Kenapa, Ma? Tadi pagi Jaemin baik-baik aja nganterin Harin sekolah," ucap Harin terheran dan memang tak percaya, sedikit menggelengkan kepalanya.

"Dia dikeroyok orang, jari-jari tangan kanannya patah, baru dioperasi. Cepat, kakak kamu juga di sana." Mendengar ucapan ibunya itu, tak menunggu apapun lagi, Harin langsung melesat pergi.

.
.

Hujan turun dengan derasnya, Harin tiba di rumah sakit dengan baju dan rambut sedikit kebasahan, turun dari taxi dengan tergesa dan menerobos hujan. Ia menyusuri lorong koridor dengan napas tersengal kalang kabut. Seperti apapun ia kesal, benci dan sakit hati pada Jaemin ia tetap menyayanginya sebagai kakak yang telah tumbuh bersama.

Langkah gadis itu tiba-tiba terhenti. Matanya menangkap dua sosok yang sangat ia kenal tak jauh berjalan di depannya. Harin yakin, ia tak salah melihat, itu Jeno dan Nara yang tengah berpegangan tangan. Ingin memastikan itu pacarnya dan kakak tirinya, ia mengikutinya.

Matanya memanas ingin menangis. Ia hanya bisa menggigit bibir menahan rasa sakit, melihat Jeno dan Nara berciuman. Tepatnya Jeno yang mencium paksa Nara, karena setelah itu tangan Nara melayang kasar di wajah Jeno.

Tidak peduli hubungan Jeno dan Nara itu seperti apa, sekalipun mereka pernah berpacaran atau mungkin masih saling memiliki perasaan. Harin melangkah mundur dengan sangat perlahan, menundukkan kepalanya. Dunia kejam untuknya jika Jeno mengencaninya karena Nara, jika Jeno hanya memanfaatkannya.

Yang dilakukan Harin saat ini menangis, menangis di toilet. Ia lupa untuk apa ia datang ke rumah sakit itu, ia melupakan apa yang ia khawatirkan sebelumnya. Menyeka kasar air matanya dan mencuci wajah, berusaha menyembunyikan matanya yang sembab.

Kini gadis itu berdiri di luar pintu kamar rawat Jaemin, enggan untuk masuk. Ia hanya menatap Jaemin yang terbaring dan bahunya yang sedikit menyandar, di samping kirinya ada Nara yang entah sejak kapan sudah kembali ke samping Jaemin, dan di samping kanan Jaemin sang ibu dari Jaemin yang juga setia mendampingi anaknya itu. Mereka bertiga terlihat akrab berbincang bersama, Harin merasa dirinya terasingkan melihat keakraban mereka.

Setelah beberapa saat ia hanya berdiam diri, ia mendengar suara yang menyapanya, "Rin, kenapa kamu nggak masuk?"

Harin mendongak lalu segera berdiri setelah ia memilih untuk duduk dan diam saja di kursi tunggu.

"Bunda, apa kabar?" tanya Harin membungkuk hormat, Im YoonA - Ibu Jaemin tersenyum menepuk bahu Harin.

"Bunda selalu baik. Cepat masuk, Jaemin nanyain kamu," ucap YoonA tersenyum hangat, YoonA tentu menyadari mata sembab gadis itu.

Harin hanya mengangguk saja, ia hanya sedikit mengernyit ketika YoonA mengatakan bahwa Jaemin menanyakan dirinya.

"Bunda harus pulang dulu, kamu sama Nara temenin dulu Jaemin, ya?" YoonA mengacak pucuk kepala Harin, bunda Jaemin memang sudah mengenal Harin sedari gadis itu kecil dan sudah menganggap seperti anak sendiri.

"Ya, hati-hati, Bunda." Harin kembali membungkuk, dan kembali mengangkat bahunya menatap punggung YoonA yang perlahan tak terlihat lagi.

Pintu terbuka lagi, dan keluarlah Nara menatap tajam Harin yang berdiri di depannya, tak lama Nara melirik ke arah Jaemin lewat kaca kecil pintu lalu beralih lagi menatap Harin. Sangat tak diduga Nara menarik kuat Harin pergi agak jauh dari sana, sedangkan Harin ia meringis kesakitan.

Plak~

Tanpa diduga pula Nara menampar pipi Harin dengan sangat keras hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana. Mata Nara sangat memerah menatap tajam Harin, Harin yang tak mengerti hanya menatap heran Nara dengan rasa panas di pipinya itu.

"Kakak ..." lirih Harin masih memegangi pipinya, menatapnya sendu.

"Puas lo? Puas, hah? Bikin Jaemin kayak gitu? Bikin Jaemin dikeroyoki Jeno sama teman-temannya?" teriak Nara dengan kencang setengah berteriak. Harin hanya diam, ia tidak mempercayainya.

"Ng-nggak mungkin, Kak," sangkal Harin lirih.

"Udah berapa kali gue bilang. Jangan berhubungan sama Jeno, dia itu penjahat, brengsek, bajingan. Ini belum seberapa, Harin. Cepat atau lambat dia bakal nunjukin keberengsekannya." Nara sangat frustrasi menjelaskannya, mengacak rambutnya tak beraturan karena emosi.

"Bukan karena kalian pernah pacaran? Bukan karena Jeno masih cinta sama kakak?" tanya Harin tersenyum miris.

tbc

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang