Dia yang Baru

2.3K 205 13
                                    

4 Tahun Kemudian~

Hari yang cerah, angin sepoi musim gugur membelai Harin yang keluar dari mobil. Ia dibantu Soojung dan duduk di kursi roda seperti biasa.

Gadis itu menatap rumah sakit di depannya, hari ini hari pertama pemeriksaan kakinya setelah dirinya berada di Korea.

Dengan perlahan, Soojung mendorong Harin untuk memasuki rumah sakit tersebut dan bertemu dengan Dokter yang sudah membuat janji sebelumnya.

Tanpa patah semangat sedikitpun, meski sudah empat tahun gadis itu tak bisa menggerakkan kakinya. Senyumnya tak pernah luntur dari wajahnya. Ia diperiksa untuk yang ke sekian kalinya dalam empat tahun itu, ia percaya pada akhirnya akan menerima hasil yang baik.

Setelah menebus obat, ibu dan anak itu berniat untuk kembali pulang. Mereka kembali beriringan dengan Soojung mendorong kursi roda Harin.

Namun, di koridor depan langkah mereka terhenti. Harin maupun Soojung sama-sama mengalaminya – detakan jantung itu, terutama Harin. Di depan mereka, seorang pria berjas putih yang juga sama-sama menatapnya. Sangat tampak terlihat bahwa pria itu adalah seorang dokter.

"Ma, cepat dorong aku yang lebih cepat lagi," ucap Harin pada Soojung, dadanya tak keruan berdebar kencang.

"Oh Harin ...," ucap si pria secara tiba-tiba, tatapannya tak percaya, Harin di depannya.

Tubuh Harin benar-benar menegang, tak bisa berkutik. Gadis itu hanya diam ketika pria itu menghampirinya, begitupun Soojung.

"Rin," ucapnya lagi dengan tangan kini menyentuh bahu Harin.

Mata Harin berkaca-kaca tak berani menatap pria itu, tangannya begitu berkeringat. Sangat berdebar akan pertemuannya dengan mantan kekasihnya itu, Lee Jeno, pria yang sebenarnya sangat ia rindukan.

"Mama, ayo pergi." Harin menyentuh tangan Soojung, seperti anak kecil yang merengek.

Soojung yang serba salah kini hanya bisa diam, bingung dengan apa yang harus ia lakukan berikutnya.

"Rin, kamu lupain aku?" tanya Jeno lirih. Sungguh suara itu benar-benar semakin membuat hati Harin tersayat.

"Kamu yang lupain aku," balas Harin datar, satu tetes air mata berhasil membasahi wajahnya.

"Rin, kamu apa kabar? Aku di sini selalu kangen kamu." Jeno mulai menyentuh tangan Harin dan mencoba menggenggamnya.

Entah sadar atau tidak antar keduanya, panggilan gue-lo yang selalu mereka gunakan dulu kini menjadi aku-kamu.

"Kalo kamu nggak lupain aku, kamu pasti ada di samping aku, Jen." Harin menggigit bibirnya masih belum mau menatap Jeno, "atau seenggaknya kamu nggak diemin aku."

Lutut Jeno terjatuh di depan Harin, ia menggenggam kedua tangan Harin dan mengecupnya. Jeno terisak dengan wajah ia tenggelamkan di pangkuan gadis itu. Hari ini memang seperti mimpi untuknya bertemu dengan Harin, terlebih lagi mendapati keadaan Harin yang benar-benar di luar dugaannya, kakinya yang lumpuh.

"Aku mau berubah untuk kamu. Aku ninggalin semua dunia kelamku untuk kamu," lirihnya mengangkat kepalanya dan menatap Harin lekat.

Harin diam, dirinya melupakan hal itu, bahwa Jeno bukanlah seorang dokter. Jeno yang dulu ia kenal adalah seorang berandal, mahasiswa kedokteran yang mogok kuliah, bahkan dulu Harin tak pernah sekalipun melihat Jeno yang pergi ke kampusnya.

"Club malam udah ditutup, aku benar-benar pengin berubah untuk kamu. Aku mau menemui kamu setelah aku sukses dengan diri aku yang baru." Jeno menatap Harin pasti, tangannya terulur menghapus butiran air mata yang terus berjatuhan dari wajah Harin.

"Aku nggak pernah lupain kamu, meski aku nggak pernah tahu keberadaan dan kondisi kamu setelah kecelakaan waktu itu." Jeno mengelus-elus jari jemari Harin dan mengecupnya singkat, "aku masih sangat cinta kamu-"

Deg~ ucapan Jeno terhenti begitu saja dengan mata yang menatap tajam jari manis Harin, dilingkari sebuah cincin.

"Cincin ini ...," ucapnya menggantung.

"Aku udah tunangan," jawab Harin pelan, "sama Jaemin."

Wajah Jeno pucat, genggaman tangannya terlepas. Dengan tatapan kosongnya ia sedikit menjauh.

"Kenapa aku gak pernah mikirin hal bodoh itu? Ninggalin kamu sama aja dengan nyerahin kamu sama dia," ucap Jeno berdecak karena merasa lucu. Ia berubah untuk Harin, tapi Harin malah jatuh ke pelukan pria lain.

"Kenapa kamu nggak yakin dan percaya kalo aku akan kembali?" gumam Jeno yang terdengar jelas di telinga Harin, membuat gadis itu semakin terisak.

"Kita lupain aja tentang kita." Suara Harin sangat serak, menahan rasa berat di tenggorokannya.

Soojung yang sedari tadi diam ikut menitikkan airmatanya, mengelus-elus bahu Harin.

"Kita pulang, sayang. Ayah Bundamu pasti nunggu di rumah," ucap Soojung akhirnya membawa Harin pergi meninggalkan Jeno yang masih terdiam.

"Rin, sayang ...," lirih Jeno begitu terdengar menyedihkan. Panggilan sayang yang kini terlarang.

Jeno tak pernah sekalipun berniat meninggalkan Harin, namun keadaan memaksanya.

tbc

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang