2

19.6K 130 3
                                    

BAGIAN 2

Dimas gegas bangkit dari kursinya. Rasa malu yang teramat dalam telah membuat harga dirinya terempas. Greta, tak dia sangka akan berucap demikian.

"Dim!" Greta ikut bangkit. Gadis berkacamata itu tersedu dalam ketidakberdayaan. Dia berharap Dimas kembali, tetapi dia salah menduga. Dimas terus berjalan dengan langkah yang tergesa. Meninggalkannya di meja paling pojok sebelah kiri tanpa salam perpisahan pun peluk hangat yang mesra.

Sebagai seorang lelaki, Dimas merasa sudah direndahkan. Dia tahu jika Greta adalah anak orang kaya. Namun, yang dia tak duga adalah ternyata Greta sama saja. Ketulusan yang selama ini dia tontonkan, ternyata hanya sandiwara semata. Dimas ingat betul dengan ucapan manis Greta dulu, bahwa dirinya tak memandang harta maupun kasta dalam berteman. Nyatanya? Omong kosong belaka!

Memori Dimas jadi mengingat satu per satu kisah lampau yang telah mereka lalui berdua. Dimas mati-matian belajar di tengah kondisinya yang serba kekurangan demi meraih peringkat lima besar di kelas. Semua materi dia lahap hingga kenyang. Dia ingin buktikan pada Greta, bahwa dirinya adalah lelaki cerdas yang berhak untuk mendekati gadis kaya nan cantik itu. Bak gayung bersambut, Greta yang memiliki kemampuan akademis biasa, semakin terpukau akan prestasi milik Dimas.

Sebenarnya, Dimas bukannya tak mau berkuliah. Guru-guru sudah menawarkan supaya Dimas mendaftar program beasiswa bidikmisi. Saat Dimas meminta izin pada Pudin, bapaknya yang kuli itu bilang tak usah ambil beasiswa. Pudin mengatakan bahwa dirinya masih bisa membayar biaya kuliah Dimas dan sebaiknya anak lelaki itu mendaftar lewat jalur SBMPTN saja. Saat pendaftaran telah dimulai, Pudin pun mengatakan hal yang tak pernah Dimas duga. Tentang dirinya yang ingin agar sang putra membantu di proyek saja ketimbang harus berkuliah.

Dimas jadi paham makna di balik penolakan sang bapak terhadap tawaran beasiswa untuk anak tak mampu tersebut. Pudin hanya ingin anaknya tetap di kota ini dan membantu menjadi kuli, alih-alih berkuliah merantau ke kota pelajar sana.

"Semua ucapanmu akan kuingat baik-baik, Ta!" gumam Dimas ketika dirinya mengenakan helm warna hitam dan mulai menyalakan mesin motor bebek tuanya.

Hati Dimas yang panas pun tak hentinya mengobarkan api dendam. Sosok yang selalu dia perhatikan di saat jam pelajaran dulu, kini jadi momok menyebalkan dalam benak Dimas. Dia benci Greta, mulai detik ini. Benci akan apa pun yang melekap pada diri gadis 19 tahu bertubuh ramping dengan hidung bangir dan bibir kecil tersebut.

***

Motor terus Dimas pacu dengan kecepatan tinggi. Lelaki dengan tinggi 179 sentimeter itu merasa hidupnya tengah berada di titik nadir. Kehilangan ibu tak begitu menyakitkan dia rasa. Sekaranglah dia benar-benar merasa sedang diperolok oleh nasib sial.

Ini yang Bapak rasakan ternyata, begitu ucap batin Dimas. Sesakit ini menjadi seorang Pudin. Dimas baru tahu betapa terempasnya harga diri ketika perempuan yang didamba, ternyata tak sama sekali menilai dari segi ketulusan belaka. Mereka menuntut harta dan tahta. Menuntut gelar maupun nama baik. Bukan semata cinta yang mereka butuhkan. Ternyata, semua perempuan itu sama saja. Semuanya sama-sama sampah dan tak patut buat diperjuangkan!

Kegeraman Dimas belum luntur juga. Dia akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah kecil mereka yang berada di dalam gang sempit dan padat penduduk. Motor terpaksa harus Dimas matikan mesinnya. Sekitar seratus meter dia menuntun kendaraan beroda dua yang usianya bahkan hampir sama dengan usianya tersebut. Para tetangga yang biasanya Dimas sapa saat menuntun motor menuju rumah, kini hanya dia pandangi dengan tatapan sengit. Semua orang jadi sangat menyebalkan di mata Dimas.

Dimas kaget saat melihat Pudin duduk di atas dipan teras rumah mereka. Pemuda itu merasa bahwa bapaknya sudah berangkat awal sejak fajar menyingsing. Biasanya, Pudin akan pulang siang sekitar pukul empat belas. Kenapa Bapak ada di rumah sepagi ini? Begitulah tanya Dimas dalam benaknya.

Gairah Liar Sang Kuli TampanWhere stories live. Discover now