27 - Confess, that I love you

90 16 11
                                    

Motor Mark melaju dengan santai menuju apartmentnya malam ini. Dia sudah mendapat saran dari para abangnya mengenai permasalahan Daniel, meski ada hal yang bikin Mark menahan emosi.

Kata Jack si ahli cinta, "Lo besok ajak Daniel ketemuan. Lo bilang, lo pacar Yeri. Terus kalian obrolin soal dendam Daniel itu. Kalau Daniel bisa ngerti, lo baru ajak Yeri ketemu Daniel."

"Iya," Tio dan Donni menyetujui.

"Tapi, Bang, itu 'kan kalau Daniel bisa langsung ngertiin gue. Lah kalau tiba-tiba ngamuk, terus nantangin gue gimana, Bang abang?"

"Lawan balik lah," jawab Donni, mendapat anggukan dari Jack dan Tio. "Jangan loyo, kalau kata Hare."

Sepertinya Mark salah bicara hal ini dengan mereka. Meski kadang saran teman-temannya itu bagus, tapi kadang juga begini, tidak menemukan kesimpulan.

Mark sampai pada apartmentnya langsung disambut oleh Ningning dan Zeynle yang memajukan bibir cemberut. "Kenapa kalian? Abang capek ya jangan ganggu."

"Bang!" Panggil Zeynle seraya menarik lengan Mark duduk ditengah-tengah mereka disofa.

"Bunda Yona tadi telepon." Mark mengelus puncak kepala Ningning kala anak itu malah sesenggukan. "Katanya ... katanya bulan depan mau nikah sama ayah Fandi." Tangisnya langsung pecah begitu saja.

Zeynle tak kalah sedih, membuat Mark makin bingung ditengah-tengah mereka. Kenapa sedih sih? Padahal pernikahan itu adalah impian kakak adik itu sedari tahun lalu.

"Bang, berarti ... kita ... bakal jadi saudara sah!" tangis perempuan berkepang dua itu makin deras. Kedua tangan Mark telentang membiarkan dua adiknya itu memeluknya, seraya geleng-geleng kepala. Mereka bukan sedih, tapi justru bahagia. Mark tak habis pikir, kenapa ada anak seperti mereka berdua ini.

"Udah, udah. Malah kesannya kayak bunda mau kemana aja." Mark menyudahi tangis mereka, lantas bangkit berniat membuat makanan.

"Cieee, Bang, udah manggil 'bunda' nih," ledek Zeynle. Mark hanya menarik bibirnya karena dia juga senang akan hal ini. Setidaknya keinginan mamanya untuk keluarganya tetap bahagia sudah tercapai.

.....

Yeri menarik napasnya dalam-dalam sebelum melangkah masuk pada rumah sakit tempat Daniel dirawat. Saat dia tiba disana hanya ada adik Daniel yang menjaga di luar ruangan. Yeri ditemani Joyana dan Guwino melangkah masuk ruangan dimana Daniel sedang anteng menonton tv.

"Yeri? Yeri!" Daniel berteriak dan langsung mencoba bangkit. Namun lupa bahwa kepalanya sedang di perban, menimbulkan sakit kepala apabila bergerak.

"Dan! Apaan sih, diem aja disitu."

"Yer, gue kangen lo. Maafin gue."

Yeri berdiri di samping ranjang Daniel. Tanpa berniat menatap dua manik Daniel, Yeri masih tidak sudi. "Dan, gue mau minta penjelasan. Kenapa lo temui kak Jun? Lo apa-apain dia?"

Daniel menggeleng lemah. "Justru gue yang dipukul sama dia."

Yeri sempat terkejut namun mampu disembunyikan apik-apik. Dia bersedekap dada dengan pandangan menuju lantai. "Lo bilang mau apa sama gue, tapi jangan lukain kak Jun, apalagi Giselle. Gue tau, lo berhubungan dengan dia, kan?"

"Gue mau lo, Yer. Mau balikan. Gue mau buat hubungan ayah sama ibu lo putus. Gue nggak mau mereka nikah."

"Dan! Jangan bawa-bawa ibu gue."

Daniel mencoba meriah tangan Yeri namun nihil. "Itu tujuan gue sebenarnya, Yer. Gue cuma pingin mereka pisah. Itu aja."

Perempuan itu lantas membuka hpnya, dan menunjukkan chat dia dengan Giselle yang mengadu soal Daniel. Giselle sudah cukup kapok berhubungan dengan Daniel, dan meminta maaf pada Yeri karena sempat membencinya. "Lo bohong ya? Lo bahkan gak mau peduli sama ibu lo sekarang, dan lo bilang mau urusin masalah ayah lo itu? Gak sadar, Dan, lo udah melukai banyak orang?!"

Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang