ALZHEIMER 00: PROLOG

8.2K 604 195
                                    

00: PROLOG

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

00: PROLOG

Seorang laki-laki bermata coklat hazel dengan rokok yang mengapit di tangan kanannya, kini tengah memandang lurus ke depan. Menatap bangunan-bangunan tinggi, pencakar langit dari atas balkon kamarnya.

Laki-laki itu mengepulkan asap rokoknya di udara, kemudian melirik sekilas jam hitam yang melingkar apik di tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Tetapi ia masih senantiasa berada di atas balkonnya sekarang.

Ia menghembuskan nafasnya gusar, kemudian mengacak rambutnya asal dengan kasar. Pikirannya berkelana saat mengingat ucapan kedua orang tuanya tadi malam. Ucapan yang berhasil membuatnya berkali-kali menghela nafas berat.

Flashback on

"Assalamualaikum Ma, Pa. Argha pulang," ucap laki-laki itu, lalu segera memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam Gha," sahut Aneth, mama Arghaza dari dalam, yang memang sudah menunggunya di ruang tamu. Laki-laki itu tersenyum, lalu langsung melangkahkan kakinya ke kamar.

"Sini Gha, jangan ke kamar dulu," kata Edlyn, Papa Arghaza memberi perintah. Membuat laki-laki itu tersebut langsung memberhentikan langkahnya dan segera menoleh.

Laki-laki yang dipanggil 'Argha' tadi mengangguk, lalu segera duduk di sebelah mamanya. Ia melihat kearah wajah keduanya seperti ingin membicarakan hal yang serius. Tetapi tentang apa?

Edlyn berdehem pelan, lalu menatap putranya serius. "Papa mau menikahkan kamu, dengan anak sahabat Papa," ucap Edlyn to the point, membuat laki-laki itu langsung membulatkan matanya kaget.

"H-hah? Papa ngomong apa tadi?" beonya, berharap yang ia dengar tadi hanyalah salah. Edlyn hanya diam dan kembali menatap anaknya serius.

"Nikahin aku?" tunjuk laki-laki itu pada dirinya sendiri. "Sama anak sahabat Papa?" lanjutnya lagi tak percaya.

Edlyn mengangguk singkat "Iya Gha, kamu mau kan?" tanya papanya penuh harap.

Arghaza menatap Mamanya, berharap semua ini tidaklah benar. "Maa.." panggilnya kecil.

Aneth tersenyum "Kamu mau ya Gha?" tanya mamanya pelan.

Arghaza menggelengkan kepalanya, lalu menatap Edlyn dan aneth secara bergantian. "Umur aku masih delapan belas tahun Pa, Ma."

Aneth mengangguk paham. "Iya, Mama sama Papa juga tahu kok, kalo umur kamu delapan belas tahun."

"Terus? kenapa Mama sama Papa tetep mau nikahin aku?" tanya laki-laki itu tak habis pikir.

"Demi kebaikan kamu sendiri Gha," sahut Aneth cepat. "Percaya deh sama Mama," jawab mamanya lembut, seraya memegang tangan laki-laki itu, agar sedikit menenangkan anak semata wayangnya.

"Papa yakin kamu akan berubah jika sudah berumah tangga nanti," ujar Edlyn lagi.

"Argha bukan anak kecil lagi Pa," tegas laki-laki itu.

"Kamu memang bukan anak kecil lagi Arghaza, mangkanya Papa mau kamu menikah biar bisa bertanggung jawab," ucap papanya.

"Ck! Terserah Mama Papa aja!" dengan cepat ia segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya dilantai dua, meninggalkan Edlyn dan aneth di ruang tamu berdua.

Flashback off

Arghaza memijit pelipisnya, kepalanya sedikit pusing saat ini. Masalah-masalah yang bermunculan dari luar sana belum ia selesaikan dan sekarang ditambah lagi dengan masalah baru. Oh shit!

Arghaza tidak mengerti lagi dengan pikiran kedua orang tuanya itu. Mengapa mereka kekeuh sekali ingin menikahinya. Tidak bisa ia bayangkan jika ia harus menikahi gadis yang ia sendiri pun tidak mengenalnya.

Oh tunggu? Siapa gadis yang akan ia nikahi? Shit! ia lupa menanyakan hal itu kepada papanya.

Oh tunggu? Siapa gadis yang akan ia nikahi? Shit! ia lupa menanyakan hal itu kepada papanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Hi, just call me Bube not author or thor)
.
.
.

Silahkan klik bintang dipojok kiri
Jika menyukai cerita ini.

Jangan lupa juga, untuk follow terlebih dahulu ya-!!

Ig: grls.diss
Tt: gladislutvia

See u next chapter, babe♡

ARGHAZA [ON GOING]Where stories live. Discover now