Fakta

1 0 0
                                    

Ruang organisasi siswa membisu sejenak, fakta tentang anak baru yang terlihat biasa saja nyatanya menakutkan. Tidak ada yang menduga sebelumnya, mungkinkah masih ada fakta lain yang tersembunyi?

"Andrea Viera Dinata. Silakan duduk!" perintah Reddy.
Andrea pun duduk.

"Lo, tau apa yang membuat elo diminta datang ke sini?" tanya Reddy.

"Ya, mana aku tau, orang kenal, Mas, aja enggak." Andrea mencoba bersikap sopan.

Reddy melangkah mendekati Andrea secara perlahan, lalu duduk di pojokan meja persis di samping Andrea. "Itu, karena elo sebagai murid baru sudah tidak sopan kepada senior. Ngerti nggak!" Reddy menggebrak meja.

Andrea menatap nyalang sambil bersedekap dada, lantas berkata, "Masnya tau nggak, alasannya apa?"

"Berani ngebantah, lo ya!" Reddy geram.

"Red, Red, dengerin dulu penjelasannya." Andra mencoba menenangkan.

"Well, alasan elo apa?" kata Reddy.

"Karena, Mbak yang ada di belakangmu itu, tiba-tiba menyerangku. Dia meminta ponselku secara paksa," terang Andrea.

"Fa?" Andra berbalik badan, meminta penjelasan kepada Fara. "Bener itu, Fa? Lo yang mulai lebih dulu?"

"Mana ada? Lihat aja ponselnya, masih utuh gitu. Malah gue yang didorong hingga terjatuh," sanggah Fara.

"Masih utuh? Jelas utuh, orang ponsel ini aku jauhkan dari jangkauanmu!" Andrea berdiri hendak meninggalkan ruangan.

"Hey, siapa yang suruh elo pergi? Ini belum selesai!" ucap Fara.

Andrea tidak menghiraukan sama sekali, tetapi Fara menarik lengannya. Memaksanya untuk berbalik badan. "Apalagi, sih, Mbak?" Andrea jengah.

"Gue harus kasih pelajaran elo dulu." Telapak tangan Fara terbuka siap memukul. Namun, tangan ditangkis serta dihempaskan Andrea.

"Lo!" Fara mengarahkan jari telunjuk ke Andrea.

"Gini, gini, daripada masalah ini nggak selesai, mending elo, Andrea, minta maaf sama Fara." Andra mencoba untuk menengahi.

"Aku, nggak mau!" tolak Andrea.

"Songong, lo ya," geram Reddy.

"Habis, Mas aneh, nggak tau masalahnya apa, main suruh orang minta maaf. Tau nggak, apa masalahnya?"

"Masalahnya? Elo yang buat masalah kenapa tanya ke kita?" Andra menyela perkataan Andrea.

"Ndra ... ssttt." Reddy meletakkan telunjuk pada bibir. "Kebiasaan, deh. Orang belum selesai ngomong disela. Kan, tadi elo yang suruh gue dengerin penjelasan dari ini bocah, gimana, sih," imbuhnya.

Andrea menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Masnya denger, ya! Mbak yang cantik ini! Sengaja minta ponselku untuk menghapus video anak-anak nggak ada akhlaq yang tindas orang sembarangan!" tegas Andrea.

Andra tampak kaget, dia merasa membela yang salah. Dia pun menatap tajam ke arah Fara, mengisyaratkan tanda tanya di sana.

"Nggak percaya? Tanya, tuh, mumpung dia masih bernapas," ledek Andrea dengan sudut bibir terangkat sebelah.

"Okay, lo boleh pergi," ucap Andra, mengusir Andrea dengan mengibaskan tangan ke udara.
Andrea pun pergi tanpa permisi.

"Loh, Ndra, lo kok ngelangkahin gue, sih?" Reddy tidak terima.

"Red, denger nggak apa tuh cewek bilang? Lo mau, reputasi lo sebagai ketua Osis tercemar?" tanya Andra "Lo lagi Fa. Ngapain bertindak gegabah!"

"Tau, ahh! Percuma gue minta tolong elo pada!" Fara meninggalkan ruang organisasi siswa dengan hati yang masih dongkol, sebab sakit hatinya belum terbalas tuntas.

Bukan KamuflaseWhere stories live. Discover now