Titik Terang

1 0 0
                                    

Mobil melaju lamban, jalanan padat merayap. Kian dekat dengan kantor Satreskrim Andrea kian gusar, tarikkan napas terlihat jelas. Setibanya di sana gadis cantik itu menutup mata sebentar, disusul embusan napas pelan. "Bismillah," cicit Andrea.

Bu Nurul menggenggam jemari Andrea, menyalurkan energi positif kepada muridnya. "Yuk!"

Andrea mengangguk, lantas keluar dari mobil mengikuti pak polisi. Di kantor sudah ada tim yang akan membantunya untuk melakukan serangkaian pemeriksaan.

Polisi menduga, Andrea terlibat dalam pengedaran obat-obatan terlarang. Selama proser penyelidikan yang dilakukan terhadap barang bukti belum teridentifikasi, gadis itu tidak diperbolehkan untuk pergi. Saat ini Satresnarkoba sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut, mencocok sidik jari yang menempel pada plastik bening berisikan ekstasi.

Agar sidik jari bisa terlihat lebih jelas, polisi minta bantuan seorang ahli sidik jari yang menguasai ilmu sidik jari yang disebut daktiloskopi. Ahli daktiloskopi menggunakan serbuk atau cairan kimia untuk membuat jejak sidik jari lebih jelas terlihat, sehingga lebih mudah dipelajari dan dirumuskan.

Tidak sampai di situ, Andrea juga melakukan tes urine atau biasa disebut dengan tes toksikologi. Analisis terhadap urine akan menunjukkan keberadaan narkoba di dalam tubuh, sekalipun efek dari narkoba itu sudah tidak ada. Saat ini, Andrea sedang diperiksa secara intensif, salah satu tim forensik menemani ke kamar mandi untuk memastikan dia mengikuti semua prosedur pengujian. Di dalam, tim forensik menjelaskan alasan mereka harus mengawasinya.

Kurang lebih sembilan puluh menit menunggu, kedua hasil tes keluar. Andrea mendengarkan penuturan pak polisi dengan bimbang. Rasa sesak yang menghimpit dada hilang seketika, setelah dinyatakan negatif dari kandungan obat-obatan terlarang.

Terkait kasus yang menyudutkan Andrea sudah terlihat titik terangnya. Terbukti bahwa dirinya telah dijebak, sebab tidak ditemukan rekaman jarinya pada barang bukti. Dengan kata lain, dia dibebaskan dari segala tuduhan.

"Terima kasih telah bersedia berkerjasama dalam menjalani proses penyelidikan," ucap pak polisi.
"Sama-sama, Pak." Guru dan murid itu pun pergi meninggalkan kantor kepolisian dengan hati tenang, terlebih Andrea yang sempat menjadi tersangka.

Terik matahari menyengat kulit, Bu Nurul menyipit kala cahaya menusuk tajam pada manik matanya. Guru itu bergegas membuka pintu mobil hitam, seraya berkata, "An, kamu langsung Ibu antar pulang, ya?"

"Saya ke sekolahan aja, Bu," sahut Andrea.

Bu Nurul menatap lekat raut wajah lelahnya. "Apa nggak lebih baik, kamu istirahat?"

"Saya rasa tidak perlu, Bu." Andrea tersenyum simpul, ingin menunjukan bahwa dia baik-baik saja.

Sesampainya di sekolah siswa yang lain menatap Andrea penuh tanya, hingga Arkaan dan Aqilla menghampiri lantaran penasaran. "An, gimana?"

"Gue balik, itu artinya gue emang nggak salah." Tujuan Andrea kembali ke sekolah memang ingin menunjukan kepada semua, bahwa dirinya bukanlah seorang kriminal.

Setelah kegiatan belajar-mengajar berjalan lancar hingga usai, Bu Nurul meninggalkan ruangan. Beberapa buku bertengger manis pada lengannya.

"Bu, biar saya bantu," kata Andrea.

"Tidak perlu, kamu cepat pulang saja!" Bu Nurul merasa tidak enak hati, karena seharian ini Andrea tentu sangat letih.

"Setelah ini saya langsung pulang, Bu." Buku sudah berpindah tangan, Andrea segera mengembalikannya ke perpustakaan.

Saat sibuk meletakkan buku-buku, Andrea mendengar derap dari luar. Suasana yang sepi mempertajam pendengarannya. Waktu menunjukkan pukul 14:30 WIB, di luar langit tampak tidak bersahabat, terdengar gemuruh angin dan guntur bersamaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan KamuflaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang