07

16.2K 358 39
                                    


Vania bangun, ia mengerjapkan matanya sejenak merasa bingung dengan dimana ia berada. Ini bukan kamarnya ? Pikirnya.
Ia terduduk dan memandang sekelilingnya, sebelum pada akhirnya ia terbelalak kaget mengingat dimana ia sekarang. Vania meraih handphonenya dinakas dan melihat jam berapa sekarang. Matanya semakin mendelik ketika melihat jam 11.35 terpampang di depannya. Bagaimana ia bisa bangun sesiang ini. Dirumah tantenya Lingga lagi. Ia menoleh dan merasa tambah kesal karena Evelyn tidak membangunkannya.

Vania bergegas masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan berdandan. Sebelum akhirnya ia keluar dengan perasaan malu dan canggung luar biasa. Ia menuruni tangga dan berpapasan dengan Tante Marissa yang mengamatinya, sebelum beliau tersenyum.

" Baru bangun ?" Ucap Tante Marissa dengan nada lembutnya. Walau begitu Vania merasa itu seperti sindiran untuknya.

" Maaf tan." Ucapnya canggung.

" Gpp, Evelyn bilang kamu kecapekan makanya belum turun waktu sarapan tadi."

Vania mengangguk.
" Em, Evelyn dimana tan ?"

" Kayaknya tadi pergi sama Lingga. Mungkin bentar lagi pulang."

" Sama Lingga ? Dari jam berapa  ?" Ucapnya kesal dan cemburu. Entah kenapa ia merasa lebih gampang cemburuan ketika Lingga dengan Evelyn. Setelah mengetahui dan melihat sendiri bagaimana Evelyn bisa sedekat itu dengan keluarganya Lingga. Membuatnya iri.

Tante Marissa menangkap nada cemburu tersebut namun diam saja.
" Dari jam 9 mungkin, tante gak begitu mastiin jam berapa mereka perginya."

" Tante tau mereka kemana ?"

" Kamu mau susulin mereka ?"

" Enggak tan, aku cuman tanya aja."

" Tante kurang tau. Tapi katanya mau jalan - jalan gitu."

Vania meremat bajunya menahan marah dan kesal. Tapi ia tetap menampilkan senyumannya walau terkesan terpaksa.

" Yaudah kamu makan dulu sana, tante mau ambil sesuatu diatas."

" Iya tan."

Tante Marissa melangkah keatas sedangkan dirinya yang masih diliputi rasa kesal menghentakkan kakinya menuju ruang makan. Saat di ruang makan ia merasa canggung lagi karena tante - tantenya Lingga yang lain berada disitu dan tengah menatapnya.

" Siang Tan." Sapanya mencoba untuk tetap ramah.

Mereka hanya mengangguk singkat tanpa membalas sapaannya.

Vania yang bingung, memilih duduk di meja makan dan mengambil makanan yang ada di atas meja. Dia lapar.

" Mbak, tau gak, menantunya si Melati Udah gak bisa masak, gak bisa kerjaan rumah, bangunnya juga semaunya. Untungnya suaminya itu sabar dan sayang sama dia. Trus mertuanya juga mengerti. Kalo gak mungkin udah di pecat jadi menantu dari dulu kali ya." Ucap Tante Melanie.

" Loh bukannya menantunya si Melati itu lagi hamil ya. Ya wajar dong dia kayak gitu. Apalagi dia katanya lagi bed rest gitu karena kandungannya lemah. Makanya gak boleh ngapa ngapain. Harus istirahat." Kata Tante Sarah.

" Oalah lagi hamil to, aku kirain emang menantunya itu orangnya males aja." Tambah Tante Melanie.

" Ya gak lah, kalo dia males udah di tegur lah sama si Melati. Orang Melati aja nyablak kayak gitu. Masak ke menantunya diam aja. Udah abis kayaknya menantunya di ceramahin panjang lebar sama dia. Untung menantunya lagi hamil jadi aman dia." Sahut tante Sarah lagi.

Vania kehilangan nafsu makannya. Ia merasa mendapatkan sindiran dari tante - tantenya Lingga itu.

" Ngrumpi aja, kerjaan udah kelar belom." Ucap Tante Marissa yang baru datang.

AFFAIRWhere stories live. Discover now