3. bener-bener kere

2.7K 492 87
                                    

akhirnya madep depan juga, gitu dong kan enak diliatnya
tapi ko mukanya pas tante zoom kek lemah letih lesu gitu sih phil? apa krn blm makan semingguan? 😅

Philipp POV

Langkahku terasa ringan, tanganku mengusap-usap perut yang terasa sedikit membulat.

Aku menunduk mengamati perubahan bentuk perutku. Jelas saja bentuknya berubah, perut ini baru saja terisi dengan lima jenis makanan berbeda setelah sekian lamanya aku tidak makan sampai merasakan kekenyangan.

Ck, kenapa makanannya aku makan semua? Runtukku dalam hati karena baru tersadar.

Seharusnya aku tidak memakan semuanya, dalam keadaan susah begini seharusnya aku bisa menahan diri.

Kenapa aku tidak berpikir panjang untuk membungkus sebagian makanan itu agar aku dapat memakannya esok hari?

Ahh, tidak boleh menyesali sesuatu yang sudah terjadi.
Makanan sudah berpindah tempat ke dalam perutku, mau bagaimana lagi?

Aku memutar tubuh dan berhenti melangkah.

Tina dan Irma terkejut melihat gerakanku yang tiba-tiba memutar tubuh.

"Kenapa?" Tanya Tina bingung.

"Dia gak minta makan lagi kan Tin? Uang elu udah abis kan?" Walaupun Irma berbisik pada Tina, tapi suaranya masih dapat aku dengar.

Aku meringis.

"Makasih atas makan malamnya" Ucapku sambil mengusap perut.

Irma melihat gerakan tanganku lalu matanya kembali melihat wajahku, bisa kulihat wajahnya memerah walaupun penerangan di halaman hotel ini tidak terlalu terang.

"Iya, sama-sama" Tina menjawab lalu tangannya menutup mata Irma ketika dia menoleh ke arah temannya itu.

"Muka elu Ir, mukaaa" Kata Tina.

"Emang kenapa muka gue?" Irma menepis tangan Tina cepat lalu tersenyum padaku dan terkekeh.

"Jarang-jarang liat pemandangan gini" Lanjut Irma kemudian.

Aku tidak begitu mengerti apa maksud dari perkataannya barusan.

"Saya sampai lupa bertanya, bagaimana keadaan Mutter?" Tanyaku memecahkan keheningan yang tercipta di antara kami.

"Ha? Siapa yang muter?" Irma menoleh ke samping kanan dan kiri dengan pandangan bingung.

"Mutter Ir, mutter itu panggilan dia ke ibu gue" Tina meringis ke arah temannya, tangannya memijat pangkal hidungnya. Wajah Tina terlihat lelah.

"Ohh.. yang bilang aja ibu" Lagi-lagi Irma tersenyum ketika tatapan kami bertemu.

"Ibu baik-baik aja, keadaan vati Aaric gimana?" Tanya Tina kemudian.

"Saya rasa dia baik-baik juga" Jawabku cepat lalu mengedarkan pandangan ke arah lain.

Aku tidak ingin Tina bertanya lebih lanjut soal ayahku.

"Udah malam, kita balik ke kamar dulu ya" Pamit Tina.

Aku kembali melihat ke arahnya, aku memang tidak ingin membicarakan ayahku, tetapi bukan berarti aku ingin mengakhiri percakapan kami secepat ini.

Kami baru saja bertemu setelah sekian lama.

"Kamu di lantai berapa?" Tanyaku sebelum Tina melanjutkan langkahnya.

"Lantai dua" Jawabnya cepat, Tina yang tadinya hendak melangkah akhirnya posisi berdirinya sedikit lebih dekat padaku.

Aku bergerak canggung, selama dua tahun lamanya kami serumah, tidak pernah sekalipun kami mengobrol seperti ini.

My Ex Step BroWhere stories live. Discover now