16. Tumbang

150 13 0
                                    

"Bisa tidak kita mengambil jalan yang melewati rumahku?" Tanya Rhea ketika menghampiri Hanji dan yang lainnya untuk melakukan pemotretan iklan lagi.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Eren pada Rhea.

" Hanya ingin memastikan keadaan kakek saja, tiba-tiba aku khawatir." Ucap Rhea sambil menunduk.

"Saat pulang saja bagaimana? Sepertinya kita sudah sangat terlambat sekarang." Saran Mikasa.

Rhea menghembuskan nafasnya murung. Ia mengangguk sedih.

"Aku akan memeriksanya, untukmu."

Rhea menoleh dan mendapati Levi yang sudah rapih akan pergi ke kantor. "Pergilah dengan tenang." Sambung pria itu lagi langsung melenggang menuju mobilnya. Seketika wajah Rhea kembali cerah.

"Terima kasih, Levi-kun memang terbaik!" Seru Rhea sebelum masuk ke mobil bersama atlet lainnya. Mobil Rhea berjalan terlebih dahulu.

Levi menghela nafasnya. " Kenapa aku mengatakannya, bukankah aku juga sedang terburu-buru?" Levi menggelengkan kepalanya frustasi.

Sejak kapan ia menjadi seperti ini. Levi tak senang saat Rhea murung. Sampai ia reflek untuk melakukan apa saja yang gadis itu minta.

Perasaan macam apa ini.

Levi mengambil jalur jalan agar melewati Rumah Rhea. Pria itu kembali menghela nafas, jaraknya untuk sampai ke kantor akan bertambah jauh.

Levi jadi tidak paham akan dirinya sendiri. Apapun itu, ia sudah melakukannya. Ketika akan melewati rumah Rhea, Levi memelankan laju mobilnya dan mengamatinya dari jalan.

Pedal Rem ia injak cepat, ketika melihat ada yang berbaring di halaman rumah Rhea. Levi langsung keluar dan memastikan penglihatannya.

Pria paruh baya itu tergeletak dengan darah yang keluar dari mulutnya, bercak darah itu juga Levi temukan pada telapak tangan pria tua itu.

Levi segera memeriksa denyut nadi dan memastikan kehidupan anggota keluarga satu-satunya Rhea itu. Merasakan tanda kehidupan, Levi bergegas memapah Othala menuju mobilnya.

Levi kembali memutar mobilnya untuk pergi ke rumah sakit. Tangannya mencari nama seseorang pada ponselnya.

'KAU DIMANA, SIALAN?!'

"Aku tak bisa hadir, ini darurat. Kau rapat sendiri saja, minta file pada sekertarisku dan katakan padanya untuk mengosongkan jadwalku hari ini."

'Apa yang terjadi, semuanya menunggumu. Bocah kurang ajar!'

"Jika aku pergi, Othala akan tiada dan berhenti mengumpat, sialan! Datang ke rumah sakit setelah rapat!" Levi memutuskan panggilan dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Kenny sialan!"






L O V E I N G A M E





Levi bangun dari duduknya ketika dokter keluar. "Bagaimana dokter?" Tanya Levi.

"Maafkan kami, Kita hanya bisa menunggu waktunya saja." Jawab sang dokter dengan simpati.

Levi tercengang,"Apa yang terjadi?" Tanyanya dengan suara lirih.

"Kanker paru-paru yang diderita sudah pada stadium akhir. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Obat yang ia konsumsi memang menahan beberapa efek, tapi tidak dengan menyembuhkannya." Jelas sang dokter lagi, membuat Levi mengerti.

"Apa tidak ada cara lain?"

"Sudah terlamat tuan, jika anda datang 1 bulan yang lalu saja, kita bisa melakukan transfusi paru-paru, tapi mengingat pendonor sangat sulit di dapatkan, itu pun bukan hal yang mudah. Mungkin mulai sekarang anda harus mewujudkan keinginan-keinginan yang bisa membuatnya bahagia sebelum pergi. Sekali lagi saya ucapkan mohon maaf dan turut bersedih. Kami permisi." Pamit sang dokter lalu melewati Levi setelah membungkuk.

LA The Series : Love In GameWhere stories live. Discover now