4

1.4K 153 12
                                    




















Apa yang bisa Jungkook pikirkan ketika dia berada di posisinya sekarang, mengadu atau tetap diam. Bersikap biasa seperti yang selama ini dia lakukan, terlihat tidak peduli ketika matanya melihat semuanya. Perlahan semuanya menjadi sesuatu yang biasa untuknya. Interaksi intens yang seharusnya tidak dilakukan. Namun Jungkook tidak memiliki hak untuk menjadi hakim untuk keduanya.

Sekali lagi, dia hanya bisa menjadi penonton. Melihat dua kim yang sudah seperti sepasang kekasih. Dalam beberapa hari yang dia hafal, sulung dari Kim itu akan datang tentu selalu berbeda hari dengan tuannya.

Jungkook tidak bisa mengatakan jika Taehyung menjadi lebih manusiawi ketika kakaknya datang. Kegembiraan di wajahnya memang terlihat. Tersenyum menyambut ketika Kim yang lebih tua datang padanya. Jungkook hanya bisa melihat keduanya saling berinteraksi, saling memeluk atau bahkan mencium seperti sepasang kekasih yang telah lama tidak saling bertemu.

Namun ada sekali Jungkook menemukan sesuatu yang sedikit berbeda. Ketika biasanya datang dan pergi selalu dengan suka cita yang menyertai sulung Kim, kali itu kepergiannya cepat tidak disertai oleh Taehyung yang biasa mengantarnya hingga pintu.

Dia hanya menemukan laki-laki tinggi itu keluar sendirian dengan langkah cepat berpapasan dengannya, meninggalkan town house dengan kendaraan mahalnya. Bersamaan setelah kepergiannya, ketika dia ingin memeriksa Taehyung. Memastikan jika sosok muda itu masih berada di tempatnya. Tapi yang dia temukan adalah isakan lirih yang nyaris tidak terdengar.

Jungkook bukanlah orang yang akan ikut campur dengan urusan orang lain, terkecuali jika dia diikutsertakan. Inginnya dia hanya memastikan jika Taehyung dalam keadaan baik-baik saja karena itu adalah bagian daripada pekerjaannya.

"Apakah kau sakit atau butuh sesuatu?"

Tanyanya ketika dia masuk dan mendekat. Di dalam ruangan di mana Taehyung biasa menghabiskan waktunya sepanjang hari. Lukisan yang belum selesai dia kerjakan terlihat menganggur. Cat yang masih terlihat banyak di palet belum mengering dan kuas yang tergeletak asal.

"Tidak ada," jawab Taehyung ketika menyadari kehadiran Jungkook. Dia sedikit berbalik, tangannya yang terlihat kotor dengan bercak cat menempel bergerak mengusap pipi mencoba menyembunyikan jika dia baru saja menangis meskipun gagal karena Jungkook lebih dahulu mengetahuinya.

Hidung Taehyung yang terlihat sedikit memerah begitupun matanya yang terlihat masih sedikit tergenang air mata. Jungkook mendekat, melakukan apapun yang menurutnya perlu. Tangannya mengambil lembaran lap sekali pakai yang memang menjadi bagian dari perlengkapan Taehyung. Mengusapkan itu pada tangan Taehyung yang kotor, serta bagian pipi yang tidak sengaja terkena cat yang menempel di tangannya.

"Ayahmu akan marah padaku jika dia tahu akan hal ini, apa yang harus aku katakan padanya?"

Sempat membuat Taehyung tertegun selama beberapa saat karena pertanyaan yang Jungkook lontarkan. Tidak pernah sekalipun ada di dalam pikirannya jika Jungkook akan menjadi pengadu atas apa yang dia lihat. Taehyung tidak menginginkan itu.

"Aku harus bereaksi seperti apa?"

Namun pertanyaan Jungkook justru di jawab dengan pertanyaan lainnya. Dia masih sibuk dengan cat yang menempel di tangan Taehyung.

"Aku dan kakakku, perasaan yang tidak mungkin bisa terwujud—" Taehyung berbicara dengan suara serak parau.

"Apa aku harus merasa senang? Karena sebentar lagi kakakku akan memiliki keluarga sendiri," lanjutnya.













RESILIENCE













Jungkook bukanlah hakim meskipun dia menjadi penonton. Dalam hidupnya dia sudah beberapa kali menghadapi masalah pelik, mencoba bertahan hidup. Meksipun tidak sekeras apa yang dia alami, justru terkadang permasalahan orang lain menjadi lebih rumit.

RESILIENCE [KV]Where stories live. Discover now