Tiga

60.7K 4.7K 163
                                    

Link pembelian tersedia di bio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Link pembelian tersedia di bio.

Jangan lupa vote dan komennya, ya! Thank you

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komennya, ya! Thank you.



"Seriusan, Ervan jadi bos di kantor lo sekarang?"

"Ho'oh."

"Kok, lo baru bilang?"

"Kan gue baru ketemu lo sekarang, Ray. Males cerita lewat HP, mendingan pas ketemu aja."

Temanku yang bernama Ray tersebut manggut-manggut.

Ray merupakan teman satu geng Ervan ketika masih sekolah. Saat lulus, kebetulan dia kuliah di universitas yang sama denganku dan mengambil jurusan yang sama pula, yaitu Public Relations. Waktu masih sekolah, kami hanya saling sekedar mengenal saja--jarang berbicara. Pas kuliah, baru lah kami menjalin hubungan pertemanan dekat. Ray yang selalu ada untukku, sering menjadi tempatku berkeluh kesah, mulai dari tugas kuliah hingga bercerita tentang Ervan.

Hubungan kami sekarang tak lebih dari sekedar sahabat. Ray tahu persis bagaimana aku yang setia menunggu kepulangan Ervan. Jika ada yang menggangguku, Ray lah yang berada di posisi paling depan untuk melindungiku. Sedangkan dia sendiri, aku heran kenapa sampai saat ini dia belum mempunyai seorang kekasih. Setiap kali aku menyinggung soal itu, katanya belum ada yang cocok. Tapi, aku tak pernah mendengar dia sedang mendekati perempuan mana pun di kampus dulu. Dia pun juga tak pernah bercerita.

Ray itu tampan. Jika dibandingkan dengan Ervan, Ray tidak kalah jauh. Bahkan, dari jaman sekolah hingga kuliah, dia termasuk ke dalam jajaran lelaki most wanted karena kadar ketampanannya yang tak perlu diragukan lagi. Hanya saja, aku tidak pernah merasa tertarik padanya. Bagiku, tetap Ervan lah yang paling menarik.

"Terus-terus, gimana rasanya satu kantor sama dia? Lo seneng banget dong pastinya bisa ketemu dia setiap hari."

Aku menggelengkan kepala lemah. "Itu dia yang mau gue ceritain sama lo, Ray."

"Kenapa-kenapa?" Ray tampak antusias dengan menggeser kursinya maju. "Lo udah ngobrol banyak sama dia? Udah tahu penyebab dia selama ini menjauh?"

Bukan hanya aku saja, Ray juga sudah lama tak komunikasi dengan Ervan. Sama sepertiku, kata Ray, Ervan tak pernah membalas pesan atau email yang dikirimnya.

First Love (TAMAT)Where stories live. Discover now