➳ Khaleesi | 5

1.3K 419 86
                                    

There's only one crown.
It's got my name on it. —

❞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

.

.

Setiap ketegangan yang tercipta, dikarenakan para manusia yang haus akan tahta... Entah pengakuan, tujuan, ataupun yang lainnya... Selalu ada nyanyian kematian yang di alunkan oleh dewa, dalam proses akhir dari sebuah cerita. Dan ketika takdir memutuskan untuk tak memenuhi keinginan manusia, kaum congkak itu gelap mata. Merasa bahwa swastamita tak harus sekejam itu padanya... Menginginkan palung laut terdalam untuk lebih mudah memberikan sebuah mutiara... Berharap gunung tak memuntahkan magma yang merenggut barisan nyawa. Tersebab itulah, mengapa harapan amat dekat dengan kekecewaan... Karena beberapa hal tak perlu manusia ketahui, untuk meminimalisir resiko yang tak diinginkan terjadi.

Selepas segala hal terungkap hanya dalam sekejap, keributan semakin menjadi-jadi di tanah Urendai. Para rakyat suku Batela yang di dominasi oleh kelompok Kuru, merupakan pilihan yang buruk untuk tetap diam di sana. Lantas Valdez mengambil keputusan untuk membawa Lysa pulang ke suku mereka, suku Jotenheim... Tempat clan Halerie berada.

Seluruh pasukan Porza bersatu saat itu, dan mengawal Lalysa untuk pergi ke Halerie... Memulai sebuah aliansi. Dan tentu nya mulai mengatur strategi. Calon Ratu mereka telah datang, Porza tak punya banyak waktu, mereka harus segera punya pemimpin untuk menyatukan impian atas nama Urendai.

Dalam perjalanan menuju istana Halerie, house of Targaryen... Butuh waktu dua hari untuk tiba di sana, maka Lalysa beserta pasukan Porza-nya mendirikan tenda di tengah hutan, bermalam.

Gemeretuk suara kayu yang di lahap api terdengar, mereka membuat api unggun, membakar daging rusa, dan menikmati makan malam bersama.

"Maafkan aku, Paman Valdez," ujar Lysa membuka obrolan.

Valdez tersenyum tipis, "tak mengherankan... Wajah mu sungguh tak asing." Lelaki itu menatap Lalysa dengan lembut, "kita masih satu darah, nak. Ikatan antar kita sudah pasti terasa... Mungkin tersebab itu aku memilih menyelamatkan mu di kedai makanan satu tahun yang lalu."

"Aku menyembunyikan identitas untuk beberapa alasan, aku harap paman mengerti."

"Tentu saja... Seorang pengelana tak boleh sembarangan percaya pada orang baru. Kau bijak dalam hal itu, Putri."

[2] Megan Throne ✔Where stories live. Discover now