SHAUN 20

1.9K 276 16
                                    

"PAPA, AYO!!!"

"Bentar dong, papa belum selesai makan tuh."

"Tapi glenma, Shaun gak sabal
belangkat sekolah~"
 

Lihatlah, betapa antusiasnya pangeran cadel ini untuk kembali bersekolah. Saking bersemangatnya, Shaun melahap sarapannya dengan cepat. Membuat sang ayah dan neneknya geleng-geleng kepala dibuatnya.

 
 
"Papa, cepetan dong. Masa makan aja lama banget, kalah sama Shaun masa. Shaun aja makannya cepet, masa papa lelet." ejeknya pada sang ayah.
  
 
 
"Ini papa udah selesai nak, lagian kenapa daritadi ngoceh terus sih. Ini juga baru jam setengah tujuh, biasanya juga kamu bangun siang."
 
 
 
Jawaban dari sang papa membuat Shaun cemberut. Apa papanya ini tidak peka, dia ingin cepat-cepat bersekolah dan mendapat teman baru.

Shaun yakin dia akan mendapat teman yang banyak nantinya. Secara dia adalah anak yang mudah akrab dengan siapa saja, dan jangan lupakan bahwa dia sangat imut dan tampan.

Wlek
   
  
 
"Inikan hali peltama Shaun sekolah lagi, jadi Shaun semangat banget dong."
  
   
 
"Iyadeh papa juga ikutan seneng."
  
  
  
"Grandma juga ikut seneng"
  
   
  
Senyum anak laki-laki itu merekah, menampilkan lesung pipit yang meyempil pada pipi gembulnya.  Membuat nenek langsung menyemol pipi sang cucu disambut tawa Siv.
   
   
"Gemes banget grandma sama kamu, jangan nakal disekolah pokoknya. Jangan jajan sembarangan okey, nanti bekal yang granma buatin jangan lupa dimakan."
  
   
 
"Siap glenma!" jawabnya dengan memberikan hormat kepada sang nenek.
   
  
Setelah berpamitan dengan sang ibu. Siv langsung menggendong Shaun keluar rumah. Setelah mendudukkan putranya dengan benar, Siv segera membawa mobilnya melaju.

Tak butuh waktu lama, mereka berdua pun sampai disekolah baru Shaun. Saat turun dari mobil, mata bulat Shaun terpaku beberapa saat pada pemandangan didepannya.

Dimana seorang siswa diantar oleh kedua orang tuanya.
  
   
  
"Mama, mau mama." guman anak itu.
  
  
 
Walaupun suaranya kecil, Siv tetap mendengar suara sang anak. Matanya memanas seketika, dia langsung mendekap sang anak.
   
  
  
"Shaun, ayo masuk kekelas. Nih, papa kasih uang jajan yang banyak." ucap Siv membujuk.
  
  
 
Shaun mengalihkan perhatian nya kepada sang ayah. Setelah menerima uang yang diberikan Siv, Shaun mengangguk mengiyakan untuk masuk kedalam sekolah.
  
  
 
"Papa, jangan lupa jemput Shaun ya. Awas aja kalau papa lupa."
  
  
  
"Iya cadelku, mana mungkin papa lupa jemput anak kesayangan papa ini."
 
  
 
"Yaudah, Shaun mau masuk dulu ya. Dadah papa...."
 
  
 
Siv memandang sendu punggung putranya yang mulai menjauh. Ia berharap, putranya ini dapat melewati cobaan yang telah Tuhan berikan. Ia tak mau raut kegembiraan putranya menghilang karena sakit.

Siv merasa menjadi ayah yang gagal saat tak bisa berbuat apa-apa untuk mengurangi rasa sakit sang anak. Dia hanya bisa menenangkan dan menemani Shaun tanpa bisa ikut merasakan sakitnya.
  
  
 
"Hah, anak itu."

 

 

  

ʘ‿ʘL


 

"Eh ada anak baru, kok gak jajan di kantin?"
 


   

"Miskin kali bos."
 

 
   

"Iya tuh, gak punya orang tua apa ya. Jangan-jangan, Lo anak haram?"
 

 
   

Baru saja Shaun ingin memakan bekal dari sang nenek. Segerombol siswa dari kelas lain langsung mendatanginya dan mengejek Shaun tanpa alasan.
 

 
   
  

"Kok diem aja cil, gak bisa ngomong ya?"
 

 
   
  

"Badan Lo kenapa kecil banget, gak pernah makan enak ya?"
 

 
   
  

"Mana bisa dia beli makanan enak, dia 'kan orang miskin."
 

 
  
   

Habis sudah kesabaran Shaun. Walau dia masih diam, tangannya terkepal kuat. Kejadian selanjutnya, Shaun melempar sendok yang ia pegang kearah salah satu dari tiga anak tersebut.

Kemudian ia juga melempar isi dalam wadahnya kepada anak yang mereka panggil bos. Dan yang terakhir Tupperware yang ia pegang ia lempar pada satu orang lagi.

Siswa lain yang masih berada dalam kelas tepekik kaget. Pasalnya seorang anak baru berani melempari si pengganggu yang sudah terkenal di sekolah ini.
 

 
  
   

"Ihhhh, kalian kok nakal?"
 

 
   
  

Mata anak itu berkaca-kaca, memandang ketiganya garang.
 

 
   
  

"Kalian gak kenal aku 'kan? Kalian juga gak belhak hina-hina olang sembalangan. Apa kalian gak mikilin pelasaan olang yang kalian hina? Kalo aku bilang mamaku udah meninggal gimana? Apa itu ulusan kalian? Enggak 'kan?" ucap Shaun dalam satu helaan nafas.
 

 
   
   
 

Dada anak itu naik turun karena emosi. Memandang siswa yang mengganggunya dengan tatapan sayunya. Kemudian dia mengambil sesuatu yang ada didalam tasnya dan melemparnya kearah ketiganya.
 

 
  

"Itu uang untuk membeli mulut sampah kalian."
 

 
   
  

"Inget sekali lagi, aku bukan anak halam. Aku punya seolang ayah yang hebat, dan satu lagi. Aku belasal dari kelualga yang telholmat, ingat itu."
 

 
  
  

"AAAAA DASAR BOCIL, KENAPA LO GIGIT TANGAN GUE!!!"
 


  
"Lasain! salah sendili nakalin Shaun!"
 

   

Brughh


   

"ADA APA INI, KALIAN BERKELAHI??!!!"
 

 
  
    

Suara itu, membuat semua terkejut dibuatnya.
  








 






















Heyyo, kangen Shaun Ndak?
Shaun Lindu kalian(◕ᴗ◕✿)

SHAUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang