Part 1

618 99 33
                                    

Aku ingin kamu menjawab pertanyaan ini, apa yang kamu lihat pertama kali?

Aku ingin kamu menjawab pertanyaan ini, apa yang kamu lihat pertama kali?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jawab di sini :

 Mobil?

Pria dengan teropong?

Atau huruf A?

Nanti di bawah kuberitahu jawabannya, selamat membaca ceritaku.

***


Jangan menjadi terlalu kuat, agar semesta tidak menikammu dengan begitu hebat.

***

Entah pukulan bola kasti ke berapa yang mengenai tubuh Akira kini. Permohonannya untuk berhenti tak didengar. Akira hanya bisa memucat di tempatnya menahan sakit. Kepalanya pening, perutnya mual, matanya sudah berair. Ia duduk di kursi dengan tangan dan kaki diikat. Di lapangan kasti tertutup itu, setiap sudutnya diisi oleh satu orang yang memegang tongkat, memukul bola mengarahkan pada Akira. 4 orang tersebut merupakan siswa yang sama di tempat Akira bersekolah.

"Lo semua tau? Ini kali pertama gue ketemu keluarga gue," ujar Akira dengan sisa tenaganya. 

Gines, perempuan yang berada di sudut kanan depan Akira tertawa. Ia menghampirinya, beriringan dengan suara ponsel yang berada di saku dada Akira berbunyi. Tiga lelaki lainnya ikut menghampiri.

"Darlin', mereka bakal tau kalau punya anak pengecut kayak lo," ujar Gines kembali tertawa, kemudian merebut rokok yang semula dihisap Aksa.

Dering ponsel Akira semakin berisik, Aksa mengambil ponsel Akira untuk mematikan deringnya dan melempar ponsel tersebut ke bibir lapangan. Juna, lelaki berkacamata itu mengarahkan tangannya menuju dada Akira, ia membuka kancing seragam yang Akira gunakan. Sadar dirinya dilecehkan, Akira memberontak, namun tangan dan kakinya yang terikat tak bisa berbuat banyak.

Begitu pula Latih, ia turut menyingkap rok selutut yang sama dengan yang dipakai Gines. Hidung Latih menyusuri paha Akira. Perempuan tersebut berteriak, "Sttt," Aksa menempatkan telunjuk di depan bibirnya, Akira kini menunduk, tangisnya menjadi kencang. Diangkatnya wajah Akira, dan kini bibir Aksa menyentuh bibirnya.

Setelah beberapa saat, Aksa melepaskan ciuman karena ponselnya bergetar. Ia meraih ponsel tersebut  di dalam celana, melihat notifikasi yang muncul, "Gue cabut, ada yang harus gue urus," ujarnya terburu-buru. "Lo semua pulang, lepasin dia sekalian, polisi lagi di jalan buat ke sini," Aksa mengambil ranselnya di sudut lapangan, kemudian keluar.

Ketiga teman Aksa panik, dengan cepat mereka melepaskan ikatan tangan dan kaki Akira, menyisakan tanda merah dan lecet yang kentara. Tidak sampai satu menit, mereka berempat sudah hilang dari pandangan Akira.

"Aaaaaaaaaaa!" Akira berteriak kencang, kepalanya masih berdengung, luka karena pukulan bola kasti yang disengaja terasa menjadi perih, ia menangis. Kakinya yang kebas terhuyung saat Akira berjalan mengambil ponsel miliknya. Ia lihat layarnya retak, namun masih menyala dan bisa digunakan. 

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang