[𝟏𝟗] - 2

1.8K 273 81
                                    

Pintu diketuk, tak lama terbuka tanpa menunggu jawaban ataupun persetujuan dari pemilik ruangan.

"[Name], aku datang!"

Wanita dengan jas putih itu melangkah masuk sambil tersenyum lebar. Tangannya menenteng sebuah plastik.

Terlepas dari lamunannya, gadis berkulit pucat itu menoleh sambil meletakkan pulpennya di meja. Dia langsung meletakkan sebuah pulpen dan koran usang di meja. "Selamat pagi juga, Kak Re."

Re tersentak sebelum mengangguk paham. Dia melangkah mendekat lalu duduk di ranjang. "Haih, kau begadang. Aku membawa roti dan susu pesananmu, kita makan sama-sama, ya?"

'[Name]' tersenyum kecil lalu ikut duduk di sebelahnya. Re mulai memotong roti itu menjadi dua bagian lalu menyerahkan satu bagian kepada '[Name]'.

'[Name]' mulai memakannya dengan obrolan kecil bersama Re. Rasa dark choco terasa meleleh di mulutnya bersamaan dengan kabut memori yang mulai memenuhi otaknya. Sekarang dia memakan roti ini sendirian.

Dadanya sesak, sekarang menjadi sulit untuk menelan.

Re menggeledah plastiknya lalu mengeluarkan satu kotak susu UHT dengan kemasan berwarna hijau muda.

'[Name]' mengerjap, tak menyangka permintaan isengnya kemarin benar-benar dikabulkan oleh wanita yang sudah sebulan ini menjadi 'teman mengobrolnya'. "Kak, kau ... benar-benar membawakannya?"

"Hum, kau tahu? Aku harus berputar-putar mencari ke beberapa supermarket di kota, karena susu ini sudah tidak diproduksi lagi sekarang. Katanya, sih, karena rasanya aneh. Untung masih ada satu dan itu belum kadaluarsa." Re mengangkat bahu tidak tahu. Lagipula ... ini adalah susu teraneh yang pernah dia tahu.

Susu Kambing Jantan Perisa Apel Hijau.

"Dari namanya aja udah aneh."

"Yap, rasanya emang aneh." '[Name]' terkekeh. Dia lalu mengusap sendu kotak susu di tangannya, "Tapi aku menyukainya, karena kakak-kakakku menyukainya ...."

'[Name]' mulai meminumnya dengan pelan.

Rasanya aneh. Tapi manis.

Sangat manis, terlampau manis sampai memberikan rasa pahit bersamaan dengan kenangan yang terputar bagai rekaman film di memorinya.

'[Name]' mengernyit. Tangannya dengan cepat mengusap air mata yang tiba-tiba mengalir. Tangannya yang lain meremat dadanya. Berusaha mengalihkan rasa perih di dalam hatinya. Luka yang sudah berusaha dia tutup dengan rapat, kembali terbuka hanya dengan segelintir memori hangat di kepalanya.

'[Name]' mengigit lengannya sendiri hingga berdarah. Air mata terus mengalir dari netranya.

"[Name]! Jangan nyakitin diri sendiri!" Re langsung berusaha menarik tangan '[Name]' dengan hati-hati.

'[Name]' kembali termenung dalam diam.

Re mulai memeluk '[Name]', tangannya mengusap-usap punggungnya, berusaha membawa gadis ini ke dalam kehangatan dan ketenangan sementara.

"Kalau bisa, aku ingin lupa ingatan saja. Kenangan-kenangan hangat ini ... hanya membuka luka ...." '[Name]' berujar lirih dengan tatapan kosong.

Re melepaskan pelukannya, menatap '[Name]' datar. "Jangan konyol! Kenangan ada untuk diingat, sepahit atau semanis apapun kenangan itu. Kehilangan ingatan bersama 'mereka' yang kausayangi, seperti ada perasaan hangat ... namun asing di dalam hati, itu lebih menyiksa."

"Ahahahaha, baiklah-baiklah, aku minta maaf, oke?" [Name] memberikan senyuman mengejek tiba-tiba. "Tapi mereka jahat, anjir, ninggalin gua sendiri. Apalagi si abang brengsek satu itu, KHAK, KEPALAKU JADI SAKIT MIKIRIN DIA."

Elemental Sister ┇ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang