BAB II

156 29 5
                                    

Pagi ini mentari mulai menyinari bumi, cahayanya sebagian menembus sela ranting, seolah mengusir kabut yang menyelimuti kawasan puncak. Aroma basah di ujung dedaunan berkilau seperti butiran berlian, disambut sayup kicauan burung bersahutan menyambut hari yang cerah.
Prilly masih terlelap didalam mobilnya, padahal ini sudah lebih dari 30 menit mobil berhenti disebuah pekarangan villa yang luas.

"Neng bangun atuh, masa belum kenyang tidur dari Bandung sampai Bogor." Arum berusaha membangunkan artisnya itu.

"Iya Rum ini aku bangun, bukan gak kenyang cuman hawanya aku malas aja kerja hari ini. Kaya ada yang aneh aja." Sahut Prilly sambil membuka penutup matanya.

"Yu atuh kita keluar, belum baca kan naskahnya?"

"Hemzz," sahut Prilly sambil ikut keluar.

Asing, itulah yang terlintas pertama kali dibenak Prilly kala melihat bangunan villa megah dihadapannya. Meski dibagian halaman sebagian crew berlalu lalang, fokus Prilly justru teralihkan pada bangunan megah didepannya.
Hingga sebuah lambaian tangan dilantai atas  membuat Prilly mengerutkan dahinya.

"Sayang"

***

Pria itu tertegun sejenak menatap bangunan yang baru kemarin dia singgahi.

"Jika ini dijadikan lokasi shooting, maka seharusnya sutradara tahu siapa pemilik yang menyewakan villa ini" gumamnya.

"Wah gak nyangka ya pak kita kesini lagi, padahal baru kemarin kesini. Mari pak saya antar sekalian bawa barang yang harus di bawa" ujar pak Mahmud.

"Ah iya ya pak, mari" Abi menggangguk kaku. Kenapa rasanya begitu aneh, jantungnya berdegup begitu kencang, apalagi ketika matanya tak sengaja menatap sorang wanita yang berdiri tak jauh darinya. Sosoknya begitu familiar di matanya.

"Sayang" panggilnya tanpa sadar menarik perempuan itu hingga dia memeluknya. Rasanya begitu damai, nafasnya seolah luruh. Tapi kenapa rasanya berbeda. Aroma dan pelukanya berbeda.

"Eeh maaf salah orang" sahut wanita itu, mencoba melepaskan pelukan Abi.

"Ah iya maaf maaf, saya kira teman saya astaga" Abi melepas pelukannya menatap gadis muda dihadapanya begitu lekat.

"Ya ampun ini om Abi kan? Astaga mimpi apa aku semalam, senang bertemu om kenalin saya Prilly, pemeran Gadis" sahut Prilly ceria, bagaimana tidak? Dipeluk idola tiba tiba walaupun tadinya ingin mengumpat, bahkan menendang dan siap mengeluarkan sumpah serapahnya. Tapi pas Prilly tau siapa yang memeluknya, kata itu sirna begitu saja.

"Aaaah pemeran utama, hai saya Abi. Maaf ya untuk tadi, mungkin mata saya memang sudah tua haha" canda Abi seraya menyambut uluran tangan gadis di hadapanya.

"Ah om bisa aja, mungkin wajah saya aja yang pasaran hehe" sahut Prilly lagi.

"Ya sudah kalau begitu saya duluan ke dalam ya, semoga kita bisa jadi patner yang luar biasa" jawab Abi sambil sedikit membungkuk dan berlalu. Membuat senyum Prilly makin lebar, bahkan ia lupa menanyakan pada Arum, siapa perempuan diatas yang melambaikan tanganya.

***

Sedangkan sesosok pria muda nan tampan sudah duduk disudut ruangan menghadap taman sambil menatap naskah dihadapanya. Namun atensinya teralihkan pada suara perempuan yang menyanyi.
Suaranya begitu lembut dan membuat siapa saja yang mendengarnya terbuai.

"Hoi, ngapain lu ngendap ngendap kaya maling begitu" tepukan dibahunya membuat pria tampan itu berbalik kaget.

"Astaga Reno, lu mau bikin bos lu copot jantung? Gila ya lu"

"Ya lagian salah siapa lu ngendap ngendap begitu kaya mau maling aja. Emang ada apaan? Prilly? Dia mah masih diluar kali."

"Bukan elah kampret lu emang, lu ga denger yang nyanyi tadi? Suaranya enak banget jir. Makanya gue penasaran"

"Lo ngigau apa gimana? Ali didalam itu belum ada orang tuh mamang nya aja baru bawa kunci buat buka, ini nih efek ngefans sampai segila nya" sahut Reno asal, ya pasalnya pintu utama villa memang belum dibuka.
Ali pun tertegun sesaat, apa dia salah dengar? Tapi itu terasa begitu nyata.

"Maaf mas mas ganteng, boleh minta tolong gak bawain koper nya berat nih. Saya ga kaut bawa keatas" suara lain mengintrupsi lamunan Ali.

"Heh sape lu? Enak bae nyuruh nyuruh" sahut Reno lagi.

"Ya ampun Arum main tinggal aja, ga tau apa orang nyari kebingungan" suara lain membuat Ali mengalihkan fokusnya. Matanya seolah enggan berkedip menatap wanita cantik didepannya. Ini bukan khayalan nya saja, ini nyata.

"Yeeh ari Neng, lagian malah asyik ngobrol sama om Abi ya Arum pegel kudu ngejugrug disana makanya Arum jalan aja kesini, oh iya om Abi ko ga masuk lewat sini ya, dia malah melipir kesana"

"Ya ga tau kenapa kamu ga tanya aja ke orangnya, udah ah hayu"

***

Kamar itu begitu luas dan megah, semuanya rapih bersih dan wangi. Sepertinya villa ini dijaga dengan baik terbukti dengan bunga Lily di kamar ini masih segar.
Ornamen dan semua peralatan disini pun terlihat antik bukan barang canggih dan modern, yang didengar villa ini tidak pernah disewakan.

Bruuk

Suara barang terjatuh diluar kamar, membuat Prilly bergegas keluar. Namun saat aka membuka pintu, pintunya macet seolah terkunci.

"Loh kok aneh sih ini pintu kenapa? Bukannya kuncinya ini? Tapi ko ga bisa dibuka, Ruuum, Arumm" panggil Prilly keras.

Dok dok dok
Prilly terus mengetuk pintu itu berusaha membukanya, namun nihil. Kamarnya memang terletak dilantai atas dan semua orang sibuk dibawah, Arum pun izin kebawah membawa barang yang belum diambil.

"Halo ada orang diluar? Siapapun tolong buka" lanjut Prilly lagi.

Sementara Ali yang baru saja menaiki tangga mendengar gedoran pintu dari arah kanannya segera begegas kesana.

"Siapa didalam?"

"Ini aku Prilly, tolong siapapun buka pintunya" mendengar nama Prilly membuat Ali tersenyum lalu berusaha ikut membantu membukanya.

"Ini rusak kayanya, mending kamu awas dulu deh aku coba dobrak"

"Oh iya ok, gimanapun caranya tolong" jawab Prilly sambil berjalan mundur.

Brak brak brak

Dorongan ke empat saat Ali hendak mendobrak pintunya terbuka sendiri membuat Ali terhunyung kedepan dan memeluk Prilly yang kebetulan berdiri disana.
Baik Ali maupun Prilly tertegun, bukan karena pelukan tak sengaja. Tapi karena keanehan pintu yang tiba tiba terbuka lebar.

"Eeh maaf ga sengaja, itu anu pintunya kebuka sendiri" ujar Ali kikuk, malu dan heran

"Ah iya gpp, aku juga rada heran kok bisa ya begitu" sahut Prilly hingga suara benda besar terjatuh dan seperti menghantam kolam membuat keduanya berhamburan keluar.

"Jangaaaaaan"

Sebelum keduanya mencapai tangga suara lain menghentikan keduanya.

~~~~~○●○~~~~~

Wedding MirrorWhere stories live. Discover now