BAB IV

86 19 6
                                    

Beberapa orang sibuk hilir mudik membereskan barang yang telah selesai dipakai, ya atau sekadar menyimpan untuk dipakai kembali esok hari. Ini sudah larut, jam menunjukan pukul 22. 30 wib.
Prilly masih asyik dengan lamunannya, duduk termangu ditepi kolam, mencelupkan kedua kakinya sembari menikmati hembusan angin.
Pikirnya masih melayang pada kejadian siang tadi, jelas sekali terdengar suara itu. Bahkan Ali rekannya pun mendengar, dan suara benda jatuh menghantam kolam pun begitu nyata. Tapi saat ia dan Ali mengeceknya tidak ada apapun. Hanya beberapa crew yang terheran heran melihat tingkah mereka berdua lari turun tangga.

Tiba tiba sebuah suara mengalihkan fokusnya.
"Andai saja waktu bisa kembali, ingin rasanya berjumpa dengan masa itu. Tapi tiada kesempatan sekalipun rindu menjadi kematian."
Prilly menengok mencari asal suara itu, itu suara perempuan. Matanya tertuju pada bangku taman tak jauh dari kolam tempatnya bersantai. Dengan ragu Prilly bangkit dan menghampiri asal suara itu. Benar saja Prilly melihat seorang perempuan duduk membelakanginya, posturnya mirip perawakan Prilly. Rambut coklat tergerai tersinari lampu, berbaju cream pucat.
Saat hendak menyapa, perempuan itu kembali berbicara.
"Hampa, sulit sekali. Tiada jalan pulang."
Prilly tertegun kembali, kenapa perempuan ini bicara sendiri, jelas ia tak melihat orang lain atau hp di tangannya.

"Permisi" sapa Prilly pelan hendak menepuk pundak wanita itu.

"Pril" suara lain mengejutkan Prilly hingga berbalik mendapati Om Abi memanggilnya.

"Ngapain disitu sendirian, sudah malam loh yang lain sudah istirahat"

"Gak sendirian ko om, ini mau nyapa mbak nya" jawab Prilly menunjuk kearah belakang. Om Abi memincingkan alis nya.

"Mbak nya? Kamu ngawur, hei ayo masuk udah malam" Prilly melotot, apa katanya? Ngawur, saat Prilly berbalik hendak memanggil wanita itu, ternyata tidak ada.

"Tadi a...da ko disini!" jawab Prilly bingung, matanya menjelajah kesekitar namun nihil, apa tadi itu halusinasinya? Entahlah Prilly tak paham.
"Hei ayo masuk, udara malam ga baik buat kesehatan" lanjut om Abi.

"Ii ya om"

***

Abi masih termenung di balkon kamarnya, ditemani gelapnya malam, serta semilir angin yang bertiup membelah gemerisik daun. Cuacanya sedikit mendung terasa dari udara yang makin dingin dan awan hitam mulai menutupi bulan yang tadi muncul walau hanya separuh. Abi masih setia dengan sebatang rokok yang dihisapnya, menyisakan setengah dari seluruhnya.
Ingatanya jauh menelisik kenangan manis bersama cinta nya, kekasihnya, dunianya ah separuh hatinya. Iya separuh hati Abi telah lenyap bersama tawa yang juga berakhir disini, ya disini di villa yang sekarang mereka tempati untuk syuting film.

Bayangan kilas memori kembali berkelebat di ingatanya.

"mas nanti kalau kita menikah, aku maunya disini tinggalnya"

"kenapa?"

"ya karena aku suka suasananya, udara masih seger, pohonnya masih lumayan banyak, nanti kita tinggal tambahin beberpa lagi di depan yang kosong. Biar makin asri. Ditambah aku mau hidup berdua aja mas, mas tau kan alasan aku"
Abi tersenyum mengangguk, menyelipkan helaian rambut sang gadis yang kini sama sama berdiri dibalkon menikmati udara malam.

"apapun keinginan kamu mas ikut aja, yang penting kamu bahagia" lanjut Abi.
Gadis itu tersenyum manis dan mengangguk.

"mas, seandainya takdir tak seindah impian kita apakah hidup kita akan baik baik saja?" Abi menoleh terkejut menatap sang empu yang berbicara sedikit aneh dari biasanya.

"maksudnya?"

"maksudnya kalau semuanya tak berjalan sesuai keinginan dan rencana kita bagaimana?kalau suatu saat kita terpisah, aku harap hanya kematian yang merenggutnya. Aku ....aku hanya sedikit khawatir mas"

"Hei, ko ngobrolnya jauh banget sih. Mas tau kok kamu banyak Pikiran, mas rasa kita udah sering bicara masalah itu. Kamu yakin aja yah, mas kan sedang berusaha, kita berjuang sama sama ok" jawab Abi sambil mengelus lembut rambut sang gadis.

"iya mas, aku harap" jawabnya berbalik dan memeluk Abi.

***

"Om" Abi menoleh melihat seorang pemuda menghampirinya.

"maaf om Ali langsung masuk kamar om. Tadi Ali ketuk pintu om ga ada nyaut, jadi langsung masuk taunya om disini"

"Ah iya gpp li, santai aja. Kenapa Li malam malam begini?" jawab Abi ramah. Ali tersenyum kikuk.

"Gini om, kebetulan Mama saya tuh ngefans berat sama om Abi dan ya tadi saya pas nelpon mama dibawah ga sengaja liat om Abi masih bangun saya ada inisiatif kesini hehe...saya mau minta tanda tangan sekalian mama katanya mau bicara sebentar aja om, gpp kan?" tanya Ali sambil menggaruk tengkuknya, sebenarnya tidak enak sih malam2 begini, cuman karena ini kesempatan om Abi senggang juga.

"Ah itu iya boleh2 mana saya coba bicara" jawab Abi ramah.

"Bentar Om saya telpon lagi"

Tuuuut tuuut

"Halo ma, ini om Abi katanya mau bicara"

"........................"

"iya, jangan lama ya ma ga enak om abi mau istirahat, nih Ali kasih ke om Abi ya. Maaf ini om" lanjut Ali memberikan ponselnya.

"Hallo"

"Hallo Abi apa kabar?"

Deg

Wajah Abi mendadak tegang, suara itu. Abi hafal sekali suara itu.

"Hallo Abi, kamu masih disana?"

"ah iya," jawab Abi kaku, melirik Ali yang masih duduk dikursi.

"kamu ga lupakan suara aku?"
Abi semakin yakin dengan ingatanya.

"Dewi?" tanya Abi sedikit kaku, pasalnya seingat Abi suara ini adalah suara kedua yang paling sering Abi dengar setelah gadisnya.

"ahaha akhirnya ketebak juga, kirain udah lupa. Gimana kabarnya? Lama banget yah kita ga kontek. Susah banget kamu dihubungin"

"Baik, iya sudah hampir 25tahun. Kamu gimana Wi? Aku ga nyangka kamu mama nya Ali, pantasan wajahnya rada rada familiar"

"masa sih Ali mirip aku? Kata orang Ali mirip papahnya. Eh iya rencananya besok aku mau kesitu sekalian jenguk Ali. Ada sesuatu yang aku mau kasih kekamu Bi.kayanya udah malam banget kalau kita lanjut ngobrol di sini. Besok kita lanjut kebetulan papahnya Ali juga libur"

"Ah iya Wi, boleh boleh besok aku tunggu. Kamu tau kan mungkin besok aku bakalan introgasi kamu" jawab Abi. Dan dibalas dengan kekehan disebrang sana.
Abi menyerahkan ponsel tersebut pada Ali.

"Aku ga nyangka om ko kenal mama?"

"oh iya teman sma, sampai awal awal kuliah. Om juga ga nyangka kamu anaknya Dewi."

"Ah pantesan mama ngotot banget, kalau gitu makasih banyak ya om Ali pamit dulu mau istirahat"

"iya Li sama sama"

Abi ikut masuk hendak menutup pintunya namun matanya menangkap seorang wanita dibawah sana. Wanita yang sedang bersenandung diayunan.

"Hai mas"
Deg.....

####

Ya Allah baru buka story lagi huhu semoga ada yang suka ya hehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wedding MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang