37 (Cemburu?)

652 41 1
                                    

“Buruan dong Kak, lama banget sih lo!” teriak Salwa. Dirinya sedang memakai sepatu diteras rumahnya.

Naza yang tengah sarapan pun menyahut dengan jutek. “Sabar napa! Masih pagi juga!” teriak Naza juga.

Setelah beres memakai sepatu, Salwa masuk kedalam rumah, dan langsung berjalan kearah meja makan. Salwa melihat Naza sedang meneguk air putih, tampaknya kakaknya itu sudah selesai melaksanakan sarapan paginya.

Setelah berada disamping Naza, Salwa menarik tangan Naza. “Ayo!”

“Kamu nanti kalau udah pulang dari kampus mau langsung ke cafe?” tanya Ainun disela-sela makannya.

“Nggak tau sih Bun, liat nanti aja. Kalau pulangnya siang, yaa langsung berangkat ke cafe. Kalau sore, paling Naza pulang dulu. Terus nanti berangkat ke cafe.” tutur Naza.

Ainun menggangguk. Lalu tatapannya beralih ke anak gadisnya. “Mau berangkat sekarang? Tapi ini masih jam enam pagi loh sayang.”

Salwa mengangguk mantap. “Iya Bunda, Kak Naza ayo ah!” Salwa terus menarik lengan Naza kuat-kuat, berharap lelaki itu cepat berdiri.

“Iya-iya, bawel lo!” kata Naza dengan malas. Hampir saja dia tersedak karena Salwa. “Kita pamit dulu Bun.” Naza dan Salwa menyalimi tangan Ainun.

Salwa mengecup pipi kanan Ainun. “Salwa berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum..."

“Waalaikumsallam...”

***

Ditengah perjalan, keduanya tidak mengeluarkan suara sama sekali. Naza melirik Salwa lewat kaca spion motornya. Lalu tak lama laki-laki itu berceletuk. “Kusut amat tuh muka. Kenapa? Belum disemangati sama ayang pagi ini?” tanya Naza yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari Salwa.

“Lo kali! Bukan gue!” sahut Salwa jutek. Suasana hatinya yang buruk, jadi lebih buruk lagi akibat ulah Naza.

“Dihh... Malah nyalahin gue!” tandas Naza. “Semalem lo juga cemberut terus gue lihat-lihat. Kenapa sih? Ada masalah? Coba sini cerita.” kata Naza tulus.

Salwa sedikit memajukan wajahnya kedepan. Ia mendekatkan bibirnya ketelinga Naza yang terlapisi oleh helm. “Nggak usah so’peduli sama gue. Dan... Nggak usah kepo juga. Bisa?”

“Heran gue sama lo! Gue berbuat kayak gini salah, gue berbuat kayak gitu salah juga. Mau lo apa sih?” tanya Naza mulai kesal.

“Gue mau lo diam aja.” Setelah mengatakan itu, mereka berdua terdiam kembali.

Motor Naza berhenti didepan gerbang SMA Cakrawala. Salwa turun dari motor Naza, dan melepas helmnya. Ia menyerahkan helm itu dengan sedikit kasar kepada Naza. Naza menempatkan helm Salwa di jok belakang motornya.

Tanpa sepatah kata, Salwa langsung melenggang pergi. Sebelum gadis itu pergi menjauh, Naza berteriak memanggil namanya.

“Sal. Ada yang ketinggalan nih.”

Salwa berbalik. Ia menatap Naza lama. Salwa mengangkat dagunya sedikit. Perasaan barang-barangnya sudah lengkap didalam tas. Ponsel, alat tulis, serta keperluan-keperluan lainnya juga sudah ada didalam tas. Tapi kenapa lelaki itu mengatakan ada sesuatu yang tertinggal?

Naza mengkode salwa menggunakan tangannya. Menyuruh agar Salwa berjalan kearahnya. Dengan malas-malasan Salwa pun menuruti kakaknya itu.

Dengan jahil, Naza menarik telapak tangan kanan Salwa, lalu menempelkannya ke kening Salwa. Salwa yang terlambat merespon pun, terdiam kaku.

“Lo belum salim sama gue Sal.” kata Naza sambil tertawa menyebalkan dimata Salwa.

Salwa melirik kearah samping. Banyak siswa-siswi yang melirik kearah mereka. Sebagian mereka ada yang bisik-bisik, sebagian dari mereka juga ada yang melirik sinis kearah Naza dan Salwa.

Forever, 831(SELESAI) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon