IB [2]

903 71 2
                                    

Sadar, BoBoiBoy mulai merasakan perasaan aneh yang asing di dadanya ketika sedang bersama sahabat merah mudanya, anehnya, itu terus-menerus mekar selayaknya ada bunga di hatinya.

Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?

.
.
.

In Bloom

BoBoiBoy x Yaya Three-shot

Disclaimer : Animonsta Studios

Happy Reading!

.
.
.

"Selamat datang ... Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Tidak menjawab, netra cokelat madunya lebih memilih untuk menelusuri isi toko kecil yang menjual aneka pernak-pernik ini, sedikit terkejut dengan keberadaannya, tidak menyangka jika toko sejenis ini akan berada di Planet Junkberg. 

"Apakah ada sesuatu yang ingin kau beli, wahai Anak Manis?"

Ia terdiam, menatap sesaat sang pemilik toko; seorang alien berjenis kelamin wanita dengan wajah ramah, sebelum matanya melesat menuju suatu barang yang ditampilkan di etalase toko. Suatu barang yang telah menarik minatnya hingga ia berlari meninggalkan Gopal dan Fang yang tengah menggotong Gijimo untuk dibawa ke pesawat luar angkasa mereka.

Seolah mengerti, wanita itupun tersenyum. Segera ia hampiri barang tersebut dan lalu mengambilnya, memberikannya kepada BoBoiBoy dengan senyumannya yang masih setia bertahan.

"Kau mau ini, 'kan? Kau tahu? Khusus untukmu, ini gratis, kau tidak perlu membayarnya," 

Ia membelalakkan mata, segera menggeleng. "Eh, Makcik! Kau tidak perlu begitu, aku masih bisa membayarnya, kok!"

"Ah, aku tahu itu. Tapi tidak apa-apa, aku sedang berbaik hati hari ini, jadi tolong terima saja barang itu gratis," wanita itu terkekeh kecil.

"Eh, benarkah?"

"Ya."

"Aa, kalau begitu, terima kasih banyak, ya, Makcik!" ia menemukan matanya mulai berseri-seri, dan senyumannya kian mengembang lebar di bibirnya. Ia menatap barang itu, menebak-nebak bagaimana reaksi dia. 

Apakah dia akan senang dengan pemberiannya? Senang sekali mungkin? Atau malah kecewa? Marah? Apakah dia akan menerimanya? Apakah dia akan suka? Atau tidak?

"Hei, ngomong-ngomong, untuk siapa ini? Apakah untuk seseorang yang spesial bagimu?"

Pertanyaan tiba-tiba milik sang pemilik toko membuat mulutnya seketika menjadi kering, dan ia berani bersumpah bahwa wajahnya memerah dan berkeringat dua kali lipat sekarang. Ia menelan tanpa meludah, mencoba yang terbaik untuk terdengar normal.

"A-ah, i-itu ... Itu se-sebenarnya hanya untuk sahabatku, aku ... Aku hanya ingin mem-memberikan ini untuk hadiah u-ulang tahunnya, hehe," ia tertawa kikuk sembari menggaruk pipinya. 

"Hn? Benar—"

"Sekali lagi, terima kasih ya, Makcik! Saya masih punya urusan lain, jadi saya pergi dulu! Sampai jumpa ..!" ia buru-buru pergi, takut jika akan di'interogasi' lebih lanjut.

In Bloom [BoYa] || END✓Where stories live. Discover now