Chapter 0.1 | Hari Pertama

439 34 6
                                    

"Setidaknya, gue yang gak bisa melihat, bisa mendengar dan mengerti. Bukan kalian yang memiliki segala hal yang normal gak pernah mengerti apapun sama sekali," -Raja Brawijaya

💅💅💅

Hari ini, hari pertama seorang laki-laki yang akan memasuki bangku SMA untuk ke sekian kalinya. Sejujurnya, laki-laki itu sudah lelah dengan hal yang selalu dia lakukan setiap enam bulan sekali.

Ini sudah SMA ke-6 yang dia masuki setiap enam bulannya, dirinya juga sudah meminta kedua orang tuanya untuk home schooling saja. Tetapi, kedua orang tuanya tetap bersikeras untuk menyekolahkan dirinya agar bisa menyesuaikan diri dengan sekitar.

Duduk di tepi kasur, walau pun tak melihat, dia bisa meraba benda yang dia gunakan. Setelah merasa rapi dengan penampilannya, laki-laki itu meraba laci dan mengambil sisir untuk merapikan rambutnya.

Rambut sudah rapi, kini, beralih ke parfum. Semua barang laki-laki itu, dia letakkan di laci agar memudahkannya untuk mengambilnya.

Laci yang orang tuanya letakkan di kamar cukup panjang. Muat untuk segala barang yang dia perlukan, merasa sudah siap dengan segalanya termasuk tas, sepatu, dan buku, dia tinggal menunggu panggilan sang ibu.

Oh, iya jangan lupa. Kamar nya berada di lantai dasar, agar memudahkannya keluar masuk untuk melakukan aktifitas.

Tok! Tok!

"Raja, ayo keluar. Kita sarapan dulu, papa udah nunggu tuh," panggil Casia.

"Iya, Ma." Raja berjalan menuju pintu dan keluar ke ruang makan.

"Gimana, sudah siap untuk hari pertama?" tanya Ardiaz. Raja hanya menghela nafas, bukannya semangat tapi dia menyiapkan dirinya untuk melawan semua bullyan yang akan dia dapatkan di sekolah barunya.

"Darimananya aku sudah siap Pa? Udah aku bilang dari kemarin, mending aku home schooling Pa. Papa gak capek liat aku terkena bully terus? Atau ... Papa memang suka liat aku kena bully?" ketus Raja kehadapan Ardiaz.

"Raja, papa bukannya seneng liat kamu terkena bully. Tapi, papa ingin kamu bisa berbaur dengan lingkungan sekitar agar lebih peka. Kamu itu, maaf, sudah tidak bisa melihat. Setidaknya kamu peka dengan sekitar agar bisa menjalani keseharian mu dengan bebas," jelas Ardiaz.

Raja hanya memalingkan wajahnya, dia tau tujuan papanya baik. Hanya saja, dia lelah dengan semua yang terjadi padanya, sudah mentalnya di permainkan, fisik pun juga sama.

"Raja," panggil Casia.

Raja menoleh ke arah Casia. "Kenapa, Ma?"

"Tolong percaya sama mama yah? Mama pastikan kalau ini adalah sekolah terakhir yang akan kamu tempati. Jika hal sama terjadi kembali sama kamu, mama akan home schooling kan kamu. Itu yang kamu mau 'kan?" Raja menganggukkan kepalanya.

"I Know your hopes. Doakan saja ini adalah sekolah terakhir yang akan aku tempati." Casia mengelus rambut anaknya dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Yaps, saatnya kita antar Raja ke sekolah. Ayo, Ma," Ardiaz dan Casia berdiri lalu menuntun Raja menuju mobil.

"Kalian, benar-benar ingin mengantarku ke sekolah?" tanya Raja.

Raja Brawijaya Where stories live. Discover now