Bab 10

1.9K 206 10
                                    


Hera menepati janjinya untuk membersihkan apartemen Juan. Ia tentu saja kikuk karena di rumah ia tak pernah bersih-bersih. Katherine awalnya membantu namun karena tahu Alasan Hera apa. Sang sahabat jadi berhenti dan menganggap dirinya dungu. Untuk apa menjerat seorang pria dewasa dengan tipu daya jika tubuh mereka bisa menarik perhatian. Sayangnya Juan itu tipe lelaki baik hati yang tak tega menggauli gadis ingusan tanpa perasaan. Lagi pula Hera sangat menginginkan cinta pria itu begitu tahu baiknya Juan.

Pintu apartemen terdengar dibuka. Hera waspada. Ia mengacungkan gagang pel yang dipegangnya, kalau-kalau ada pencuri masuk namun yang bertandang sang pemilik apartemen.

"Om Juan. Ku kira siapa! "

Juan terdiam sejenak lalu dahinya mengerut sembari terus mengawasi Hera. Tanpa bertanya, ia seperti mendapatkan jawaban. Hera ke sini karena ia bayar. Gadis itu bertugas membersihkan apartemen. Juan tak peduli pekerjaan Hera beres atau tidak. Ia memilih merebahkan kepalanya pada sofa panjang. Hari ini melelahkan sekali.

"Om mau minum? "

Juan mengangguk tanpa peduli Hera akan memberinya apa. Pandangannya melayang pada atap apartemen yang dihiasi lampu. Semua terlihat sama, tapi berbeda setelah ada lampu yang dinyalakan. Begitu pun hidup. Semua sama ingin meraih kesuksesan lalu cinta datang. Bisa sebagai penerang atau memporak-porandakan. Lalu definisi cinta itu apa? Perasaan berdebar kencang, perasaan bahagia atau malah rasa sakit.

"Kenapa cinta begitu kejam? "gumamnya sendiri yang langsung Hera sahuti.

"Om kenapa malah ngomong sendiri? "

Juan bangun lalu melihat air minum yang Hera suguhkan. Kopi rasanya jelas, pahit perpaduan manis karena diberi gula. Cinta bisa juga didefinisikan sama. Cinta pandai kan berkamuflase.

"Kamu pernah jatuh cinta? Pernah naksir temanmu kuliah atau sekolah. "

"Pernah. "jawab Hera mantap. "namanya juga remaja, Om. "

"Pernah jatuh cinta sama pria yang kamu taksir? "

"Jatuh cinta? "Hera menggaruk rambut. "Kalau suka sering, cinta? "jawabnya Hera hanya gelengan. "Om sendiri pernah jatuh cinta atau sekarang Om lagi berhubungan dengan seseorang? " Jangan katakan iya sebab Hera akan langsung nelangsa.

"Tidak keduanya. "Oh syukurlah. "Aku sering melihat orang jatuh cinta lalu mati karena patah hati. Aku tidak mau jatuh cinta. "

Hera langsung menundukkan wajah ketika mendengar itu. Kenapa ia jatuh hati pada pria yang susah jatuh cinta.

"Om mau mencoba jatuh cinta? "Itu harapan Hera. Ia harus jadi berani kalau tidak ia akan kehilangan kesempatan untuk tetap bersama Juan. Hera mendekat, ikut duduk. " Jatuh cinta untuk seorang pria tidak akan membuatnya rugi. Om tidak mau mencoba? "

Jarak mereka terlalu dekat, Hera sampai bisa mendengar nafas Juan yang beraturan. Mata pria itu berkerut sedikit sembari menunggu apa yang akan Hera lakukan.

"Apa yang ku dapatkan ketika jatuh cinta? "ujarnya sembari membelai tepi wajah Hera. Sentuhan Juan begitu sensual, menimbulkan gelegar aneh yang belum pernah Hera rasakan.

"Semuanya. " Merasa jika Juan juga menginginkannya. Hera maju, mendesak keinginannya untuk dilepaskan. Ia dengan berani mengalungkan kedua tangannya lalu mengecup bibir Juan. Bibir itu terasa ringan serta kenyal. Hera siap di pelototi atau dimarahi paling parah dimaki tapi Juan hanya menatapnya setelah ciuman mereka terlepas.

"Bukan begitu cara berciuman. "Juan mendekatkan bibir mereka kembali. Kali ini lebih lama, lebih dalam dan lebih sensual. Tawaran Hera tentang memberikan segalanya membuatnya lupa diri. Ia tertarik, sangat tertarik dengan apa Yang Hera suguhkan. Mencoba jatuh cinta pada gadis yang terpaut usia jauh dengannya. Kenapa tidak ia lakukan? Juan tidak rugi. Hera yang menawarkan dirinya untuk mencoba dicintai. Toh jika hatinya nanti tak timbul perasaan yang begitu, Juan bisa mundur tanpa rasa bersalah.

Hera terengah-engah saat ciuman mereka terlepas. Ia kemudian tersenyum malu. Pipinya bersemu merah, rambutnya berantakan karena Juan acak-acak. Juan melihat hasrat membara dari seorang gadis muda yang menjalar juga padanya. Lalu sekarang apa yang mereka mesti lakukan.

"Kamu menawarkan cinta. Kenapa kita tidak mencobanya. "

Hera masih diam, mengepalkan jemarinya lalu meremas-remasnya tanda gadis itu gugup. "Kita mau memulainya dengan apa? Apa yang kamu inginkan Hera. Karena kamu yang menawarkan, jadi kamu juga yang memutuskan. "

"Apa Om setuju pacaran denganku? "
Juan mengusap ibu jarinya pada bawah bibir sembari bergumam tak jelas.

"Boleh tapi kamu tahu berpacaran dengan lelaki dewasa berbeda bila kamu menjalin hubungan dengan anak sebayamu. "

"Aku tahu dan aku siap dengan risikonya. "

Juan suka dengan semangat Hera sekaligus takjub. Ia mengusap kepala Hera sebagai ungkapan sayang padahal gadis itu berharap mendapatkan ciuman lagi.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Juan tersenyum konyol. Keputusan gila! Juan mengabulkan apa Yang Hera mau, menjadi kekasih wanita itu atau... Hera tahu kalau ia banyak uang makanya Hera mengejarnya. Ia mengetuk-ngetuk bolpoin pada meja kerja. Kalau benar Hera mengejarnya karena uang kenapa tidak Juan berikan saja toh Hera bisa memberi segalanya yang gadis itu punya.

Membayangkan jika tubuh Hera dalam keadaan tanpa busana, Juan mengerang pelan. itu khayalan yang luar biasa indah. Namun moralnya menolak keras. Tidak baik memanfaatkan gadis naif itu. Lalu Bagaimana kalau Hera yang menyodorkan diri, apakah Juan kuat menolak.

Pintu kantornya diketuk, sekretarisnya datang memberitahu jika Juan ada kunjungan. Sang Ibu tiri dengan sanggul rapi sudah masuk tanpa menunggu perintah. Juan tahu wanita ini selalu ke sini meminta jatah uangnya sekaligus menanyakan kejelasan saham yang perempuan itu dapatkan.

"Ibu mau minum apa?"

"Seperti biasa." Kehilangan suami tidak membuat ibunya terlalu lama bersedih. Ibunya tetap mengenakan pakaian mewah berikut aksesorisnya yang harganya mencapai puluhan juta

"Ibu datang seperti biasa juga?"

"Tidak. Aku datang karena ada urusan lain denganmu."

"Soal apa yang lebih penting dari sekedar uang?"

Ibu tirinya langsung memberengut, menunjukkan wajahnya yang kusut dan mulai kisut . "Aku ke sini karena ingin memenuhi keinginan seseorang. Kau ingat Pak Wahyudi yang pernah bekerja sama dengan ayahmu."

Wahyudi yang mana tapi Juan iyakan saja agar perempuan ini segera pergi.

"Dia punya putri yang bekerja sebagai kepala sekolah taman kanak-kanak. Rencananya kami ingin menjodohkan kamu dengan dia. Nama putrinya Lidya."

Juan menurunkan alis seolah informasi ini sulit dipercaya. Ibu tirinya ingin Juan menikahi seorang pengurus sekolahan. Apa sikap matre ibunya tertelan tanah. Apa wanita ini takut meninggal tanpa pahala. "Lidya seorang guru juga?"

"Iya. Aku rasa kau membutuhkan istri yang sabar, baik, pengertian serta sayang anak-anak. Aku tahu kau selalu menolak calon potensial mulai dari artis, model, direktur perusahaan, dokter...."

"Cukup ibu."

"Ku kira kau menginginkan seorang istri yang menyayangi keluarganya dan tidak disibukkan dengan karirnya. Lidya cocok, keluarganya terpandang juga."

Perkataan ibu tirinya membuatnya pening. Perjodohan lagi! kalau saja ibu tirinya datang seminggu lalu Juan pasti akan langsung setuju. Ia memang mencari sosok istri praktis sekaligus mengembangkan usahanya. Lidya akan menjadi istri serta ibu yang baik dan pengaruh keluarganya dapat Meningkatkan karier serta memajukan perusahaan Juan. Bukannya pilihan yang ideal? tapi senyum Hera seolah menginvasinya.

"Kapan kami akan dipertemukan?"

"Jika kau setuju. Besok malam kau bisa ikut denganku untuk makan malam di rumahnya."

Juan mengangguk. Hera cuma gadis ingusan yang harusnya tak mempengaruhi pikiran dewasanya untuk mengambil keputusan. Juan menerima perasaan yang Hera tawarkan. Juan putuskan untuk tidak terlalu larut dalam hubungan itu. Jatuh cinta tidak akan pernah ada di kamus hidupnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️🌿🌿

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Lama gak update. Ada yang kangen gak sama Juan.

Jangan lupa vote dan komentarnya

Light in my heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang