Bab 22

1.4K 236 14
                                    

Rudolf tahu bahwa perasaannya sedang luar biasa kacau. Sang putri sulung membencinya, Bella berada di rumah sakit jiwa, Ares bunuh diri. Tinggal Hera dan Helen yang harus dia pikirkan dan jaga. Urusan kantor ada orang kepercayaannya dan sekretarisnya yang dapat diandalkan.

Ia tak pernah bisa berada lama di rumahnya. Kenangan akan kebahagiaan Bella, tawa Ares serta kedamaian keluarganya terpatri jelas. Rudolf lelah lari, ia ingin tinggal tapi tidak di rumah ini. Rencananya ia akan mengajak Hera dan Helen untuk pindah ke rumahnya yang lain, kalau bisa Athena juga akan ia ajak tapi Rudolf paham. Sulit menyatukan beberapa saudara beda Ibu dengan latar belakang hubungan yang pahit.

Ia melewati kamar Ares begitu saja karena tak sanggup masuk ke dalam sana. Rudolf takut aroma Ares membuatnya ciut serta mengikis pertahanan terakhirnya. Kakinya memilih terpaku pada kamar Hera. Ia putar handle pintu lalu melihat barang apa Yang Hera simpan. Banyak poster boyband Korea terpasang, ada lemari Yang dipenuhi tas dan sepatu. Meja belajar Hera Yang penuh dengan buku baru. Rudolf tersenyum kecil, Hera pasti jarang membuka buku.

Untuk beberapa saat ia mencoba duduk di ranjang Hera, masih empuk seperti awalnya. Rudolf lalu berdiri tapi tangannya menyangkut tas hitam milik Hera hingga isinya berhamburan di lantai. Rudolf memungut benda yang jatuh lalu memasukkan ke tempatnya semula namun kegiatannya berhenti ketika mendapati satu flashdisk yang bertuliskan nama Ares. Apa putrinya meminjam Flashdisk milik adiknya untuk mengerjakan tugas.

Semula Rudolf mau acuh tapi entah kenapa flashdisk itu menarik perhatiannya. Rudolf malah membawa benda itu ke ruang kerjanya untuk disambungkan ke laptop. Mungkin di sini ada kenangan terakhir yang Ares simpan. Tapi Rudolf salah. Flashdisk ini membuka tabir siapa Ares sebenarnya. Penyebab utama sang anak memilih jalan bunuh diri dan kenangan yang harusnya tak pernah Ares rekam. Air mata Rudolf jatuh dengan deras. Sisa dari masa tuanya adalah penyesalan atas kesalahannya di masa lalu dan masa kini. Ares menyimpan bom yang mampu membuatnya bersujud memohon ampun pada sang ilahi.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Pulang selalu membawa kejutan. Hera malas harus berhadapan langsung dan melihat ayahnya setiap hari. Ia menginap sehari di rumah Katherine. Mau ayahnya marah, Hera tak peduli. Hatinya lebih pedih. Sekarang ia merasa bodoh karena pernah mengejar Juan. Tak tahunya, pria itu tak punya perasaan.

Sayangnya rumahnya kosong. Rudolf seperti biasa pergi setelah menetap beberapa saat. Hera harap maklum, rumahnya tak ubahnya kuburan. Beredar desas-desus jika para pelayan tak betah tinggal di sini karena mendapati orang bunuh diri. Orang bunuh diri mitosnya , nyawanya ditolak bumi hingga bergentayangan.

"Papah ke mana Bi. Udah pergi?" tanya Hera pada salah satu pelayan setelah selesai mandi.

"Tadi katanya mau ke kantor polisi ngurus kasus Mas Ares. Bukannya kasusnya udah kelar ya Non. Bapak tadi juga pakai pengacara. Pengacaranya datang terus di dalam ruang kerja bapak lama banget."

Begitu mendapatkan aduan. Hera merasakan firasat buruk. Ia buru-buru Naik ke lantai atas. Flashdisk milik Ares hilang di tasnya. Bodohnya dia! Terlalu senang dengan lamaran Juan, kewaspadaannya jadi kurang . Ayahnya pasti membawa benda itu ke kantor polisi sebagai barang bukti dan mengangkat kasus Ares naik ke permukaan. Apa ayahnya tak berpikir dampaknya akan bagaimana? Apa ayahnya tidak menjaga nama baik mereka sebelum membawa kasus ini ke jalur hukum. Bagaimana Hera bisa menghadapi skandal ini nantinya?

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Juan terganggu, pikirannya mengarah ke Hera yang entah berada di mana. Hera sulit dihubungi, dikunjungi malah Ibu kosnya berkata tidak ada gadis yang bernama Hera tinggal di sana. Apa selama ini Hera bohong soal alamatnya tapi Juan beberapa kali mengantar Hera ke sana dan gadis itu selalu masuk tanpa halangan. Apa Hera sudah pindah tapi pindah ke mana?

Light in my heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang