2. Awal dari Kecurigaan

13 6 21
                                    

    Hari yang cerah seolah tidak ingin menemani kebimbangan hati Nada yang siap menuju sekolah. Jam sudah menunjuk pukul 06.00—setengah jam lagi menuju berbunyinya bel masuk, seharusnya dia sudah di kelas untuk merecoki teman-temannya yang sedang mengerjakan PR. Namun, si bungsu ternyata sudah lebih dulu berangkat ketika dirinya masih berurusan dengan kamar mandi.

    Nada berjanji akan menghukum anak itu.

    Butuh waktu 20 menit perjalanan untuk mencapai sekolah, belum termasuk kemacetan yang sering terjadi di jam-jam ini. Sempat terlintas di pikirannya untuk menghubungi Revan, tapi posisi rumah laki-laki itu yang lebih dekat dengan sekolah tentu membuatnya harus putar balik bila ingin menjemput Nada.

    Skenario palsu disusun, gadis yang sudah berpakaian lengkap itu berniat mengarang cerita bahwa dirinya diare. Namun, sepertinya semesta tidak ingin dia melewatkan upacara hari itu.

     Saat dirinya duduk di tepi kasur dengan kedua tangan memegang hp—entah akan menghubungi siapa untuk ia tumpangi—tiba-tiba saja sang ibu melewati kamarnya dengan ekspresi yang siap murka kapan saja.

     “Liat, wis jam berapa!” tegas Bu Wanda sambil mengangkat tangan kiri Nada yang memakai jam tangan tepat di depan wajah putrinya. Kepala anak tengah keluarga Denandrawan itu menunduk, tidak sanggup melihat kemurkaan ibunya.

     Lalu wanita itu menyaut benda yang sedari tadi dipegang putrinya, lantas berjalan keluar. “Ibu males ngarang kamu sakit, urus sendiri!”

     Saat itu juga pertahanan Nada runtuh. Air matanya berhasil lolos dengan isakan yang berusaha ditahan. Ia sudah tidak tahu harus berbuat apa. Niat untuk memesan ojek tentu gagal sebelum direalisasikan. Hanya tersisa 15 menit waktunya untuk tetap berada di rumah dan semakin tertekan atau berangkat meski belum tahu harus naik apa serta dipastikan telat.

     Pintu kembali terbuka. Rasa was-was yang timbul sirna ketika mengetahui kakaknya muncul dari balik pintu dengan kaus polos penuh keringat, menunjukkan bahwa pemiliknya baru saja selesai berolahraga. Tanpa basa basi, pria itu berjalan cepat kembali ke kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci. Demikian juga Nada yang menurut saja ketika sang kakak merengkuhnya masuk ke mobil tanpa berpamitan pada orang tua mereka.

     Heningnya suasana semakin membuat hati Nada gundah, mengingat ia sampai lupa menyalami ayah ibunya. Kemudian tangan Marsel terulur untuk menyambungkan speaker dengan hp di tengah cepatnya mobil. Pria berusia 25 tahun itu berharap lagu-lagu ceria yang ia putar mengembalikan mood sang adik, setidaknya beberapa persen. Ketika menyadari usahanya gagal, ia kini mengajukan diri untuk membantu Nada izin bolos.

     “Nggak, wali kelas curiga nanti. Mana tau beliau kalo Mas balik, Mas idup aja bodo amat,” katanya setelah menggeleng lemah.

     “Ya makanya biar gurumu tau, kalo Juanada punya mas yang ngguanteng gini.”

     “Caper.”

     “Orang ganteng kuwi bebas.”

     Pembicaraan singkat itu terhenti ketika mobil tanpa dirasa sudah memasuki kompleks sekolah.

     Kendaraan roda empat itu berhenti tepat di depan gerbang, seakan pemiliknya sengaja ingin menunjukkan pada semua orang bahwa sang adik datang terlambat, meski maksud sebenarnya bukan demikian. Barisan siswa-siswi mulai membincangkan siapa gerangan orang dibalik mobil kinclong itu, sampai akhirnya tercengang karena melihat Nada—satu-satunya siswi  penghuni jurusan administrasi perkantoran yang berhasil lolos tes TOEIC dan mendapat skor tertinggi kelima dari lima ratus peserta—keluar dari balik pintu penumpang.

     Nada juga dikenal sebagai siswi teladan yang tidak pernah absen selama menghuni sekolah itu. Berurusan dengan orang tua, terutama ibu menjadi hal yang dihindarinya. Apalagi perihal sakit. Selain itu, nama Nada juga cukup dikenal luas semenjak diketahui bahwa dirinya merupakan sahabat karib Revan Juniardi, siswa berprestasi sekaligus mantan ketua OSIS serta kakak dari Jiyan Denandrawan, anggota basket serta paduan suara yang dielu-elukan sebagai crush seluruh umat.

Tangga NadaWhere stories live. Discover now