Part 2 : Mutiara Diatas Lumpur

375 64 9
                                    

"Baiklah, rapat sudah selesai, jangan lupa untuk menyiapkan laporan kalian tentang kondisi negara masing masing dari kalian, mengerti?"

"Siap laksanakan, tuan!"

Tak terasa, rapat anggota ASEAN di sore pun berakhir, anggota ASEAN yang lain pun segera meninggalkan ruang pertemuan, kecuali Indonesia yang masih berada dalam ruang imajinasi yang dia ciptakan.

Pemuda itu duduk, sembari memberi beberapa coretan pada buku tulis yang ada di depannya sekarang ini.

"Indo, kami keluar dulu, ya..."

Ucap Philipines pada Indonesia, yang hanya dibalas dengan anggukan kecil oleh pemuda yang masih tidak ingin beranjak dari kursinya itu.

Tanpa disadarinya, hanya Singapore seorang masih berada di sana, dia tidak pergi bersama anggota ASEAN yang lain, dan masih menatap intens Indonesia yang kini sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Terlepas dari otaknya yang dangkal dan pikirannya yang begitu naif, harus dia akui jika Indonesia adalah sosok yang mempesona, dia pasti akan menjadi sosok yang sangat menawan dan berwibawa jika saja rakyatnya tidak merusak reputasinya dengan prilaku barbar dan biadab layaknya monyet, ah... monyet pun bahkan tidak sebodoh mereka, dan mereka justru lebih bodoh.

Dan yang lebih buruknya lagi, mereka bangga memamerkan kebodohan yang sudah mereka buat, jenis narkoba apa yang sudah digunakan mereka hingga jadi seperti itu?

Namun tetap saja, Indonesia berbeda, dia sangat menawan, dia tetap bersabar meski didalam hatinya telah membumbung rasa benci terhadap tindakan rakyatnya yang cenderung tidak punya akal, dan Singapore kagum pada ketabahan Indonesia.

Dia adalah berlian yang berharga di atas lumpur, dan sebuah berlian tetap akan menjadi berlian, dimanapun dia diletakkan, dan hanya orang bodoh lah yang tidak tahu harga darinya.

Di luar kepentingan negara mereka sebagai partner bisnis, Singapore tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikan nya pada Indonesia, mulai dari kulit sawo matang yang terlihat seksi, netra sehitam batu giok dengan tatapan setajam elang itu telah membuatnya tersihir.

Dan, oh... lihatlah bahu lebar, tubuh kekar dan lengan besar yang berotot itu, bukankah sangat menyenangkan jika bisa bergelayut di atasnya?

"Kau kenapa?"

Singapore tersadar dari lamunan kotornya, ketika mendengar suara baritone yang berat dari sosok di seberangnya, pemuda itu segera merapikan penampilannya dan bersikap dengan normal.

"Ehmm, salahkah jika seorang wakil ketua menemani ketuanya?"

Ucapnya mencari alasan atas melihat dan berpikiran aneh terhadap seseorang di hadapannya sekarang ini, berterima kasihlah pada posisi miliknya sekarang ini dan keahlian bicaranya yang tidak diragukan.

"Kenapa kau melakukan itu?"

"Apa maksudmu?"

Indonesia memicingkan mata, pemuda itu meletakkan pensil yang tadi dia gunakan dan menatap ke arah Singapore yang kebingungan.

"Kau mengatakan hal yang buruk kepada Timor, aku tidak suka itu..."

Singapore berdecih sebal, lagi lagi ketua dari perkumpulan ini selalu menyinggung permasalahan si negara miskin yang tidak tahu diri itu, dan hal itu telah membuatnya kesal.

"Memangnya kenapa, ketua? kita sudah cukup baik dengan memberi dia akses bebas untuk masuk ke sini kapanpun dia mau! kita juga selalu memberinya bantuan infrastruktur secara rutin tiap tahunnya! dan seolah itu tidak cukup, dia juga mau bergabung dengan kita?!"

Singapore mengeluarkan semua keluhan yang dia miliki tentang Timor Leste, dan juga alasan mengapa dia sangat tidak ingin pemuda itu menjadi anggota barunya ASEAN.

"Aku tau- dia dan negaranya sudah berkembang dengan sangat pesat, namun kau tau ketua? dia masih akan membebani kita dengan kekurangan yang dia miliki! belum lagi dia juga memiliki masalah ekonomi dengan China dan juga Australia!"

Indonesia terdiam, dia tahu semua yang dikatakan Singapore benar, selain padanya dan anggota ASEAN yang lain, Timor Leste masih sangat bergantung pada Australia, sosok yang menjadi memori kelamnya di masa lalu, sosok yang memaksanya untuk menginvasi Timor Leste, dan juga sosok yang membuatnya terpaksa melepas Timor Leste dari dirinya setelah perjuangan penuh kekerasan dan darah itu.

Seharusnya Indonesia tahu, bahwa negara barat itu akan selalu dan selamanya menjadi negara barat, mereka bangsa yang licik dan akan melakukan apapun demi keuntungan mereka sendiri tanpa peduli jika itu akan merugikan pihak lain.

Timor Leste tidak bersalah, dia hanyalah seorang anak kecil yang kehilangan arah dan terjebak oleh bujuk rayu dan tipu daya Australia.

"Tetap saja, aku tidak suka perbuatan mu itu karena itu tidak baik, jangan mengulanginya lagi, oke?"

Ucapnya sembari mengusap kepala Singapore, membuat pemuda mungil itu memalingkan wajahnya yang sedikit memerah karena malu.

"Ck... iya, baiklah..."

.............

"Hoi, Timor!!"

Panggil Australia pada negara boneka nya itu, membuat Timor Leste menoleh dengan tatapan datar padanya sekarang ini, dia tahu jika Australia akan mengomel lagi atas apa yang telah dilakukan.

"Apa maksudmu dengan mengijinkan China untuk membangun pangkalan militer di negaramu, hah?!"

"Diam kau, aku tidak peduli..."

Sahutnya acuh, membuat Australia menggeram karena rasa kesal.

"Kau pikir kau siapa hah?! kau itu hanya negara miskin, kau tidak berhak untuk mengabaikanku!!"

Namun Timor Leste sudah menutup telinganya pada ejekan dan hinaan yang dilontarkan Australia, dia berjalan pergi meninggalkan pemuda itu dan menuju ke rumah dinasnya.

Setelah mengunci pintu kamarnya, barulah dia bisa menumpahkan semua air mata berisikan rasa sakit dan penyesalan yang sudah dia pendam sedari tadi, dia sudah tidak kuat, dia lelah jadi seperti ini.

"Maafkan aku, Indo..."

Bersambung...

For your info (Fyi) :

Menurut rumor yang bertebaran, Australia diduga kuat memerankan peran penting sebagai dalang dari lepasnya Timor Leste dari Indonesia, mulai dari memberikan doktrin bahwa Indonesia adalah 'penjajah', memberikan bantuan material untuk mendukung pemberontakan rakyat Timor Leste kepada Indonesia, hingga menjadi dalang utama dari Tragedi Santa Cruz 1991 yang jadi puncak ketegangan Indonesia-Timor Leste.

Kenapa mereka menjadi seperti itu? bukankah sebelumnya merekalah yang memaksa Indonesia untuk melakukan invasi ke Timor Leste?

Ada banyak alasan, namun alasan yang paling masuk akal adalah sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh Timor Leste berupa cadangan minyak mentah, Australia sadar jika dia bisa memisahkan Timor Leste dari Indonesia, dia bisa menguasai sendiri cadangan minyak mentah itu tanpa harus berbagi lagi dengan Indonesia selaku bagian induknya.

Intinya, permainan politik negara barat itu sangatlah cerdas, sebagai warga negara Indonesia yang cerdas kita jangan sampai tertipu.

Dan ya- buat kalian yang ada teman di Papua, entah itu rl atau online atau kalian sendiri yang berdomisili di sana, selalu ingat dan hati hatilah dengan kelompok orang separatis yang 'pro-kemerdekaan' karena bukan mustahil jika nantinya akan terjadi sebuah pemberontakan yang bisa saja membuat mereka berujung sama saja seperti Timor Leste.

Well, hanya itu saja pelajaran sejarah singkat untuk hari ini, jangan lupa tersenyum, dan sampai jumpa! ^^

Euphoria [Countryhumans]Where stories live. Discover now