Tujuh

23 7 0
                                    

Sudah seminggu sejak Jay melihat Kala dan Winter makan siang bersama, tetapi pemuda itu masih enggan berbicara dengan sahabatnya. Dia selalu menghindar dari Kala maupun Mahesa serta Winter. Benar-benar tidak ingin mendengarkan penjelasan apa pun karena bukan sekali itu ia melihat sahabat dan crush-nya jalan berdua. Selama seminggu ini sudah tiga kali melihatnya jadi dirinya sungguh marah pada sahabatnya dan tidak mau bertemu dulu. Bahkan sampai ganti nomor supaya tidak dihubungi lewat chat atau telpon.

"Jay!" panggil seorang gadis yang merupakan teman satu kelasnya. Mereka baru saja selesai kelas dan Jay buru-buru ingin pergi ke ruang BEM untuk menghindari Mahesa dan Kala yang kemungkinan akan menghampirinya lagi.

Jay menghentikan langkah lalu menoleh, "Kenapa, Shakira? Tugas kelompok yang tadi? Kerjain besok Sabtu aja jam sepuluh pagi di Kafe Blink dekat FH itu. Gua jemput ke rumah lo."

"OK. Tapi, ada hal lain yang ingin gua bicarakan selain itu, Jay."

"Ha? Lama ngga? Gua mau ke ruang BEM. Ada urusan nih. Nanti aja ya?"

"Tunggu, kasih gua waktu lima menit aja!" tahan Sasha kemudian menghela napas sebelum bicara lagi, "Lo jangan jauhin Kala sama Mahesa. Mereka khawatir sama lo. Apalagi Winter. Jangan salah paham sama hubungan Kala dan Win–"

"Lo disuruh siapa ngomong ini ke gua? Winter? Kala? Mahes? Gua lebih percaya sama apa yang gua lihat sih, Sha. Udah tiga kali dalam seminggu ini gua lihat sendiri. Udah jelas 'kan?"

"Ngga seharusnya lo cuma percaya sama apa yang lo lihat, Jay. Winter sepupunya Ben. Memang Winter sering pergi sama Kala tapi itu karena dimintain tolong sama Ben jadi–"

"Terlepas apa pun alasannya, pada dasarnya Winter memang ngga ada rasa sama gua. Digantungin mulu padahal dia tahu perasaan gua, lho. Ini udah dua tahun dan ngga ada perubahan. Perlakuan dia ke Kala aja beda, Sha. Gua tahu banget itu Winter demen sama Kala. Ngga apa kalau memang crush gua lebih bahagia sama sahabat gua. Cuma gua butuh waktu aja buat menerimanya."

"Tapi, Jay–"

"Udah ya, Sha. Lo ngga perlu jelasin lagi. Gua pergi dulu."

Bertepatan dengan perginya Jay, Mahesa datang menghampiri Sasha yang masih terdiam. Di belakang pemuda pendek itu ada Kala dan Winter dengan napas terengah. Sepertinya mereka berlari ke sini agar bisa bertemu dengan Jay seusai kelas. Namun, sayangnya mereka terlambat karena pemuda jangkung yang dicari sudah pergi beberapa saat yang lalu. Sasha hanya menatap ketiga orang di hadapannya kemudian menggelengkan kepala.

"Gua ngga bisa bujuk, Jay. Dia dengerin penjelasan gua tapi dia ngga menerimanya. Tadi dia bilang kalau Winter memperlakukan Kala dengan berbeda. Win, lo beneran ada rasa sama Kala?"

Winter yang ditanya oleh sahabatnya mendadak gugup karena bingung mau jawab apa. Sejujurnya memang ia ada sedikit rasa dengan Kala meski tahu pemuda itu sudah memiliki tambatan hati. Ketiga orang di sekitarnya menatapnya lekat, menantikan jawaban dari mulut gadis cantik tersebut. Merasa dituntut menjawab, ia menghela napas panjang lalu bersuara dengan pelan. Sedikit memalukan mengakui perasaannya, tetapi ini yang terbaik. Lebih baik jujur sekarang daripada nanti doi tahu dari orang lain.

"Iya. Jujur gua ada rasa sama Kala, tapi cuma sedikit. Mungkin hanya kagum atau memang agak suka karena nyaman. Lagian, jelas Kala suka siapa 'kan? Lo juga udah mulai suka sama dia, Sha. Kalian jadian aja sana biar Jay ngga salah paham lagi sama gua."

"Eh?" respon yang pertama muncul adalah respon dari Mahesa yang langsung menatap sahabatnya lekat, "Sa, jangan bilang lo deketin Winter karena mau tahu soal Sasha?"

Kala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu mengangguk pelan, "Gua mau memantaskan diri dulu sebelum ngajak Nana jadian."

Mendengar percakapan teman-temannya, Sasha menepuk jidatnya sendiri lalu memukul bahu pemuda berwajah datar itu, "Kala bego emang! Kalau mau tahu lebih banyak tentang gua, ya tanya aja ke gua langsung. Ngapain malah ke Winter sih? Udah tahu itu gebetan sahabat lo. Oon banget Kala Asadya Kastara ini. Heran gua. Anak Kedokteran kok bego."

Survive? [01 Line of Treasure]Where stories live. Discover now