3. Negeri Dongeng

1K 124 9
                                    

Wanita itu mendorong tubuh pria di sebelahnya. Matanya berkata "Apa yang baru saja kau lakukan?"

Pelaku tersenyum sambil meraih tangan Wenddy seakan mereka adalah orang yang sudah lama kenal dan sering kali berbagi candaan. Wanita itu belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi, dia hanya mengikuti langkah pria itu yang menuju tengah lingkaran pesta di mana beberapa pasangan sedang menari bersama.

Genggaman terlepas dari tangan mereka, penjahat yang berani mencium pipinya tanpa izin melepaskan genggamannya. Tidak salah bukan melabelinya penjahat? Wanita itu terdiam menatap pria itu heran. 'Bukankah tadi dia mencekik dirinya? Untuk apa dia terseyum seperti itu? Kemana wajah dingin dia?' Tatapan tajamnya hilang di telan lekukan bulan sabit Ketika bibirnya tersenyum dengan tulus dengan menatap mata Wenddy dengan hangat.

Sekarang pria itu mengitari tubuh Wenddy sambil melompat kecil di sekitar tubuhnya. Ini tidak nyata pikirnya lalu berjalan mengabaikannya menuju meja berisi makan dan minuman. Diraihnya satu gelas air putih tegukan demi tegukan di telan dengan kasar, terlihat sekali Wenddy menelan air itu dengan terburu-buru di saat bersamaan otaknya bekerja mencoba memahami situasi apa yang sedang di hadapinya sekarang.

"Semoga kamu berhenti marah. Aku pergi untuk mengambil bunga ini untukmu." Menyodorkan segengam bunga Daisy. 'Apa maksudnya marah?' bahkan mereka baru mengenal sehari yang lalu dengan cara di culik. 'Sebenernya apa ini?'


Wenddy tidak mau menebak, "Siapa kau?" todongnya meminta penjelasan. Kepalanya terlalu lelah untuk kembali berpikir tentang semua yang terjadi. Dari penculikan, pembunuh dan rumah di padang rumput sekarang di sebuah pesta dan jangan lupa Wenddy masih kelaparan seperti terakhir kali dia masih membuka matanya sebelum di cekik lalu kehilangan kesadarannya, bahkan mungkin mati setelah melompat dari balkon Apartemennya.

Pria itu merengut. "Kamu keterlaluan menanyakan siapa diriku?" cemberut. 'Apa ini? kenapa dia cemberut seperti itu?'

"Sungguh aku tidak tahu dirimu?" jujur Wenddy.

Pria itu berdecak sedikit kesal "Ingat baik-baik." Ancamnya. "Aku suamimu." Lanjutnya.

Tubuh wanita itu seakan di sengat listrik. 'Sejak kapan dirinya memiliki suami?' Mata dan pikiran Wenddy terus mengulang kalimat pria yang mengaku sebagai suaminya sampai seseorang hampir menabraknya. Untung saja pria, maksudnya suaminya dengan cepat menarik tubuh Wenddy kearahnya. Tatapan mereka bertemu ingatan wanita itu kembali dia juga pernah menatap mata hanya saja situasinya berbeda. Situasi yang mana? Saat jatuh Bersama dari atas Menara atau saat pria ini mencekiknya di dalam mobil?

"Hati-hati, bung. Kau hampir membuat istriku terluka." Seru pria itu pada orang yang mau menabrak Wenddy. "Maafkan aku yang ceroboh ini." ujar peria itu lalu berlalu setelah membungkuk.

"Hei." Melihat wanita di pelukannya melamun.

"Ada apa dengan dirimu hari ini?" dia bertanya Khawatir dengan perilaku istrinya.

Kruyuk..

"Ternyata kamu kelaparan." di tutup dengan tawa ringan dan tak lupa dengan matanya hilang di telan bulan sabit saat tersenyum.

Sebelum melepas pelukannya, pria itu mengeratkan pelukan pada tubuh kecil Wenddy.

"Kita makan, ya?" Tanya pria itu menyandarkan dagunya di pundak Wenddy dan menarik kursi mendudukan istrinya di kursi.

Life A Star | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang