responsibility

131 11 3
                                    

Percaya ataupun tidak, tiga minggu berlalu begitu saja dengan Hanna yang masih tak henti-hentinya memikirkan kejadian waktu itu. Ia tahu semua ini hanyalah kecelakaan saja, namun entah kenapa perasaannya menjadi bimbang ketika mengetahui jika ia belum datang bulan. Haruskah ia menghubungi pria itu dan meminta pertanggung jawaban?

Ia menghela nafas panjang sambil menatap lurus kearah lampu-lampu kota New York malam itu. Hari ini ia sedang ada kencan dengan Peter. Mereka berencana untuk makan malam bersama diluar setelah membuat janji kemarin malam. Laki-laki itu tidak bisa menjemput dirinya karena sedang ada urusan dengan beberapa teman-temannya, maka dari itu mereka memilih untuk langsung bertemu ditempat yang sudah dijanjikan.

"Hanna,"

Laki-laki itu mengerutkan alisnya dalam ketika panggilannya tidak direspon oleh Hanna karena gadis itu tengah sibuk melamun.

Peter menyentuh pipi gadisnya itu yang membuat Hanna seketika terkesiap dan hendak memukul orang yang menyentuhnya dengan sembarang. Namun hal tersebut ia urungkan ketika orang itu adalah Peter.

"Apa kau baik-baik saja? Aku sudah memanggilmu sejak tadi tapi kau tidak mendengarnya. Maaf sudah mengejutkanmu." ujar Peter sambil tersenyum.

Laki-laki itu mengambil duduk didepan Hanna sambil terus memperhatikan gadisnya yang moodnya terlihat kurang baik hari ini.

"Maafkan aku." ujar Hanna sambil mengusap wajahnya yang kusut itu.

Ia tidak tahu kenapa ia jadi seperti ini. Perasaan bersalah itu kembali muncul ketika ia berhadapan langsung dengan Peter. Hanna tahu ia telah melakukan kesalahan besar, dan menyembunyikannya seolah hal tersebut tidak pernah terjadi akan menyakiti Peter nantinya.

Makan malam hari ini lebih seperti ajang curhat karena hanya Peter yang sejak tadi bersuara. Gadis itu hanya menanggapinya sesekali dengan tidak minat karena pikirannya benar-benar menjadi sangat kacau.

Peter yang menyadari hal itupun menjadi sedikit kesal. Ide makan malam ini adalah ide Hanna, tapi justru gadis itu hanya diam sejak tadi dan tidak menyampaikan apapun yang menjadi tujuan dari makan malam mereka hari ini.

"Kau terlihat tidak tertarik dengan obrolan kita." sindir Peter yang membuat Hanna kembali terdiam.

"Lihatlah, kau bersikap sangat aneh akhir-akhir ini. Aku tidak masalah jika kau tidak membalas pesanku seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Tapi ternyata kau sama-sama mengabaikanku ketika bertemu."

"Aku disini Hanna. Pikiranku selalu tidak fokus dengan hal-hal yang kita bicarakan. Sekarang katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" lanjut Peter dengan perasaan kesal yang ia pendam beberapa minggu terakhir akhirnya bisa tersampaikan juga.

Gadis itu mengusap wajahnya dengan frustasi. Dalam hati kecilnya ia merasakan sakit yang luar biasa. Peter tidak pernah marah seperti ini sebelumnya. Laki-laki itu selalu bersikap tenang semarah apapun kondisinya.

"Peter, let's break up."

Hening pun melanda ditengah-tengah mereka. Peter pun dibuat tidak bisa berkata-kata ketika ia melihat Hanna mulai meneteskan air mata.

"Kau,"

Peter tertawa dengan frustasi sambil mencari-cari jawaban lain dari pertanyaan dalam benaknya dengan menatap wajah Hanna begitu dalam.

"Maafkan aku, harusnya aku mengatakan ini sejak awal. Aku bosan Peter. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini ketika aku sudah tidak tertarik padamu lagi."

Dan mungkin inilah keputusan yang terbaik. Ia memilih untuk menjadi orang paling jahat di dunia daripada harus menyakiti hati murni laki-laki yang sangat ia cintai itu.

"Hanna, apa kau bercanda?" tanya Peter sambil menarik tangan gadis itu untuk ia genggam.

Hanna kemudian bangkit dari duduknya, bersiap untuk pergi. Hatinya terasa perih ketika melihat tatapan Peter yang masih tidak percaya dengan pengakuannya. Tatapan penuh rasa tidak percaya dan dikhianati itu benar-benar menyakitkan untuk kembali Hanna lihat.

"Maafkan aku." kata Hanna sambil melepaskan tautan tangan mereka, lalu kemudian berjalan pergi meninggalkan laki-laki itu.

Peter terdiam ditempat sambil menatap punggung Hanna yang mulai menjauh darinya. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Gadis itu menangis sejadi-jadinya disebuah gang kecil sambil memukul-mukul dadanya sendiri. Berharap sesak itu akan hilang.

"Maafkan aku..." katanya lirih.

Tidak, ini adalah keputusan yang paling tepat. Ia tidak bisa membiarkan Peter tersakiti dengan fakta jika pacarnya adalah wanita murahan yang pernah tidur dengan laki-laki asing di club lalu sekarang hamil karena perbuatannya itu.

Hanna mengusap wajahnya dengan kasar lalu mengambil ponsel miliknya dari dalam tas. Gadis itu mencari-cari kontak milik laki-laki itu. Ya, ia akan menghubungi laki-laki itu untuk meminta pertanggung jawaban atas perbuatannya. Ia tidak mungkin membesarkan anak mereka sendiri dan membuat keluarganya malu.

"Good night, this is Johansson Corporation. My name is Elizabeth, can I help you?"

Hanna terdiam sesaat ketika sambungan itupun tersambung. Sial, bagaimana ia akan mengatakannya. Bahkan gadis itu lupa jika yang ia hubungi adalah nomor perusahaan milik laki-laki itu, dan bukan nomor pribadinya.

"Hello Mrs. Elizabeth, I’d like to speak to Mr. Marco please."

"Mr. Marco is in a meeting with the client. May I know who is this?"

"My name is Hanna. This is from Hoover Corporation. I'd like to set the meeting with Mr. Marco about our project tomorrow." ujar Hanna berbohong.

"I'll confirm with his secretary first. May I have your number Mrs?"

Hanna menggigit jarinya sambil berharap semoga caranya berhasil. Mungkin dengan berbohong ia bisa menemui laki-laki itu.

"Sure, My number is +1 987 225 8709."

"Thank you Mrs. Hanna. I will tell Mr. Marco soon after he has finished the meeting."

"Thank your for your help."

Gadis itu menghela nafas panjang. Ia tidak akan menyerah sampai mereka bertemu meskipun ia harus menggunakan cara yang salah seperti ini.

"Marco Johansson, we have to take a responsibility for our stupid behavior."














to be continue...

PENDEK HAHAHA, BTW THANK YOU FOR READING!!! see you next week ❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PERFECT DEMONWhere stories live. Discover now