CHAPTER 17

37K 3.8K 296
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

VOTE + KOMEN!

--TYPO BERTEBARAN--

HAPPY READING
_

Vano terbangun pukul 12 siang. Lelaki itu mengerjapkan kedua matanya, lalu mendudukan posisinya, matanya menatap kearah kiri dan kanan untuk mencari seseorang yang tadi pagi ada dalam pelukannya, kini gadis itu pergi kemana?

"Dara!" panggil Vano. Vano yang tak mendengar jawaban apapun segera bangkit dari ranjang, lalu bergegas mencari gadis itu dikamar mandi.

Cklek.

Tidak ada. Vano tidak menemukan Dara di dalam kamar mandi.

Vano langsung keluar dari kamar, lalu menuruni anak tangga satu persatu.

Matanya hanya melihat beberapa pelayan, yang belum menyadari keberadaannya, lelaki itu masih tidak dapat melihat Dara.

BRAK!!

Vano menendang kasar ujung meja, hingga meja itu sedikit terdorong kedepan. Para pelayan yang melihat keberadaan Tuannya yang sudah mengamuk tidak jelas dengan tergesa langsung berbaris, tak lupa mereka juga menundukkan kepalanya.

"DIMANA GADIS SAYA?!"

Suara bariton yang sangat menakutkan terdengar jelas di telinga mereka. Bulu kuduk mereka seketika berdiri saat itu juga, aura yang Vano keluarkan kepada mereka tidak pernah bisa membuat hati mereka nyaman sedikitpun, hanya ada ketakutan terbesar yang mereka dapatkan disini, meskipun Vano hanya berbicara.

"Kami tidak melihat Nona Dara, Tuan" jawab salah satu pelayan, sambil terus menunduk patuh. Tidak, lebih tepatnya dia sedang menunduk takut.

"LALU?! MENGAPA KALIAN MASIH ADA DI SINI?! CARI GADIS ITU! TIGA MENIT SETELAH INI, DIA HARUS BERADA DI HADAPAN SAYA, JIKA TIDAK, EMPAT MENIT SETELAH INI NYAWA KALIAN SEMUA AKAN BERAKHIR!" ucap Vano menggebu-gebu. Dirinya sedang diselimuti oleh amarah, dirinya hanya menginginkan Dara saat ini!

"Baik, Tuan. Kami minta maaf sebelumnya" ucap salah satu pelayan. Dirinya serta palayan lainnya langsung membungkukan sedikit badannya, lalu mulai berpencar untuk mencari Nonanya.

Setelah kepergian beberapa para pelayan, Vano kembali menyusuri rumah mewahnya untuk mencari sosok gadis nakal itu

___

Berbeda dengan Vano yang sedang frustasi karena tidak bisa menemukkan keberadaannya. Dara malah sedang asik duduk di loteng rumah milik Vano.

Dirinya bisa mengetahui tempat ini karena meminta tolong kepada Bi Ratih untuk membawanya ketempat yang terbuka untuk menyegarkan isi pikirannya yang mulai stress. Untung Bi Ratih mengerti maksud Dara, lalu Bi Ratih membawa Dara menuju tempat ini.

Dara juga menyuruh Bi Ratih untuk pergi sementara dari rumah ini, bukan mengusir. Dara hanya ingin Bi Ratih aman dari amukkan Vano, lebih tepatnya agar Bi Ratih tidak membocorkan keberadaannya.

Dara merebahkan dirinya di sebuah kursi kayu panjang. Bukan sekedar tiduran, Dara juga tengah menghisap sebatang rokok dengan santainya.

Dirinya mendapatkan barang tersebut tentu dari Bi Ratih, Dara meminta tolong Bi Ratih untuk membelikan dulu sebungkus rokok, meskipun Bi Ratih hampir menolak permintaannya, namun Dara sudah lebih dulu memelas, dengan alasan. "Ayolah, Bi. Kepala sama badannya saya sakit banget gara-gara Vano, saya cuman mau nenangin pikiran aja" dan hanya dengan omongannya Bi Ratih dengan segera menurutinya. Sepertinya Bi Ratih ada dipihak Dara kali ini.

Sudah berjam-jam Dara tiduran di sini, sudah hampir 7 batang rokok yang sudah Dara hisap siang ini.

Dara bangkit dari posisi tidurnya, saat mendengar suara seseorang meneriaki namanya.

VAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz