Chapter 3: Intense Dinner

15 2 0
                                    

Fransisca tak mengangkat telponnya meskipun ponselnya terus berbunyi dan ada pesan masuk dari nomer yang tak dikenal itu. Dia tak ingin terganggu ketika sedang membaca buku tentang hukum karena itu sangat menganggu konsentrasinya. Dia terpaksa membuka ponselnya dan memeriksa pesan apa yang dikirim oleh nomer tak dikenal itu.

"Lihatlah keluar jendela dan temukan apa yang harus kamu temukan." Fransisca mengernyitkan dahinya karena mana mungkin ada orang yang bisa masuk sementara pintu belakang saja memiliki pengawal. Namun, dia tak tau keahlian Nolan yang bisa memanjat dinding hanya dengan kain dan melumpuhkan para penjaga.

Fransisca terkejut ketika melihat bayangan Nolan berada di depan pintu balkonnya. Matanya melotot tajam dan dia ketakutan. Dia membawa pisau yang terletak di meja makannya dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Dia mendekat ke arah pintu dan perlahan membuka gordennya. Dia melihat Nolan sedang berdiri dan menatap matanya tajam. 

"Kenapa kamu ada disini??" Fransisca berbisik akan tetapi, Nolan tak mendengar sehingga dia mendekatkan telinganya ke depan pintu. Fransisca membuka pintu dan meletakkan pisaunya di meja sebelahnya, karena dia ingin bertanya mengapa Nolan datang di tengah malam begini. Ketika dia membuka pintunya dan Nolan masih bersandar, tanpa sengaja Nolan terjatuh dan menimpa dirinya. Keempat mata mereka saling bertatapan dan jantung hati keduanya berdegup begitu kencang. 

"Maaf." ucap Nolan singkat ketika dia sudah berdiri sementara Fransisca masih tergeletak di lantai. Nolan menatap gadis itu aneh, "Apa yang kamu harapkan? aku menolong kamu dan menggendong kamu ke atas ranjang. Jangan berharap. Bangun sendiri, itu kesalahanmu karena membuka pintu tanpa memberitahuku." ucapnya terdengar ketus. Fransisca pun berdiri dan duduk di sofa yang ada di samping meja belajarnya.

"Kenapa tidak menjawab telponku?" Nolan duduk di depan Fransisca yang sedang memegangi kepalanya dan merasa sedikit mengantuk. "Tidak ada yang pernah menelpon aku di tengah malam karena mereka berpikir aku sudah tidur. Seumur hidupku, hanya kamu yang berani menelpon aku tengah malam dan bertamu tanpa sopan santun." jawab Fransisca menatap Nolan dengan tajam. 

"Itu artinya tidak ada yang peduli dengan kamu. Merasa kesepian itu tidak menyenangkan, Fransisca. Untuk gadis yang sexy dan cantik seperti dirimu ini masih kesepian, rasanya tidak cocok sekali." Nolan menyeringai yang membuat Fransisca tersenyum tipis. 

"Kamu harus datang besok malam. Aku akan menjemput kamu di depan." ucap Nolan sebelum beranjak pergi. "Apa mau kamu? Aku saja tidak tau siapa nama kamu." Fransisca mengangkat dagunya dan menatap Nolan yang membalikkan badannya karena mendengar pertanyaannya. 

"Nolan, panggil saja Nolan. Itu memang namaku, Fransisca Carter." Fransisca tersenyum tipis mendengar jawaban Nolan. "Anggap saja ini permintaan maaf ku karena telah menculik kamu. Tapi, ingatlah untuk datang karena aku akan menunggu." ucap Nolan sebelum keluar dari kamar Fransisca melalui pintu depan. 

"Kenapa harus bertarung dengan pengawal." Fransisca tertawa memperingatkan Nolan karena pengawal di depan pintu jauh lebih banyak di banding dengan di belakang rumah. Rumah ini termasuk rumah yang besar dan hanya depan kamar Fransisca saja yang memiliki satu pengawal berjaga 24 jam. 

"Kamu bisa meminta mereka untuk tidak membuang waktunya melawan aku." Nolan berbalik dan tersenyum manis. Senyuman itu seolah memberi arti berbeda kepada Fransisca sementara dia dengan cepat menghubungi kepala pengawal dan meminta mereka untuk tidak menyerang Nolan. 

Fransisca heran karena kepala pengawal mengatakan bahwa mobilnya sudah terparkir di depan pintu dan mereka juga mengenal siapa itu Nolan. 

"Jika mereka sudah mengenal Nolan, mengapa dia harus memanjat dinding belakang?" gumam Fransisca dalam hati dan tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dia tidur sebentar dan bangun setelah satu jam tidur.

After That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang