zeta

840 168 56
                                    

"Hm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hm. Aneh banget. Tapi bukannya emang udah biasa? Lo 'kan cakep, Fel. Dari di SMA bukannya udah biasa orang ngasih hadiah ke lu secara anonim?"

Felix mengangguk-angguk, mendorong mangkuk berisi baksonya yang belum tersentuh ke arah Hyunjin yang menerimanya dengan seringai riang.

"Buat gue? Beneran? Ikhlas lahir batin dunia akhirat, ya! Alhamdulillah rejeki anak sholeh."

"Lo gimana dah orang kaya tapi kayak kurang makan."

Hyunjin tertawa, menyumpal mulutnya dengan potongan bakso hingga ucapannya berikutnya agak samar-samar, "Namanya anak kos, sekaya apapun yang bentukannya makanan gratis tuh anugrah. Bukti kalau Tuhan masih berbaik hati sama gue."

"Dramatis," cibir Felix. "Gue cuma mau cerita ini doang sih sebenarnya ke lo. Soalnya Vanen khawatir banget, menurut gue berlebihan bahkan sampai wanti-wanti jangan mau dikasih apa-apa sama orang nggak jelas. Emang gue anak kecil apa ya, sampai kayak gitu aja harus dibilangin."

"Gue bisa ngerti kekhawatirannya, sih. Tapi emang bener 'kan, mereka nggak pakai nama dia. Karina bukannya cuma bilang anak band? Ya siapa tau temen bandnya Vanen naksir lo tapi nggak tau kalau lo udah ada pawang. Kalian nggak pernah jalan bareng di depan mereka, kan?"

Felix menggeleng, kemudian menumpukan dagunya di tangan memikirkan ucapan Hyunjin. "Iya juga, sih. Kalau dipikir-pikir, gue bahkan nggak tau temen-temen dia di UKM itu siapa aja. Aneh nggak?"

"Nggak, lah. Gue juga nggak tau temen-temen Esa di UKMnya siapa aja."

"Yeu itu sih karena lo di Indonesia dia di Australi, anjir! Lagian mana ada UKM di sana!"

Hyunjin tertawa kecil, berusaha menghindari tangan sahabatnya yang terulur untuk mencubitnya. Dia menyeruput sisa-sisa embun es cair dari gelas yang tadinya berisi es teh pesanannya sebelum raut wajahnya berubah serius.

"I share your sentiment kalau reaksi Vanen emang agak berlebihan. Tapi dia ada benernya, lo harus lebih hati-hati. Kehidupan kampus berat, Fel. Apalagi politiknya. Beuh, jangan sampai deh lo terlibat. Gue nggak bisa banyak bantu soalnya, keluarga gue nggak banyak kuasa di sini."

"Kadang gue masih kaget kalo inget keluarga Dinata segitu berkuasanya. Masih sering ngegoblokin diri sendiri juga kok bisa-bisanya dulu berani ngelawan kak Dewata," Felix bergidik sendiri. "Eh tapi apaan tuh, 'share your sentiment'? Anjir udah jago banget nginggrisnya sekarang ya Fikar yaaa. Udah siap banget nih buat mempersunting Mahesa?"

Felix awalnya mengatakannya hanya untuk menggodai Hyunjin, namun pemuda itu nampak benar-benar malu-malu.

Seorang Alfikar Hyunjin Dinata malu-malu, dan bukannya malu-maluin? Mungkin Felix harus mencatat hari itu sebagai tanggal bersejarah.

"Harus upgrade diri, Fel. Udah dewasa, perlu perbaiki kualitas. Kalau nggak nanti malu dong pas bersanding sama lulusan kampus kece luar negeri, hehe. Nggak mau buat Esa malu juga, kasian kalau beneran jadi terus nanti dia ngenalin gue ke temen-temennya yang oke banget itu guenya kayak gini, bahkan baca aja masih nggak bener."

Dalliance [2/2] +JilixWhere stories live. Discover now