Epilog

2K 254 74
                                    


Sayup-sayup kudengar kicauan burung diluar sana. Rasa silau seolah menembus ke dalam mata, meski mataku telah terpejam. Perlahan, kesadaranku mulai terkumpul. Namun, cukup lelah juga untuk membuka mata ini. Rasanya berat sekali.

Capek, lelah, semuanya bercampur menjadi satu. Aku tidak lagi merasa semangat seperti biasanya. Mungkin saja, aku syok dengan kepergian Shion juga Yuuki. Ditambah dengan kabar bahwa aku berubah menjadi iblis dan membunuh teman-temanku.

Mengingat kejadian itu saja, membuatku merasa kesal. Tangan terkepal kuat, berusaha untuk melupakan semuanya. Lagian, semuanya sudah baik-baik saja, pasti.

Akhirnya, kuputuskan untuk bangun dari ranjang, meski mata ini masih sayu. Benar saja, aku sudah tak lagi bertenaga.

Ruangan perawatan. Sepertinya aku berada di mansion kupu-kupu.

Mataku menatap ke arah kasur, lalu beralih pada jendela dengan gorden terbuka. Sehingga cahaya matahari pagi dapat masuk dan menerangi ruanganku.

Kulihat tanganku yg mati rasa. Lalu... Mataku membulat lebar.

Tanganku seolah-olah akan hilang. Transparan, seperti bayangan di riak air. Perlahan-lahan, mulai memudar.

Aku tersenyum getir.

" Sudah waktunya... yah... "

Peristiwa kemarin, aku memang memakai teknik ke-3 untuk menyembuhkan mereka. Namun, seperti kata Tanjiro, teknik itu merengut separuh dari nyawaku. Dan aku, telah menggunakannya dengan sangat berlebihan. Apalagi, sampai bisa menyatukan tubuh yg terbelah, dan mengembalikan nyawa mereka. Tentu, ada harga besar yg harus kuterima. Yaitu... Seluruh keberadaanku. Yang berarti, umur, tubuh, jiwa, akan direngut di dunia ini.

Dan inilah dia prosesnya.

Aku menghembuskan nafas. Tidak terasa sakit sama sekali. Hanya saja, aku tak lagi bisa merasakan lenganku. Apa ini yg dirasakan mereka ya?

Shion... Yuuki... Sialan kalian. Pergi seenaknya saja tanpa pamit. Meninggalkan ku sendirian disini.

Kalian itu... Sungguh curang...

Kuputuskan untuk berdiri, dan berjalan-jalan disekitar. Gaun putih yg kupakai melambai-lambai dikarnakan angin yg bertiup dengan lembut. Sungguh, hari ini cerah sekali. Seolah-olah, dunia juga lega karna parasit itu telah pergi ke neraka.

Langkahku terhenti kala kupingku mendengar gelak suara tawa yg membahana. Sekitar beberapa meter dari sini, terdapat sebuah ruangan lain yg di kelilingi banyak orang, termasuk para pilar, kakushi, penempa pedang, tentunya Zenitsu, Inosuke, dan gadis kupu-kupu. Meski dari jauh, aku dapat melihat dengan jelas mereka yg tertawa dengan gembira.

Tanjiro sudah benar-benar pulih, mukanya tak lagi hancur seperti yg kulihat kemarin. Sanemi juga sudah bisa berdiri. Yang lain pun begitu.

Tampaknya, mereka sedang merayakan karna semuanya sudah pulih. Aku ikut tersenyum.

Ingin rasanya aku berlari kencang, lalu berteriak untuk memanggil nama mereka. Ingin rasanya ku tertawa lagi bersama mereka, menikmati waktu bahagia, seperti yg kurasakan dulu.

Tapi, aku tidak boleh egois. Bukankah tujuan utamaku kesini hanya untuk menyelamatkan mereka? Lalu, itu sudah tertuntaskan. Sudah cukup.

Tentang aku sendiri, dan tentang mereka. Kenapa aku baru menyadarinya ya? Kalau jarak ku sejauh ini.

Sudah saatnya kembali, benar kan, Yuuki?

Aku berbalik. Berjalan menjauh dari mereka. Seperti kucing yg menjauhi tuannya, kala ia tahu bahwa ajal akan segera menjemput. Ia akan bersembunyi disuatu tempat, agar tak dapat diketahui siapapun.

Kimetsu No Yaiba : In Another WorldWhere stories live. Discover now