MLSD • 2

37.7K 611 4
                                    

Seorang gadis sedang berdiri menunggu seseorang di parkiran hotel. Tangan kirinya menenteng sebuah tas sedangkan tangan kanannya asyik menekan-nekan layar ponsel mengetikkan nama seseorang.

Saat akan menekan tombol 'mulai panggilan' kepada pemilik nama itu, panggilan seseorang lebih dulu menghentikannya.

"Yang!" Tidak ada orang lain yang memanggilnya seperti itu kecuali kekasihnya.

"Mas Bima." ucap gadis itu sambil maju beberapa langkah menjemput kekasihnya yang sudah merentangkan tangan. Ia membalas pelukan laki-laki yang dipanggilnya Bima itu. Senyum lebar terpampang saat ia bisa merasakan hangatnya pelukan Bima.

"Kamu udah nunggu lama? Maaf ya, mas ada masalah dikit tadi jadi telat dateng ke sini. Kamu sendirian ga ada yang ngapa-ngapain kan?" Bima memutar-mutar tubuh gadis di depannya. Mengecek apakah ada yang kurang dari tubuh gadisnya.

"Engga, mas, aku gapapa kok. Lagian aku juga baru dateng."

"Yaudah yuk masuk nyonya Shellena Mahendra." ucap si lelaki dengan senyum manis tersungging. Si gadis pun demikian.

Oh ya, Shellena adalah nama gadis itu. Sudah setahun ia lulus dari sekolah menengah atas dan sudah setahun pula ia menjalin hubungan dengan suami orang.

Katakanlah dia pelakor atau perebut laki orang, tetapi ia sama sekali tak mengetahui itu. Mas Bima, demikian ia memanggilnya, tidak pernah mengatakan sama sekali bahwa ia sudah berkeluarga bahkan punya anak. Baru saat sudah beberapa bulan menjalin hubungan laki-laki itu memberi tahunya. Meskipun demikian tidak ada keinginan untuk putus bagi keduanya. Keduanya saling membutuhkan juga sudah kepalang jatuh cinta.

Bima mengurus administrasi untuk bisa mendapat kunci hotel. Tidak terlalu sulit karena ia sudah menjadi langganan di sini sejak setahun terakhir. Semua pegawai mengenalnya.

"Mandi dulu mas." ucap Shellena saat baru menginjakkan kaki di dalam kamar hotel. Bima hanya mengangguk kemudian meminta gadis itu membantu melepaskan jas dan pakaiannya.

Laki-laki itu buru-buru membasuh diri dari kotoran-kotoran yang menempel pada tubuhnya.

Setelah selesai membasuh diri, dengan gerakan cepat Bima menyusul kekasihnya yang tengah asyik berbaring di atas kasur sembari memainkan ponsel. Laki-laki itu menubruk tubuh Shellena dan memeluk gadis itu erat.

"Kangen kamu, yangg.." Bima mulai merengek dengan nada manjanya.

"Kangen mas juga." Shellena membalas pelukan erat kekasihnya, tangannya mengusap-usap belakang kepala Bima lembut. Ia tahu sekali kesukaan Bima ketika sedang cuddle atau tidur.

Gadis itu menghirup dalam aroma yang menguar dari tubuh Bima. Wangi, itu yang dapat ia cium. Wangi laki-laki itu sangatlah khas. Bahkan walaupun beberapa puluh meter jauhnya Shellena bisa menebak kalau itu aroma Bima.

Saat sedang menikmati aroma tubuh Bima yang candu baginya, Shellena menangkap aroma lain. Wangi sih, tetapi wangi yang ini agak lain dari wangi Bima biasanya.

"Mas wangi, tapi kok wanginya beda ya." ucap Shellena dengan alis berkerut. Merasakan perbedaan dari kekasihnya.

"Beda gimana sih, yang? Mas ga ada pake parfum lain, loh. Cuma kadang pake parfum kamu."

"Engga engga, ini bukan wangi aku atau mba Alin." Alin adalah nama istri sah Bima. Shellena hafal betul wangi kekasihnya bahkan istri juga anak-anak Bima—sebab biasanya wangi-wangian itu akan menempel di baju Bima setelah Bima memeluk mereka. Tetapi bau yang satu ini memang lain.

"Terus wangi siapa?"

"Ya aku ga tau. Mas seharian ini peluk siapa aja. Tapi ini wangi cewe sih."

Bima mulai mengendus-endus tubuhnya sendiri. Ada sekilas aroma parfum perempuan yang keluar dari tubuhnya. Tapi menurut perasaannya seharian ini ia sama sekali tidak memeluk wanita lain. Bahkan istrinya pun tidak sebab Alin sedang tidak berada di rumah. Hanya Shellena, perempuan yang ia peluk pertama dan terakhir seharian ini.

"Mas ga peluk siapa-siapa. Cuma baru kamu ini." ucap Bima berusaha menampilkan raut sejujur-jujurnya karena memang tidak ada kebohongan yang ia tutupi.

"Masa sih? Kok wanginya wangi cewe ya." Shellena melepaskan pelukannya pada Bima. Gadis itu sedikit bergerak mundur hingga ada jarak diantara keduanya.

"Beneran, yang. Mas ga peluk siapa-siapa. Ga boong." Bima berusaha meyakinkan kekasihnya. Tetapi raut wajah Shellena tidak terlihat percaya dengan ucapan kekasihnya itu.

Tidak melihat adanya respon atau raut percaya Shellena atas penuturannya. Bima menghela nafas berat. "Yaudah mas ganti baju aja. Biar ga ada bau cewe lain." Bima turun dari kasur menuju lemari kecil di pojok ruangan. Dibukanya lemari itu dan mengambil kaos lain berwarna putih. Laki-laki itu menanggalkan kaos hitam yang melekat pada tubuhnya dan menggantinya dengan kaos berwarna putih.

"Yang, udah ganti ini. Peluk lagi dong." rengek Bima membaringkan tubuhnya di sebelah Shellena yang tengah bermain ponsel. Gadis itu mengacuhkannya.

"Emm iya om." Bima menatap Shellena kesal. Apa itu tadi, kenapa Shellena memanggilnya 'om'?

"Yangg... Udah ganti bajunyaa."

"Iya iya tau." jawab Shellena singkat. Jempol gadis itu bergerak cepat seperti sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Yang, kok gitu sih? Mas udah ganti baju, yang. Ga ada bau cewe lain lagi nih. Cuma ada wangi mas sama parfum kamu."

Shellena melepaskan tatapan dari ponselnya. Beralih menatap Bima yang sedang menatapnya penuh harap. "Iya, om, trus aku harus apa?" ucap gadis itu santai. Ia sengaja menggoda Bima agar laki-laki itu memohon. Ia senang sekali melihat wajah berharap Bima yang sangat menggemaskan.

"Peluk." Shellena pura-pura berpikir. Bima menatap gadis itu, menunggu jawaban dari kekasihnya. Mata laki-laki yang hampir kepala empat itu menatap penuh harap kekasihnya.

Shellena mengangguk kemudian merentangkan kedua tangannya. "Iya iya sini. Utututu, om-om gumush banget sih, kayak bayi." Bima langsung memeluk erat tubuh gadis muda itu. Menenggelamkan wajahnya di dada Shellena. Tangan kekasihnya itu refleks mengelus bagian belakang kepalanya sampai punggung.

"Udah ga ada kan wangi cewe lain nya?"

"Iya ga ada, om." Shellena terkikik kecil.

"Kok manggilnya masih om? Ganti dong, yang. Kamu kayak masih ngambek tau kalo manggilnya 'om'."

"Terus maunya dipanggil apa?" Lagi-lagi Shellena menggoda Bima yang wajahnya sudah merah padam itu.

"Kayak biasanya manggil apa. Manggil 'mas' kan?"

"Emm iya sih. Cuma lagi males ah manggil gitu. Masa sama kayak mba Alin. Enakan 'om' aja." Gadis itu pura-pura memasang wajah sedih nada bicaranya pun demikian.

"Yang, serius dong. Jangan manggil om, bagusan mas."

"Males akunya. Mending papa aja ya, atau bapak. Om kan udah jadi bapak-bapak anak dua. Udah punya istri juga."

"Kalo lagi berdua jangan bahas yang lain, yang. Terutama Alin sama anak-anak. Kita cuma berdua." peringat Bima.

Shellena tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu. Ia mendaratkan banyak sekali ciuman di wajah Bima. "Kan bener mas tuh bapak-bapak. Mana udah dua lagi anaknya, hadeh, gimana sih ini papa kok selingkuh."

"Yang!!" Bukannya takut dengan peringatan Bima, gadis itu justru tertawa tanpa dosa nya.

Cup cup cup

Diciumnya lagi wajah lebar Bima. Kali ini lebih banyak ciuman. "Gemes banget sih bapak-bapak satu ini."

Keduanya berpelukan sangat erat. Bahkan Bima tak berniat melonggarkan pelukannya sedikit pun. "Malem ini kita tidur di sini ya, Alin lagi ga ada di rumah." Shellena hanya mengangguk mengiyakan.

Bisa dilihat dari semua paragraf di atas. Keduanya saling membutuhkan. Shellena butuh seseorang untuk ia beri kasih sayang sedangkan Bima butuh kasih sayang dan dimanja oleh seseorang yang sudah lama tidak ia rasakan. Keduanya saling melengkapi. Persetan dengan kenyataan bahwa keduanya berada dalam hubungan yang tak seharusnya.

—————
pecinta om-om gumush ngumpul dulu sini😋

#om-omgumushpride 🤟🏾

MY LOVELY SUGAR DADDY [END | SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang